Posted inLiputan khusus / Keberlanjutan

Sustainable thrift shop, solusi mengatasi limbah fesyen

Konsep sustainable thrift shop ala LamaLama Indonesia bisa menjadi salah satu opsi mengatasi limbah fesyen di Indonesia.

Beragam pakaian bekas berupa kaos, kemeja, batik, jas, hingga celana berjejer di thrift shop LamaLama Indonesia yang berlokasi di Jalan Bengawan GE No.14, Wisma Tropodo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Di thrift shop seluas 3×3 meter itu, Juan Khaidir selaku Chief Operating Officer LamaLama Indonesia tampak bersih-bersih dan memindahkan pakaian-pakaian bekas yang tergantung di stand hanger agar terlihat rapi.

”Persiapan untuk besok. Kita bukanya tiga hari seminggu. Selasa, Rabu, dan Kamis. Waktunya mulai pukul 08.30 hingga 15.30 WIB. Selain itu, kita libur,” kata Juan saat ditemui jurnalis CoverBothSide.com, pada Senin sore, 3 April 2023.

Juan bercerita, beragam pakaian bekas yang tergantung di stand hanger tersebut merupakan donasi masyarakat yang sudah dipilah dan kemudian dijual oleh LamaLama Indonesia.

Ia mengungkapkan LamaLama Indonesia sejak awal memang tidak membeli atau mengambil pakaian bekas impor dari importir atau supplier seperti thrift shop pada umumnya.

Juan menyampaikan, LamaLama Indonesia lebih mengutamakan pakaian bekas dari masyarakat yang dipakai oleh mereka sendiri. Karenanya, rata-rata pakaian bekas yang dijual adalah produksi merek lokal.

”Ada juga (pakaian bekas produksi) brand luar negeri, biasanya jeans. Tapi, jarang. Kebanyakan brand lokal. Kalaupun ada brand luar negeri, itu juga dari masyarakat, bukan (kami yang) impor,” ungkapnya.

Dari beragam pakaian bekas di LamaLama Indonesia, dia menyebutkan pakaian bekas wanita yang paling banyak. Sedangkan untuk laki-laki sering kosong. Sebab, setiap stoknya ada, langsung habis terjual.

”Makanya, pakaian bekas yang ada disini kebanyakan pakaian wanita seperti kemeja, kaos, batik, crop top. Kalau pakaian laki-laki sering kosong, karena langsung laku,” ucapnya.

Empat Jurus kelola pakaian bekas

Berdiri sejak 2020, LamaLama Indonesia beranggotakan tiga orang. Mereka adalah Manggalih Soka Ayu (Chief Executive Officer & Founder), Juan Khaidir (Chief Operating Officer), dan Adelia Oktavia (Social Media Director).

Selama menjalani bisnis thrifting, mereka dibantu karyawan-karyawan magang yang mengisi bagian lainnya. Salah satunya fashion designer.

Sejak awal berdiri, LamaLama Indonesia memiliki visi menjadi bisnis thrift shop yang memberikan dampak sosial dengan fokus mengurangi limbah fesyen dan memperpanjang masa hidup pakaian.

Menurut laporan BBC, diperkirakan sebanyak 92 juta ton limbah fesyen mengotori dunia setiap tahunnya. Sementara menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (SIPSN KLHK) pada 2021 warga Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah tekstil, setara 12% limbah rumah tangga.

”Kita hadir karena keresahan terhadap limbah fesyen. Makanya, LamaLama Indonesia mengusung konsep sustainable thrift shop, yakni bagaimana mengelola pakaian agar tidak langsung terbuang dan jadi limbah yang berbahaya,” kata Juan.

Untuk itu, Juan memaparkan, terdapat 4 layanan yang tersedia di LamaLama Indonesia dalam mengelola pakaian bekas.

Layanan pertama, yaitu menerima donasi pakaian bekas. Teknisnya, dijelaskan Juan, siapapun dapat mendonasikan pakaian bekas kepada LamaLama Indonesia. Kemudian, dari hasil donasi akan dipilah antara yang layak pakai dan tidak layak pakai.

