Geopark Ijen di Banyuwangi dan Bondowoso memainkan peran sentral dalam pengembangan potensi wilayah. ITS menilai kesiapan masyarakat di sekitar Geopark, baik modal sosial dan juga partisipasi.

Geopark Ijen, Jawa Timur. (Foto: bappeda.jatimprov.go.id)
Kawah Ijen, Jawa Timur. (Foto: bappeda.jatimprov.go.id)

Peresmian Kawasan Geopark Ijen memainkan berperan sentral dalam upaya pengembangan potensi wilayah di Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso. Berangkat dari hal tersebut, tim peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jawa Timur menggagas perumusan bentuk keterlibatan masyarakat di sekitar kawasan tersebut dengan melakukan analisis modal sosial dan tingkat partisipasi.

Salah seorang anggota tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial dan Humaniora (PKM-RSH), Ahmad Zaky Mubaarok Mauludi menyampaikan, penelitian ditujukan untuk menilai kesiapan masyarakat di sekitar Geopark Ijen, baik dari aspek modal sosial dan juga tingkat partisipasi.

“Kami berupaya merumuskan bentuk partisipasi masyarakat sesuai dengan kondisi existing di kawasan (Geopark Ijen) yang baru saja diresmikan oleh UNESCO Global Geoparks (UGGp) ini,” terangnya, diakses dari laman ITS, Sabtu, 10 Februari 2024.

Berdasarkan kondisi existing demografi dan bentang alam, tipologi masyarakat dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori utama, yaitu pegunungan, perkotaan, dan pesisir. Untuk mendalamkan analisis, setiap tipologi dibagi menjadi dua kelompok.

Tipologi pegunungan mencakup wilayah Alas Purwo dan Selatan, sementara tipologi perkotaan terdiri dari urban dan rural. Selanjutnya, tipologi pesisir dibagi menjadi Bondowoso dan Banyuwangi.

Langkah tersebut diambil dengan tujuan mencegah generalisasi hasil penelitian agar hasilnya dapat mencerminkan dengan lebih rinci kondisi existing. Pemahaman mendalam terhadap setiap kelompok tipologi diharapkan akan memberikan gambaran yang lebih akurat tentang perbedaan dan kekhasan masing-masing wilayah.

“Hal ini menekankan pentingnya pendekatan agar dapat lebih memahami dinamika dan karakteristik setiap tipologi secara spesifik,” ungkap mahasiswa yang akrab disapa Zaky.

Dari klasifikasi tipologi yang diuraikan, Zaky beserta timnya melakukan analisis terhadap modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat di Kawasan Geopark Ijen. Analisis ini dilakukan dengan memanfaatkan tiga variabel modal sosial, yaitu kepercayaan, norma, dan jaringan.

“Modal ini kemudian akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengembangkan partisipasi masyarakat,” ungkap mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) tersebut.

Dari hasil analisis modal sosial yang telah disesuaikan, tergambar bahwa kepercayaan masyarakat cenderung tertuju pada tokoh agama. Selain itu, sebagian kelompok juga menunjukkan tingkat kepercayaan yang signifikan terhadap pemerintah.

Namun, terdapat perbedaan mencolok pada kelompok urban yang memiliki sifat individualis, di mana variabel norma menunjukkan adanya kelemahan dalam sikap gotong royong. Kelompok urban ini juga menunjukkan kekurangan dalam membentuk jaringan sosial.

Kemudian, kelompok Bondowoso bersama dengan sebagian besar kelompok lainnya menunjukkan kekuatan dalam menjalin hubungan dengan komunitas lokal dan pemerintah, memperkuat fondasi modal sosial di dalamnya. Meskipun kelompok urban dan Bondowoso menunjukkan kelemahan dalam hal jaringan, hal ini dapat menjadi titik fokus perbaikan untuk meningkatkan kualitas modal sosial di dua wilayah tersebut.

Di sisi lain, tergambar bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam tipologi pegunungan di Kabupaten Bondowoso dapat dikategorikan sebagai terapi, menunjukkan adanya upaya penyembuhan melalui keterlibatan aktif dalam kegiatan masyarakat.

Sedangkan di Kabupaten Banyuwangi, dinamika partisipasi cenderung berlangsung dalam format kemitraan, mencerminkan kerjasama yang erat antara masyarakat dan pihak terkait untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam konteks tipologi kawasan pesisir, partisipasi masyarakat di Wilayah Alas Purwo cenderung berupa kemitraan, mencerminkan hubungan kerja sama yang erat antara masyarakat pesisir dan pihak terkait.

Sebaliknya, di wilayah selatan, partisipasi bersifat konsultatif, menunjukkan adanya proses konsultasi antara masyarakat pesisir dan pemangku kebijakan untuk pengambilan keputusan yang lebih efektif.

Partisipasi masyarakat untuk Geopark Ijen

Berdasarkan analisis modal sosial dan tingkat partisipasi yang didapat, dilakukan analisis konten untuk merumuskan bentuk partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat yang dimaksud dapat berupa sumbangsih ide, pemikiran, maupun kritik melalui komunitas yang menaunginya.

Melihat kondisi di lapangan, bentuk partisipasi ini ideal diterapkan di kelompok Banyuwangi, Alas Purwo, dan Selatan.

Mahasiswa asal Banyuwangi itu menambahkan, bentuk partisipasi masyarakat juga dapat dilakukan dengan menyumbangkan tenaga untuk membantu kegiatan operasional. Dengan mengecualikan kelompok urban, bentuk partisipasi ini dapat diterapkan di setiap kelompok masyarakat. Selain itu, partisipasi juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan dan keterampilan masyarakat.

“Menjadi pemandu wisata dan penerjemah merupakan contoh keterampilan yang dibutuhkan di situs bertaraf internasional,” sebutnya.

Berkat upaya yang telah dilakukan, tim PKM-RSH yang mendapatkan bimbingan dari dosen PWK ITS, Arwi Yudhi Koswara ST MT, juga berhasil meraih medali perak dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-36.

Zaky juga turut menyampaikan harapannya agar penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan terkait untuk merancang kebijakan pengembangan Kawasan Geopark Ijen dengan melibatkan masyarakat secara lebih akurat.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.