Ekonomi sirkular dipercaya WWF sebagai salah satu solusi untuk mengurangi permasalahan sampah plastik yang mengancam kehidupan.

Sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik dapat menimbulkan bahaya bagi manusia dan lingkungan hidup. Ekonomi sirkular dipercaya menjadi salah satu solusi untuk mengurangi permasalahan tersebut.

Aditya Bayunanda, CEO WWF Indonesia mengatakan, upaya itu dilakukan melalui program Plastic Smart Cities. Melalui program ini, mereka bekerja sama dengan pemerintah kota dan bank sampah.

Caranya, mengupayakan guna ulang melalui ekonomi sirkular untuk mengelola sampah rumah tangga. Program ini dinilai dapat mengurangi sampah plastik yang bocor ke alam sebanyak 30 persen.

“Dengan berfokus pada kolaborasi lintas sektor, kami berkomitmen mendorong kota-kota untuk menghentikan kebocoran plastik ke alam. Di mana kesadaran lingkungan dan inovasi teknologi juga harus sejalan dan nantinya memberikan warisan berkelanjutan bagi generasi mendatang,” terang Aditya pada konferensi “Narasi, Inspirasi dan Kebijakan Dalam Pengelolaan Sampah Plastik di Perkotaan”  Green Press Community di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, Kamis (9/11/2023).

Menurut dia, penanganan sampah plastik merupakan urgensitas. Sebab, mengutip catatan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi Dunia (OECD), jumlah sampah plastik akan meningkat tiga kali lipat, dari 460 juta ton pada tahun 2019, menjadi 1.231 juta ton pada tahun 2060.

Sementara berdasarkan data dari Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), jumlah sampah plastik di laut Indonesia mencapai 398.000 ton pada 2022 dan kondisinya mulai membahayakan karena menjadi masalah polusi.

Aditya menilai, solusi dalam pengelolaan sampah plastik harus membawa hasil pada masyarakat maupun orgranisasi yang mengerjakannya. Karena itu, menurut WWF, berbagai pihak perlu mengupayakan terbentuknya ekosistem pengelolaan sampah guna ulang, agar tidak berakhir di TPA.

Dia yakin, solusi-solusi terkait sampah plastik jika diimplementasikan dalam kebijakan akan memberi keuntungan. “Tinggal kita sinergikan dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), dan menjadikan ini gerakan yang lebih luas. Ini perlu kebersamaan, kepeloporan, dan kepemimpinan. Saya tetap optimistis, sampah plastik ini termasuk yang kelihatan solusinya,” ujar Aditya.

Secara global, masih menurut Aditya, melalui global plastic treaty, pihaknya mengupayakan untuk membangun tata kelola. Juga, memobilisasi dukungan dari kelompok produsen, yang melaksanakan tanggung jawab pengelolaan sampah melalui business coalition.

Green Press Community merupakan ajang perdana yang diorganisasi oleh Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (The Society of Indonesian Environmental Journalists/SIEJ) guna menghimpun ide dan memantik gerakan bersama untuk melestarikan lingkungan hidup di Indonesia. Berlangsung sejak Rabu (8/11), GPC menghadirkan berbagai learning session, talk show, dan konferensi yang melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan, termasuk pers, organisasi non-pemerintah, dan mahasiswa.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.