Jika masih bagus dan layak pakai, maka akan dijual. Jika tidak layak pakai, maka pakaian bekas tersebut akan dikelola untuk dijadikan pakaian atau barang baru. ”Jadi, pakaian bekas di kita tidak ada yang dibuang,” ungkapnya.

Layanan kedua, yaitu menyediakan pakaian preloved. Mereka menyediakan pakaian bekas yang masih sangat bagus dan layak pakai untuk dibeli oleh masyarakat.

Layanan ketiga adalah tukar pakaian bekas dengan pakaian bekas. Teknisnya, kata Juan, siapapun dapat membawa pakaian bekas yang masih layak pakai untuk ditukar dengan pakaian bekas lain yang ada di LamaLama Indonesia.

Layanan keempat, titip jual pakaian bekas. Layanan ini diperuntukkan bagi mereka yang enggan mendonasikan pakaian bekas yang dimiliki karena merasa masih bernilai untuk dijual.

”Untuk teknisnya, pakaian bekas yang mereka miliki bisa dititipkan ke kita untuk dijual di toko offline atau toko online LamaLama Indonesia. Dari setiap pakaian bekas yang terjual, kita ambil persenan (bagi hasil),” ucapnya.

Semua itu, menurut Juan, merupakan upaya LamaLama Indonesia dalam mengedukasi masyarakat agar pakaian-pakaian bekas yang mereka miliki tidak langsung dibuang ke tempat sampah.

”Selain kita edukasi pakaian bekas layak pakai dapat dijual kembali, tapi kita juga sampaikan bahwa yang tak layak pakai dapat dikelola menjadi pakaian atau barang baru,” jelasnya.

Sulap pakaian bekas jadi baru

Sampai saat ini, Juan mengungkapkan sudah ada beberapa produk yang diproduksi LamaLama Indonesia dari pakaian bekas. Misalnya seperti kemeja, jas, crop top, hingga pouch atau tas kecil.

”Produk-produk yang kita buat bahannya dari pakaian bekas tak layak pakai yang kita terima dari masyarakat,” ujar mahasiswa Departemen Sosiologi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya ini.

Untuk proses produksinya, dia mengatakan LamaLama Indonesia bekerja sama dengan penjahit lokal. Sedangkan untuk desainnya, kata dia, dikerjakan oleh tim fashion designer sendiri.

Sejauh ini, Juan mengatakan, baru ada satu penjahit lokal di sekitar lokasi toko yang sudah bekerja sama dengan LamaLama Indonesia dalam memproduksi berbagai produk pakaian dan barang tersebut.

”Tentunya, meski dari pakaian bekas, kita juga ada quality control (pengendalian mutu). Tujuannya agar produk yang kita produksi benar-benar bagus dan diminati para pembeli,” ucapnya.

Tidak berhenti disana, lanjut Juan, perca-perca dari sisa produk juga disulap menjadi barang-barang kecil yang bermanfaat. Misalnya seperti pouch, sarung tangan masak, dan lain sebagainya.

Oleh karena itulah, dia menyampaikan bahwa LamaLama Indonesia kini secara bertahap mulai fokus memproduksi pakaian atau barang dari pakaian bekas, bukan menjual saja.

”Kalau dulu kan langsung jual, sekarang pelan-pelan memproduksi. Makanya, jual pakaian bekas saat ini secondary project kita. Sedangkan membuat produk baru primary project kita,” ungkapnya.

Sementara, untuk perca-perca tak terpakai dari sisa pembuatan pakaian, dikirimkan LamaLama Indonesia ke Pable Indonesia untuk diurai jadi benang kembali.

Pable Indonesia adalah perusahaan pengelolaan limbah tekstil yang bertanggung jawab. Perusahaan dengan nama resmi PT. Daur Langkah Bersama (Pable) ini didirikan oleh Aryenda Atma pada tahun 2020 di Surabaya.

”Seperti perca-perca di kresek ini, kita kumpulkan. Setelah itu, kita kirim ke Pable. Jadi, kita upayakan, tidak ada yang terbuang dan menjadi limbah fesyen,” tuturnya.

Indonesia “tempat sampah” pakaian bekas

Di Indonesia, pakaian bekas tengah menjadi tren. Hal itu juga seiring dengan menjamurnya thrift shop atau toko pakaian bekas. Selain harganya yang murah, bisnis ini juga digadang-gadang jadi solusi mengatasi limbah fesyen.

