Kesaksian masyarakat adat di Kampung Skouw Mabo tentang ancaman abrasi yang menghancurkan pantai mereka di Papua. Dampak pemanasan global dan berkurangnya hutan.

Kesaksian masyarakat adat di Kampung Skouw Mabo tentang ancaman abrasi yang menghancurkan pantai mereka di Papua. Dampak pemanasan global dan berkurangnya hutan.
Ancaman abrasi di Kampung Skouw Mabo Pantai Papua. (Walhi Papua)

Di tengah keindahan alam Papua, terdapat sebuah cerita miris dari masyarakat adat Kampung Skouw Mabo, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura. Mereka tinggal di pinggiran Pantai Skouw, yang harus menghadapi ancaman abrasi yang semakin melebar seiring berjalannya waktu.

Sejak 10 tahun belakangan, warga Skouw Mabo telah mengalami ketegangan dan kekhawatiran yang mendalam karena kondisi pantai mereka yang semakin rusak akibat abrasi. Kampung yang dulunya dikenal dengan keindahan pasir putih dan rimbunnya pohon kelapa, kini menjadi saksi bisu dari kekuatan ganas alam yang menggerus bibir pantai mereka hingga mencapai hampir tiga kilometer.

Kepala Kampung Skouw Mabo, Hanok Mallo, dengan rasa prihatin menceritakan perubahan dramatis yang terjadi dalam kurun waktu dua dekade terakhir.

“Dulu, pantai Skouw Mabo adalah destinasi wisata yang ramai dikunjungi oleh warga setempat maupun wisatawan. Namun sekarang, keindahannya telah pudar, digantikan oleh gambaran yang menyedihkan dari pengikisan pantai akibat naiknya permukaan air laut dan ombak yang ganas,” ungkapnya, dikutip dari laman WALHI Papua, Selasa, 14 Mei 2024.

Pada masa lalu, pantai Skouw Mabo adalah tempat bermain dan berkumpulnya masyarakat setempat. Namun, seiring dengan ancaman abrasi yang semakin mengkhawatirkan, sebagian besar warga terpaksa meninggalkan rumah-rumah mereka yang dulunya berdiri megah di pinggir pantai. Mereka dipaksa untuk mencari tempat tinggal yang lebih aman di daratan yang jauh dari bibir pantai yang terus terkikis oleh gelombang laut.

Meskipun pemerintah telah berupaya memasang pemecah ombak sepanjang pantai Skouw Mabo untuk mengurangi dampak abrasi, upaya tersebut ternyata sia-sia karena pemecah ombak tersebut hilang ditelan lautan yang ganas. Fenomena ini menggambarkan betapa rapuhnya ketahanan lingkungan terhadap perubahan iklim yang semakin ekstrem.

Menurut Direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Papua, Maikel Peuki, kondisi yang terjadi di Kampung Skouw Mabo adalah cerminan dari apa yang terjadi di sepanjang pesisir pantai Papua dan Indonesia secara keseluruhan. Naiknya permukaan air laut dan abrasi pantai merupakan ancaman nyata yang harus segera diatasi.

Peuki juga menyoroti peran penting dalam menjaga lingkungan, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

“Perubahan iklim dan pemanasan global telah memperparah kondisi lingkungan kita, dan tutupan hutan yang semakin menipis menjadi faktor pendukung utama dari ancaman abrasi yang kita alami saat ini,” ujarnya.

Kampung Skouw Mabo membutuhkan dukungan dari semua pihak, baik itu pemerintah, lembaga lingkungan, maupun masyarakat luas, untuk bersama-sama mencari solusi dan melindungi lingkungan hidup bagi generasi mendatang. Kisah dari Kampung Skouw Mabo adalah cerminan dari perjuangan manusia dalam menghadapi ancaman alam yang tak terduga.

Direktur WALHI Papua berharap adanya perhatian serius dari semua pihak, terkait fenomena alam yang terjadi di wilayah pesisir Pantai Skouw, karena menjaga alam, bukan saja tanggung jawab satu dua orang melainkan tanggung jawab semua.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.