Pulau Hoga di kepulauan Wakatobi memiliki keanekaragaman biota laut yang luar biasa, terletak di jantung Coral Triangle Center dan menjadi pulau pertama marine site Operation Wallacea.

Eksplorasi Pulau Hoga dan Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. (IPB University)
Eksplorasi Pulau Hoga dan Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. (IPB University)

Indonesia kaya akan keanekaragaman laut. Semua pesona laut tropis ada di negeri kepulauan ini. Untuk itu, IPB University bekerja sama dengan Victoria University of Wellington (VUW), New Zealand mengajak mahasiswa untuk menjelajahi pulau tropis dan mengeksplorasi keanekaragaman laut di Pulau Hoga dan Kaledupa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara melalui program summer course.

Summer course diikuti oleh mahasiswa dari IPB University dan VUW sebanyak 13 orang yang berasal dari beberapa negara seperti New Zealand, Amerika Serikat, Sri Lanka, India, dan Indonesia.

Pulau Hoga merupakan merupakan salah satu dari gugusan kepulauan Wakatobi yang terletak di sebelah timur Pulau Kaledupa. Pulau ini memiliki keanekaragaman biota laut yang luar biasa terletak di jantung Coral Triangle Center dan menjadi pulau pertama marine site Operation Wallacea.

Pulau ini juga menjadi stasiun pembelajaran keanekaragaman laut khususnya terumbu karang dunia. Sebelumnya telah dilaksanakan 3 kali summer course antara IPB University dan VUW di lokasi ini.

Beginer Subhan, Sekretaris Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University menjelaskan bahwa summer course ini adalah program yang perlu dijaga keberlanjutannya.

“Ini merupakan summer course ke-5 dan yang ke-4 dengan New Zealand. Kerja sama ini sudah terjalin sejak tahun 2015 dan sangat menunjang bagi pencapaian inbound mahasiswa asing ke Indonesia,” katanya, diakses dari laman resmi, Kamis, 12 September 2024.

Kegiatan summer course mencakup kuliah lapang mengenai keanekaragaman terumbu karang, ikan karang, lamun, mangrove, dan habitat bentik. Mahasiswa belajar langsung mengenai metode identifikasi terumbu dan ikan karang, menghitung kepadatan, serta analisis data. Mahasiswa secara berpasangan atau dikenal buddy system melakukan snorkeling di beberapa spot penyelaman.

Hal yang sangat menarik bagi mahasiswa adalah kegiatan seagrass night safari yang merupakan biodiversity exploration di malam hari. Mahasiswa dilengkapi peralatan booties, senter dan mandi cup (gayung) berjalan dari pinggir pantai menuju tengah laut yang sedang surut. Di bawah terang bulan purnama, mereka menyaksikan keindahan dan keunikan biota laut yang terperangkap di cekungan-cekungan air di ekosistem lamun atau seagrass.

“Wow ini keren banget, ini pertama kalinya saya menyaksikan langsung gurita dan ular laut di alam liar,” ujar salah satu peserta summer course.

Dalam safari night tersebut mereka jua bisa melihat lionfish, flatworms, moray eel, teripang, landak laut dan lainnya. Lamun adalah salah satu habitat penting di pesisir karena menjadi area asuhan, pemijahan, dan makan (nursery, spawning, dan feeding ground) bagi biota-biota laut.

Peserta juga sangat antusias karena bisa menemukan ketam kenari atau ketam kelapa (Birgus latro) yang merupakan arthropoda darat terbesar di dunia. Kepiting ini dikenal kemampuannya mengupas buah kelapa dengan capitnya yang keras. Kepiting kelapa ini dilindungi melalui surat keputusan Menteri Kehutanan No.12/KPTS-II/Um/1987, dan dikategorikan spesies yang jarang dan terancam punah ‘endangered species’ menurut International Union for Conservation of the Nature (IUCN) Red List.

Mahasiswa juga mengunjungi perkampungan suku Bajo Sampela di perairan sekitar Kaledupa. Hal ini sangat menarik antusiasme mahasiswa yang sangat penasaran dengan kehidupan suku Bajo yang sangat unik yakni bisa menyelam hingga 13 menit di dalam air tanpa alat bantu pernapasan. Summer course ini menjadi sangat terorganisasi berkat adanya kerja sama dengan pihak Operation Wallacea yang berkedudukan di Pulau Hoga.

“Kita akan lakukan summer course ini secara berkala setiap dua tahun sekali, kita akan coba jajaki Raja Ampat sebagai next destination untuk summer course,” tutur James Bell collaborator dari VUW.

Sempat terhenti saat pandemi, harapannya kegiatan summer course ini bisa memperkuat kerja sama akademik dan penelitian di bidang kelautan terutama antara IPB University dan Victoria University of Wellington.

“Kegiatan summer course sangat menunjang sekali terhadap peningkatan inbound dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Departemen ITK. Selain itu, kegiatan ini membangun atmosfer kerja sama internasional baik antara mahasiswa maupun dengan dosen yang ada di departemen kami,” tutur Syamsul Bahri Agus, Ketua Departemen ITK IPB University.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.