Reklamasi Pulau Pari akan merusak ekosistem laut dan merugikan warga yang selama ini menggantungkan hidup dari laut.

Aksi warga Pulau Pari menolak reklamasi. (Foto: Zharfan Zahir /enternusantara.org)
Aksi warga Pulau Pari menolak reklamasi. (Foto: Zharfan Zahir /enternusantara.org)

Masyarakat Pulau Pari terus berjuang menolak reklamasi yang akan merusak ekosistem laut. Awal November lalu, kembali berhadapan dengan kedatangan alat berat yang diangkut oleh kapal besar ke pulau mereka tanpa izin dari warga.

Kedatangan alat berat ini bukan yang pertama kali terjadi dan menandai upaya lanjutan untuk memulai proyek reklamasi yang terus mendapat penolakan dari penduduk setempat.

Warga Pulau Pari kembali menggelar aksi protes dan menyuarakan penolakan tegas mereka terhadap proyek reklamasi yang berpotensi merusak ekosistem laut, tempat mereka menggantungkan hidup selama bertahun-tahun.

“Kami, warga Pulau Pari, menolak keras segala bentuk kerusakan yang terjadi di pulau ini. Kedatangan alat berat yang terus berulang tanpa izin ini adalah ancaman nyata bagi ruang hidup dan penghidupan kami,” tegas perwakilan warga Pulau Pari, dalam keterangan resmi yang diakses dari laman Enter Nusantara, Jumat, 12 Desember 2024.

Reklamasi yang direncanakan dikhawatirkan akan menghancurkan sumber daya laut, mengancam keberlanjutan ekosistem laut, dan merusak tatanan sosial-budaya masyarakat Pulau Pari.

Penduduk setempat mengaku tidak pernah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, dan merasa diabaikan dalam menghadapi ancaman yang terus menghantui pulau mereka.

“Jadi aparat negara bukannya ngelindungin warga malah gerogoti lahan warga!” teriak salah satu warga lainnya.

Dengan berulangnya insiden ini, masyarakat Pulau Pari menegaskan akan terus memperjuangkan hak mereka atas lingkungan hidup yang sehat dan melawan setiap upaya perusakan lingkungan yang terjadi tanpa persetujuan mereka.

Dampak reklamasi

Reklamasi laut, yaitu proses penambahan luas daratan dengan cara mengisi laut dengan material, dapat membawa berbagai dampak negatif bagi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Beberapa bahaya reklamasi laut antara lain:

1. Kerusakan ekosistem laut. Reklamasi laut sering merusak terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove yang merupakan habitat penting bagi berbagai spesies laut. Kehilangan habitat ini dapat mengancam keanekaragaman hayati laut dan mengganggu rantai makanan.

2. Perubahan pola arus laut. Reklamasi dapat mengubah pola arus laut dan sirkulasi air, yang berpotensi menyebabkan erosi di daerah sekitarnya dan mengganggu proses alami, seperti peredaran nutrien dan distribusi organisme laut.

3. Peningkatan risiko banjir. Mengisi laut untuk reklamasi dapat mengurangi daya tampung air dan memperburuk risiko banjir, terutama di kota-kota pesisir yang rendah. Tanah yang baru dibangun dari reklamasi juga bisa lebih rentan terhadap penurunan tanah.

4. Kehilangan sumber mata pencaharian. Reklamasi sering berdampak pada nelayan lokal karena merusak daerah tangkapan ikan mereka. Selain itu, pekerjaan tradisional yang bergantung pada ekosistem laut seperti budidaya ikan atau pariwisata laut dapat terancam.

5. Polusi dan kualitas air. Aktivitas reklamasi, terutama jika tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan pencemaran air melalui pembuangan limbah konstruksi, sedimen, dan bahan kimia berbahaya yang terlepas ke laut.

6. Dampak sosial dan ekonomi. Proyek reklamasi sering melibatkan relokasi masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, yang dapat menimbulkan ketegangan sosial dan konflik lahan. Selain itu, meskipun dapat meningkatkan ruang untuk pembangunan, tidak semua masyarakat mendapat manfaat dari proyek ini, sementara dampak negatif seperti kerusakan lingkungan dapat dirasakan dalam jangka panjang.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.