Tim Trilogi Khatulistiwa tidak hanya menjelajahi alam, tetapi juga berkontribusi pada pemahaman tentang keanekaragaman hayati Indonesia.

Tim Mahatva Unpad melakukan ekspedisi Trilogi Khatulistiwa. (Foto: Unpad)
Tim Mahatva Unpad melakukan ekspedisi Trilogi Khatulistiwa. (Foto: Unpad)

Perhimpunan Mahasiswa Penempuh Rimba & Pendaki Gunung Mahatva (PMPR & PG Mahatva) Unpad telah melaksanakan “Ekspedisi Trilogi Khatulistiwa” di tiga wilayah di Indonesia, yaitu Maluku, Banten, dan Yogyakarta, belum lama ini.

Ekspedisi Trilogi Khatulistiwa membawa satu tema kajian, yaitu “Studi Etnobotani Tanaman Obat” untuk mengenal Etnobotani dari suatu kawasan melalui pembuatan material tumbuhan yang telah diawetkan (Herbarium). Ekspedisi ini berfokus pada pengaplikasian skill dalam pendakian tebing curam (mountaineer skill).

Sebanyak delapan anggota muda dari Tim Trilogi Khatulistiwa wilayah Maluku, lima anggota muda dari Tim 1 wilayah Yogyakarta, serta lima anggota muda dari Tim 2 wilayah Banten, bergabung dalam kegiatan kolaboratif untuk meningkatkan sinergi antar daerah.

Negeri Saleman di Utara Pulau Seram, Maluku Tengah, yang menjadi destinasi ekspedisi Tim Maluku, merupakan tempat indah dan penuh pesona.

“Menaklukkan Tebing Hatupia terasa seperti menyatu dengan alam yang begitu agung dan megah,” ungkap Ian, Ketua Ekspedisi Tim Maluku, diakses dari laman resmi, Senin, 28 Oktober 2024.

Selain itu, Tim Trilogi Khatulistiwa Yogyakarta juga menghadapi tantangan yang tidak ringan. Mereka berhasil melakukan pemanjatan Tebing Siung.

“Pemandangan Pantai Siung yang indah terlihat dari atas tebing cukup terbayarkan dengan kelelahan yang kami rasakan selama proses persiapan,” ujar Alfin.

Tim 2 dari Banten melakukan susur pantai sepanjang ± 55 km dari Pantai Sabatur ke Pantai Tjiteureup. Dengan persiapan yang matang, mereka menjalani latihan fisik, mental, dan simulasi penyeberangan.

“Pantai yang terbentang luas telah menjadi saksi bisu atas semangat dan kebersamaan tim kami,” ujar Vani, Ketua Tim 2.

Melalui ekspedisi Trilogi Khatulistiwa ini, mereka tidak hanya menjelajahi keindahan alam, tetapi juga berkontribusi pada pemahaman lebih dalam tentang kekayaan biodiversitas Indonesia. Ekspedisi ini menegaskan pentingnya sinergi dalam menjelajahi dan melestarikan alam serta budaya lokal.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.