Analisis tahun 2016 diperkirakan terdapat sekitar 71.820 individu orangutan di Pulau Sumatera dan Borneo. Jumlah ini akan berkurang.
Orangutan Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan populasi dan habitatnya. Analisis terbaru menunjukkan bahwa populasi orangutan Sumatera dan Kalimantan mengalami tekanan besar akibat perubahan penggunaan lahan dan aktivitas manusia yang semakin meningkat.
Menurut analisis Population and Habitat Viability Analysis (PHVA) tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem serta berbagai pihak terkait konservasi, saat ini diperkirakan terdapat sekitar 71.820 individu orangutan Indonesia di Pulau Sumatera dan Borneo.
Namun, hanya 38% simpanse dari 52 meta populasi yang diprediksi akan lestari dalam 100-500 tahun mendatang.
Orangutan Sumatera (Pongo abelii) saat ini hanya ditemukan di habitat-habitat tertentu dengan populasi sekitar 14.470 individu. Namun, tingkat kepadatan populasi mereka mengalami penurunan dari sebelumnya, menunjukkan adanya tekanan yang signifikan terhadap habitat mereka.
Di sisi lain, orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) memiliki populasi sekitar 57.350 individu yang tersebar di 42 kantong populasi, dengan beberapa di antaranya memperlihatkan tanda-tanda keterhubungan antar-habitat yang dapat mendukung kelangsungan hidup mereka.
Analisis PHVA tersebut hasil pertemuan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia bekerjasama Forum Orangutan Indonesia (FORINA) beserta forum orangutan regional dan para pihak yang bekerja untuk kepentingan keberlangsungan konservasi orangutan pada 23-27 Mei 2016 yang lalu di Bogor, Jawa Barat, diakses Senin, Juli 2024.
Kegiatan terlaksana atas kerjasama Forum Orangutan Indonesia (FORINA), Orangutan Foundation-United Kingdom, IUCN SSC Primate Specialist Group, IUCN SSC Conservation Breeding Specialist Group dan didukung oleh lembaga-lembaga dan para praktisi-pemerhati konservasi orangutan.
Diketahui, ancaman terbesar bagi keberlangsungan orangutan adalah konversi hutan untuk kegiatan lain seperti perkebunan dan pemukiman, serta tingginya aktivitas penyelamatan dan konfiskasi hewan yang menunjukkan ada tekanan yang besar terhadap habitat asli mereka. Hal ini menyebabkan terfragmentasinya habitat orangutan, mempersulit mereka untuk bergerak dan berkembang biak secara alami.
Perlindungan dan konservasi
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya serius dalam melindungi kawasan konservasi dan menerapkan praktik pengelolaan terbaik di area-area yang menjadi habitat orangutan di luar kawasan konservasi. Selain itu, kerjasama lintas batas antara Indonesia dan Malaysia juga menjadi kunci penting, terutama untuk melindungi populasi orangutan yang hidup di wilayah perbatasan kedua negara.
Hasil dari PHVA 2016 telah menjadi dasar ilmiah yang penting dalam penyusunan dokumen Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan 2017-2027.
Dokumen ini diharapkan dapat mengarah pada strategi yang lebih terukur dan implementatif untuk melindungi orangutan dan habitatnya. Pentingnya strategi ini terlihat dari perlunya menjaga keberlanjutan populasi dengan mempertimbangkan kebutuhan minimum populasi yang harus dipertahankan untuk mengurangi risiko kepunahan.
Meskipun populasi orangutan Kalimantan menunjukkan penurunan, perubahan status konservasi yang dilakukan oleh ahli primata IUCN memerlukan pembaruan berdasarkan data yang lebih akurat dan terbaru. Saat ini, 43% dari meta-populasi orangutan Kalimantan menunjukkan tingkat viabilitas yang baik, sementara hanya 20% dari populasi orangutan Sumatera yang dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang sama.
Perlindungan terhadap orangutan bukan hanya tentang mempertahankan spesies ini untuk masa kini, tetapi juga untuk memastikan bahwa warisan kita kepada generasi mendatang tetap beragam dan lestari.
Dengan kerjasama lintas sektor dan dukungan masyarakat global, kita dapat menjaga keberadaan orangutan sebagai bagian integral dari ekosistem hutan tropis Indonesia. Upaya konservasi yang dilakukan hari ini akan menentukan apakah kita mampu memastikan bahwa orangutan akan tetap menghuni hutan-hutan Indonesia dalam ratusan tahun mendatang.