Krisis keanekaragaman hayati sering kali tidak mendapatkan perhatian yang sama seperti perubahan iklim, padahal dampaknya juga sangat serius.
Greenpeace, sebuah organisasi lingkungan internasional yang berkomitmen pada perlindungan lingkungan, menekankan pentingnya perlindungan yang lebih ambisius untuk satwa liar dan keanekaragaman hayati. Organisasi ini khawatir dengan ancaman kepunahan massal seluruh kehidupan di bumi.
Seruan Greenpeace pernah disampaikan dalam menyambut Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) COP15 2022 lalu.
“Kami mendesak para negosiator untuk memastikan bahwa lebih dari 30% dari daratan dan lautan dilindungi pada tahun 2030,” ujar Greenpeace dalam sebuah pernyataan, diakses dari laman Greenpeace.
Kebijakan ini, dikenal dengan istilah 30×30, merupakan langkah penting dalam upaya global untuk menjaga keanekaragaman hayati. Greenpeace juga menekankan pentingnya pengakuan dan penghormatan terhadap hak-hak adat.
“Masyarakat Adat dan komunitas lokal harus ditempatkan di pusat pengambilan keputusan, pengelolaan, dan pendanaan untuk melindungi satwa liar,” tambah Greenpeace.
Namun, tantangannya tidak hanya terletak pada penetapan target ambisius, tetapi juga pada implementasi yang efektif. Setiap negara, dengan konteks dan tantangan yang berbeda-beda, dapat mengimplementasikan rencana perlindungan lingkungan hidup secara efektif. Pendanaan menjadi kunci utama dalam perlindungan ini.
“Banyak negara yang mengalami kehilangan keanekaragaman hayati terbesar adalah negara yang juga menderita akibat penindasan dan ekstraksi kolonial,” jelas Greenpeace. Oleh karena itu, dukungan finansial yang memadai sangat penting untuk mengatasi krisis ini.
Meskipun COP15 CBD menawarkan kesempatan terbaik untuk melindungi keanekaragaman hayati, tantangan besar tetap ada. Krisis lingkungan hidup sering kali tidak mendapatkan perhatian yang sama seperti perubahan iklim, padahal dampaknya juga sangat serius.
“Ada risiko besar bahwa kesempatan ini bisa datang dan pergi tanpa mendapatkan perhatian yang layak,” kata Greenpeace. Mereka memperingatkan bahwa jika pemerintah tidak mengambil tindakan yang lebih kuat sekarang, kita mungkin akan menyesalinya di masa depan.
Keterlibatan politik menjadi kunci untuk memastikan bahwa pertemuan ini tidak sia-sia. “Partisipasi politik adalah kunci untuk membuka ruang bagi tindakan ambisius,” kata Greenpeace. Sejarah telah menunjukkan bahwa perlindungan global memerlukan kepemimpinan yang kuat, seperti yang terlihat dalam upaya melawan polusi ozon dan perubahan iklim.
Keanekaragaman hayati akan menjadi isu utama di panggung global selama beberapa dekade mendatang. Kehidupan manusia sangat bergantung pada keanekaragaman hayati.
“Saat keanekaragaman hayati hancur, kita juga akan mengikutinya,” kata Greenpeace.
Keanekaragaman hayati memainkan peran penting dalam kesehatan, masyarakat, dan ekonomi – dari perikanan lokal hingga pasar global. Selain itu, lingkungan hidup juga merupakan salah satu sumber utama solusi untuk perubahan iklim, baik dalam mitigasi maupun adaptasi terhadap dampaknya.
Momen ini, COP15 CBD, adalah kesempatan kunci untuk masa depan kolektif kita di Bumi. Greenpeace mengundang semua pihak untuk menganggap pertemuan ini sebagai undangan terbuka untuk mewujudkan aksi nyata dalam perlindungan keanekaragaman hayati. “Kami bertanya kepada para pemimpin dunia: dapatkah alam mengandalkan Anda di Montreal?” tanya Greenpeace dengan tegas.
Untuk memastikan perlindungan keanekaragaman hayati yang efektif dan berkelanjutan, peran aktif dari semua pihak sangat diperlukan. Ini adalah saatnya bagi para pemimpin dunia untuk menunjukkan komitmen mereka dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga keanekaragaman hayati bagi generasi mendatang.