45 negara berjanji untuk melakukan tindakan melindungi alam dan beralih ke cara bertani yang lebih berkelanjutan. Pemerintah Indonesia termasuk dalam komitmen tersebut.
Kesepakatan itu disampaikan pada akhir minggu pertama pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim atau COP26 yang berlangsung di Glasgow, Skotlandia.
“Jika kita ingin membatasi pemanasan global dan menjaga suhu bumi 1.5 derajat C tetap hidup, maka dunia perlu menggunakan lahan secara berkelanjutan dan menempatkan perlindungan dan pemulihan alam sebagai inti dari semua yang kita lakukan,” kata Presiden COP26, Alok Sharma dalam keterangannya, Sabtu 6 November 2021 waktu setempat.
Menanggapi komitmen tersebut, Said ‘Ayip’ Abdullah, Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), mengatakan pengalihan ke pertanian berkelanjutan harusnya sudah dilakukan sejak lama.
“Saat ini pemerintah hanya memikirkan soal ekonomi saja terkait dengan sistem pertanian kita, tidak melihat dari sisi lingkungan sosial. Padahal tiga hal itulah yang harus dilakukan oleh pemerintah jika ingin melakukan pertanian berkelanjutan,” kata Ayip saat dihubungi VIVA, Senin 8 November 2021.
Dengan janji pemerintah yang akan beralih ke pertanian berkelanjutan, Ayip menilai seharusnya pemerintah melihat ulang pendekatan pangan saat ini untuk menjadi yang lebih sustainable atau berkelanjutan.
“Yang harus dilakukan adalah memperkuat sistem pangan lokal yang sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing, itu yang harus dilakukan. Bukan malah menyeragamkan pangan lokal, karena setiap daerah itu kan berbeda,” tutur Ayip.
Sementara Bank Dunia berkomitmen untuk mengeluarkan US$25 miliar untuk sumber daya alam setiap tahun hingga 2025 melalui Rencana Aksi Iklimnya, termasuk fokus pada pertanian dan sistem pangan.
*Liputan ini pertama kali terbit di situs online VIVA.co.id pada tanggal 8 November 2021 dengan judul “KRKP: Pertanian Berkelanjutan bukan dengan Menyeragamkan Pangan“.
Liputan ini merupakan bagian dari Kemitraan Media Perubahan Iklim (Climata Change Media Partneship) 2021, sebuah fellowship jurnalisme yang diselenggarakan oleh Internews’ Earth Journalism Network dan the Stanley Center for Peace and Security.