Sejak April 2022, Sanda Ojiambo, seorang perempuan berkebangsaan Kenya, ditunjuk oleh Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guetteres, sebagai Asisten Sekretaris Jenderal dan CEO Global Compact yang  berada di bawah naungan langsung Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Global Compact adalah pakta PBB yang tidak mengikat untuk mendorong bisnis dan perusahaan di seluruh dunia untuk mengadopsi kebijakan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab secara sosial, dan untuk melaporkan implementasinya.

Melalui Global Compact, Sanda Ojiambo berambisi untuk menyelaraskan pembangunan yang berkelanjutan dengan melibatkan institusi dan perusahaan swasta yang sudah menjadi rekanan PBB. Fokus utama yang disasar adalah isu hak asasi manusia, perburuhan, lingkungan, antikorupsi, termasuk persamaan gender.

Pada perhelatan KTT G20 pertengahan November di Nusa Dua, Bali, Sanda hadir sebagai tamu undangan dan berpartisipasi dalam beberapa diskusi terkait isu Global Compact. Kontributor Ekuatorial, Fira Abdurachman, mendapat kesempatan untuk berbincang singkat secara eksklusif dengan Sanda Ojiambo disela-sela kesibukannya.

Kami membahas terutama mengenai peran perempuan dalam bidang pelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan.

Berikut kutipannya.

Pertama, apa peran perempuan dalam membangun lingkungan yang berkelanjutan, terutama yang fokus kepada kaum perempuan yang tinggal di wilayah pedesaan yang masih mempraktikkan tradisi/kebudayaan setempat. Berdasarkan pengalaman anda, apakah kendala yang paling besar dalam isu ini?

Pertama-tama, menurut saya bukan peran perempuan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Menurut saya, itu adalah peran semua orang. Sangat disayangkan bahwa sebagian besar beban diletakkan pada perempuan, seperti yang sering terjadi pada hasil pembangunan, karena merekalah yang harus memenuhi kebutuhan domestik. Merekalah yang mungkin harus mencari cara untuk mendapatkan energi untuk memasak. Merekalah yang mungkin, seperti anda ketahui, mengetahui solusi dan mencari jalan keluarnya.

Saya pikir, itu semua adalah solusi yang seharusnya dikembangkan oleh komunitas. Menurut saya, perempuan menjadi bagian dari [komunitas] tersebut dan kemudian menjadi garda depan dalam tantangan-tantangan yang muncul dalam isu lingkungan hidup secara keseluruhan.

Peran apa yang harus mereka mainkan? Saya pikir bukan hanya perempuan yang berperan untuk menyelesaikan masalah. Menurut saya ini peran komunitas/masyarakat untuk melihat dan mengenal seperti apa energi yang berkelanjutan, bagaimana mereka dapat berpindah dari sumber-sumber energi yang tidak terbarukan ke  sumber-sumber energi terbarukan.

Hal terpenting adalah bagaimana mereka dapat membebaskan kaum perempuan dari beban yang mengharuskan mereka untuk tinggal di ranah domestik sehingga mereka bisa lebih produktif sebagai anggota masyarakat.

Kita tahu bahwa masyarakat tradisional, yang kita bicarakan ini, tengah dalam pencarian sumber daya alam, seperti air dan energi. Tetapi mereka menjauhkan kaum perempuan dan gadis muda dari ranah produktif karena mereka tidak diberi kesempatan untuk sekolah, tidak diberi kesempatan untuk mencari nafkah. Padahal seharusnya mereka bisa melakukan hal-hal tersebut.

Maka, menurut saya, masyarakat secara keseluruhan, juga para pemimpin mulai dari tingkat komunitas, harus bisa memahami bahwa jika mereka ingin memecahkan berbagai masalah yang mendasar, maka mereka perlu masyarakat yang lebih setara sehingga kaum perempuan bisa melakukan apa yang mereka bisa lakukan untuk dapat lebih produktif.

Itu pandangan yang bagus. Berdasarkan pengalaman anda, bagaimana cara masyarakat sipil dan pemerintah dapat mengaplikasikan aturan-aturan yang mendukung pelaksanaan pemikiran tersebut?  

Ketika ketidaksetaraan terjadi di lingkup rumah tangga, dimulai dari level rumah tangga, saya pikir itu bukan masalah peraturan pemerintah. Itu adalah keputusan yang diambil keluarga tersebut, soal bagaimana dan kapan mereka menghargai gender. Kebanyakan dari masalah tersebut adalah masalah tradisi atau budaya, sering juga terkait masalah historis. Saya pikir, itu semua adalah hal-hal yang perlu kita pertanyakan terkait dengan nilai-nilai kaum perempuan di masyarakat.

Pertanyaan terakhir, model keuangan seperti apa yang cocok bagi perempuan untuk bisa ikut membangun lingkungan yang berkelanjutan? Bagaimana bisa membangun lingkungan yang lebih baik jika mereka tidak memiliki uang. Jika keuangan mereka tergantung dengan suami, misalnya.

Bagaimana cara perempuan memiliki keuangan lebih baik maksudnya?

Ya, bisa begitu.

Investasi terbaik untuk perempuan dan anak perempuan adalah pendidikan

Itu sudah dibilang banyak orang, bukan hanya saya. Perempuan yang berpendidikan tinggi bisa diberdayakan dengan beragam cara. Jadi mari kita serukan, berikanlah kesempatan kepada perempuan dan anak gadis untuk mengenyam pendidikan, sangat beralasan untuk membuka kesempatan itu bagi mereka.

About the writer

Fira Abdurachman

Fira Abdurachman is a freelance journalist with more that 20 years of experience. She has been contributing to national and international media, including Kompas.com, The New York Times, Wall Street Journal,...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.