Namun, tak banyak thrift shop yang memiliki visi serupa LamaLama Indonesia. Sebagian besar thrift shop hanya fokus jual pakaian bekas, belum ada upaya mengelolanya secara berkelanjutan.

Karenanya, kehadiran thrift shop ini bisa dikatakan belum sepenuhnya menjadi solusi mengatasi limbah fesyen. Sebaliknya, malah menambah beban limbah fesyen yang sudah menumpuk dan tidak terurus.

Hal itu karena pakaian bekas yang banyak dijual oleh thrift shop di Indonesia adalah hasil impor. Parahnya, dari temuan media ini, pakaian bekas impor itu tidak semuanya layak pakai dan terjual.

Salah satu diantaranya seperti yang pernah dialami Reny (nama disamarkan atas permintaan narasumber), pemilik thrift shop di Kota Batu, Jawa Timur.

Ia mengaku pernah membeli satu bal pakaian bekas dari supplier pakaian bekas impor asal Surabaya. Dia mengatakan, dalam satu bal pakaian bekas yang dibelinya, hanya sedikit yang layak pakai dan dijual kembali.

”Kejadiannya pada Februari akhir kemarin. Saat itu, pakaian bekas yang layak pakai dan layak untuk dijual hanya seperempatnya saja. Sisanya zonk (tidak layak pakai dan dijual kembali),” kata dia saat diwawancarai pada Selasa, 18 April 2023.

Praktik jual beli pakaian bekas impor yang dilakukan Reny dan kebanyakan thrift shop belakangan ini sebenarnya sudah dilarang oleh pemerintah Indonesia sejak 2015. Larangan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 51/M-DAG/PER/7/2015 tentang Larangan Impor Pakaian Bekas.

Seiring waktu, aturan tersebut mengalami beberapa kali perubahan. Terbaru, aturan terkait larangan impor pakaian bekas ini diatur lebih detail dalam Permendag Nomor 40 Tahun 2022.

Meski telah dilarang, praktik impor pakaian bekas nyatanya masih dilakukan bebas. Hal itu sebagaimana laporan data statistik impor pakaian bekas -kode HS 63090000 (Worn clothing & oth worn articles)– Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia.

Berdasarkan laporan data statistik BPS terkait impor pakaian bekas sejak 2019 hingga 2023, Indonesia diketahui mengimpor puluhan hingga ratusan ton pakaian bekas dari 81 negara.

Temuan itu menunjukkan Indonesia masih menjadi “tempat sampah” pakaian bekas negara-negara di dunia. Bahkan, sebagian besar negara-negara tersebut adalah negara maju seperti Jepang, Inggris, hingga negara adidaya Amerika Serikat.

Pada tahun 2019 misalnya, Indonesia mengimpor 400 ton lebih (417.728 kg) pakaian bekas dari 68 negara dengan nilai US$6.075.437 atau setara Rp90 miliar lebih (kurs 23 April 2023).

Angka impor tersebut turun pada 2020 (65,9 ton senilai Rp7,3 miliar) dan 2021 (7,9 ton, Rp659 juta), namun kembali naik pada 2022 (26 ton, Rp4,06 miliar).

Terbaru, pada tahun 2023 (periode Januari-Februari), Indonesia mengimpor 210 kg pakaian bekas dari 7 negara dengan nilai sebesar US$3.406 (Rp50,8 juta).

Masalah baru di lokasi bencana alam

Tidak hanya di bisnis thrifting, pakaian bekas ini juga menjadi masalah di setiap peristiwa bencana alam.

Usai bencana alam terjadi di sebuah daerah, masyarakat berbondong-bondong mengumpulkan donasi pakaian bekas untuk membantu meringankan beban korban.

Sayangnya, niat baik tersebut kadang tidak dibarengi dengan kesadaran terhadap pakaian bekas yang didonasikan. Sebagian masyarakat malah menjadikannya kesempatan untuk “membuang sampah” pakaian bekas yang mereka miliki.

Seperti yang pernah terjadi saat bencana alam erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur pada 4 Desember 2021. Dari temuan media ini yang melakukan liputan langsung kala itu, banyak pakaian bekas hasil donasi yang tak layak pakai.

