Berdasarkan pengujian di laboratorium ITB, Komodorsis bisa berfungsi dengan baik dan dapat menghasilkan air bersih layak minum.

Air bersih menjadi persoalan sehari-hari yang dihadapi warga Indonesia timur, khususnya di Desa Gorontalo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Ini menjadi tantangan bagi lembaga riset ataupun perguruan tinggi untuk melahirkan inovasi.

Salah satu masalah air bersih di Nusa Tenggara Timur adalah tercemarnya air oleh kandungan kapur yang tinggi. Air ini terdapat di sumber-sumber mata air yang digunakan masyarakat sehari-hari.

Menghadapi permasalahan tersebut, dosen Oseanografi ITB pernah berinovasi Komodorosis. Inovasi ini bagian dari pengabdian pada masyarakat berjudul “Pembuatan Komodorosis (Seawater Extraction dengan Prinsip Reverse Osmosis) di Wilayah Pesisir Timur Indonesia.”

“Komodorosis ini adalah alat yang digunakan untuk mengekstraksi air laut dengan menerapkan konsep reverse osmosis. Nama ‘Komodo’ kami ambil agar dapat merepresentasikan wilayah yang kami fokuskan, yakni di Kecamatan Komodo,” terang Rima Rachmayani, selaku ketua peneliti, dari laman ITB, diakses Jumat (24/11/2023).

“Sementara reverse osmosis sendiri merupakan proses pemisahan pelarut yang memiliki konsentrasi zat tinggi (air laut), melalui membrane semipermeable yang memiliki kerapatan nano mikron, ke zat yang memiliki konsentrasi lebih rendah (air tawar),” tambah Rima.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini mendapat dukungan penuh dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB. Dalam pelaksanaannya, ia berkolaborasi dengan 3 dosen lainnya, Nining Sari Ningsih dan Lamona Irmudyawati Bernawis dari Oseanografi ITB, serta Dyah Wulandari Putri dari Teknik Lingkungan ITB.

Selain itu, kegiatan ini juga menggandeng beberapa mahasiswa Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian 2020.

Alat ini berhasil dikembangkan berkat ide awal para mahasiswa tersebut dalam tugas mata kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain (PRD) saat duduk di bangku TPB.

Komodorsis air bersih Buatan-ITB
Peneliti ITB memperkenalkan untuk produksi air bersih. (ITB)

Pengujian air bersih

Tim sudah melakukan pengujian Komodorosis dengan menggunakan sampel air dari Pantai Ancol, Jakarta Utara dan Pantai Karangsong, Indramayu. Total Dissolved Solids (TDS) yang terkandung mulanya mencapai 1.500 mg/L. Namun ketika dimasukkan ke dalam alat ini, TDS tersebut dapat ditekan hingga kurang dari 200 mg/L.

Selanjutnya Rima menjelaskan bahwa berdasarkan hasil pengujian di Laboratorium Kualitas Air Teknik Lingkungan ITB, ia optimistis jika diaplikasikan di Kecamatan Komodo, alat ini bisa berfungsi dengan baik dan dapat dihasilkan air bersih yang layak minum.

Pada 23-25 Oktober yang lalu, tim pengabdian tersebut telah menyambangi langsung Kecamatan Komodo dan melakukan pengujian. Didapati TDS di pesisir Labuan Bajo berkisar 700 mg/L dan setelah dimasukkan ke dalam Komodorosis, nilainya berkurang menjadi 70-100 mg/L saja.

“Hal ini sudah sesuai dengan standar baku mutu air minum yang ditetapkan oleh Permenkes,” kata Rima.

Alat Komodorosis yang diciptakan juga dilengkapi filter lainnya untuk menghalau UV, zat kapur, pasir, dan endapan. Air yang dihasilkan tidak berasa dan berbau karena telah melewati karbon penyaring. Selain itu, Komodorosis dikemas dalam bentuk dispenser dan memiliki pemanas di dalamnya, membuat air yang dihasilkan dapat langsung dikonsumsi.

Selain melakukan pengujian langsung, juga diadakan sosialisasi dampak perubahan lingkungan terhadap laut dan kaitannya dengan ketersediaan air bersih. Sosialisasi tersebut dilangsungkan di Politeknik El Baju Commodus.

Pengabdian masyarakat ini juga menjalin mitra dengan Komodo Water, sebuah perusahaan socio-entrepreneur yang menaruh perhatian terhadap akses air minum sehat untuk masyarakat di kepulauan dengan memanfaatkan energi terbarukan.

Ke depannya, Rima berharap agar Komodorosis dapat dikembangkan lebih baik lagi. “Semoga pengabdian masyarakat ini terus berkelanjutan dan kelak bisa menjadi percontohan bagi daerah-daerah yang juga tengah memerangi krisis air bersih,” terangnya.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.