Alhasil, pakaian-pakaian bekas hasil donasi tersebut tidak diambil oleh para pengungsi. Bukan tidak mau menerima bantuan, namun karena memang pakaian bekas yang ada sudah lusuh hingga bolong-bolong.

Akibatnya, bantuan pakaian bekas yang tidak layak pakai menumpuk. Bahkan, sebagian diantaranya berserakan di jalan-jalan hingga dibuang ke tempat sampah.

Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di posko bantuan pemerintah, namun juga di beberapa posko bantuan yang didirikan secara sukarelawan oleh lembaga-lembaga kemanusiaan.

Salah satunya seperti di posko bantuan GUSDURian Peduli. Tiya Sugito, salah satu relawan GUSDURian Peduli mengungkapkan donasi pakaian bekas yang datang ke posko bantuan saat itu kurang lebih jika ditotal mencapai 4 truk.

”Datangnya bergantian. Dari Surabaya, Probolinggo, dan daerah lainnya. Jadi, jika ditotal, kurang lebih sekitar 4 truk lah,” kata Mak Tiya, sapaan akrabnya, kepada jurnalis CoverBothSide.com pada Minggu, 2 April 2023.

Dari sekian banyaknya donasi pakaian bekas tersebut, kata Mak Tiya, tidak semuanya layak pakai dan pantas diberikan kepada korban. Bahkan, dia menyebutkan banyak baju-baju yang sudah sangat usang masih saja didonasikan.

”Banyak seperti itu (bantuan baju bekas tidak layak pakai) di posko bantuan. Kita sampai kebingungan mau diapakan,” kata perempuan yang juga aktif di komunitas lingkungan Laskar Hijau ini.

Setelah dilakukan evaluasi, lanjut Mak Tiya, penerimaan donasi pakaian bekas pun sempat dihentikan sementara agar tidak menambah beban relawan di posko bantuan.

Kemudian, untuk mengatasi pakaian bekas yang sudah menumpuk, dia menyampaikan relawan-relawan GUSDURian Peduli pun melakukan berbagai upaya agar tidak terbuang ke tempat sampah.

Upaya-upaya tersebut, diungkapkan Mak Tiya, diantaranya dengan membuka toko gratis pakaian bekas layak pakai. Masyarakat sekitar, khususnya para pengungsi, dapat mengambil pakaian bekas layak pakai yang sudah dipilah.

Kemudian, lanjut Mak Tiya, upaya lainnya adalah membuka lapak pakaian bekas dengan bayar seikhlasnya di Jember, Jawa Timur. ”Yang dijual pakaian bekas hasil donasi yang masih layak pakai. Hasil penjualannya dibuat untuk bantu korban erupsi,” terangnya.

Tidak hanya itu, dia menambahkan, relawan-relawan GUSDURian Peduli juga bekerjasama dengan warga sekitar yang memiliki bisnis membuat keset untuk mengelola pakaian bekas hasil donasi yang tidak layak pakai.

”Pakaian bekas hasil donasi yang tidak layak pakai kita kirim ke sana (warga pembuat keset) untuk dikelola dijadikan keset. Kebetulan, lokasinya tidak jauh dari posko kita,” kata Mak Tiya.

Meski sudah melakukan berbagai upaya tersebut, Mak Tiya mengatakan pakaian bekas yang layak pakai masih tetap menumpuk.

Namun, agar tidak terbuang sia-sia dan jadi sampah, dia menyebutkan pakaian bekas tersebut tetap disimpan di gudang milik GUSDURian Peduli.

”Nah, kemarin kan ada bencana gempa Cianjur, pakaian bekas layak pakai di gudang itu kita kirim ke sana,” tuturnya.


Liputan ini didukung oleh program Story Grant yang diselenggarakan The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) melalui Ekuatorial.com dengan tema besar “Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan untuk Alam.” Tulisan terbit pertama kali di Coverbothside pada 3 Mei 2023.
About the writer

Mohammad Badar Risqullah

Moh Badar Risqullah is a journalist born in Probolinggo, East Java. Since December 2021, Badar has worked for online media CoverBothSide.com. Previously, he was a journalist at the Jawa Pos Radar Malang...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.