Jarak tempuh dari rumah relawan menuju lokasi banjir sekitar 42 kilometer dengan kondisi hujan dan jalan berat, bahkan terputus.

Bencana banjir masih merendam sejumlah wilayah di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Hingga 5 Februari 2024, tim relawan Jaringan Organisasi Kepencintaalaman dan Sosial (JOKS) melaporkan banjir menggenangi tiga perkampungan di Desa Danti, Kecamatan Sanggau Ledo.
Relawan JOKS Gatot Susanto Nugroho mengatakan, banjir Bengkayang merendam Kecamatan Ledo dan Sanggau Ledo sejak 27 Januari 2025. Sejak saat itulah, atlet arung jeram dari Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kalbar ini menerima mandat dari JOKS untuk mendatangi dan menghimpun informasi banjir.
Dia bergerak sendiri, dari kediamannya di Desa Bengkilu, Kecamatan Tujuh Belas, menuju Desa Danti yang menghabiskan waktu 2,5 jam. “Satu jam ke Sanggau Ledo, kemudian 1,5 jam dari Sanggau Ledo ke lokasi banjir,” kata Gatot melalui percakapan WhatsApp.
Jarak tempuh dari kediaman Gatot menuju lokasi banjir berdasarkan Google Maps sekitar 42 kilometer dengan kondisi hujan dan jalan yang penuh tantangan, di antaranya terdapat ruas jalan terputus.
Sesampai di lokasi banjir, Gatot bertemu dengan rekan-rekannya di FAJI Bengkayang yang lebih dulu standby. Kemudian berkoordinasi dengan pihak Pemerintah Kecamatan Ledo dan Kecamatan Sanggau Ledo, para relawan, termasuk PMI, TNI, dan Polri. Mereka bekerja sama membangun Posko Relawan Banjir seadanya di Kantor Kecamatan Sanggau Ledo.
Informasi dari Gatot menjadi “mata” bagi Posko Relawan Banjir yang berada di Pontianak. Di posko, tim relawan menganalisis laporan sekaligus mengatur strategi pendistribusian personel evakuasi dan bantuan material.
Selama memantau banjir, Gatot juga berpindah-pindah lokasi. Hingga tertahan selama seminggu di Desa Jesape, sejak 29 Januari 2025. Semua biaya operasional ditanggung sendiri.
Saat ini, kata Gatot, banjir di Desa Jesape mulai surut. “Kami kesulitan menembus lokasi banjir paling dalam. Terpaksa menggunakan perahu milik warga. Bila arus deras dan BBM tak ada, kami tak bisa apaapa,” kata Gatot, yang juga seorang atlet dan operator arung jeram di Bengkayang.
Berdasarkan data dari Posko Relawan Banjir, warga yang terdampak banjir di Dusun Engkanang mencapai 98 kepala keluarga. Sedangkan di Dusun Momong sebanyak 205 kepala keluarga. Dua dusun terdampak banjir berada di Desa Danti. Satu desa lainnya yang juga terdampak banjir adalah Desa Gua dengan jumlah korban terdampak sebanyak 40 kepala keluarga. Beberapa warga di antaranya sudah mendapatkan bantuan dari Pemkab Bengkayang.
“Sampai saat ini air masih tinggi dikarenakan daerah tersebut merupakan daerah dataran rendah. Selain itu berada di muara dari dua aliran sungai besar Ledo dan sungai Tangi,” kata Samsudin, rekan Gatot yang juga atlet arung jeram dari FAJI Bengkayang. Samsudin juga relawan.
Itu baru di Desa Danti dan Desa Gua. Masih banyak desa yang terdampak dan perlu bantuan. Di Kabupaten Bengkayang, banjir menghantam 11 kecamatan hingga daerah perbatasan Indonesia – Malaysia.
Kendala para relawan menjangkau lokasi serta saluran komunikasi membuat pendataan korban banjir mengalami kendala. Berdasarkan data BPS Volume 14 tahun 2024, Desa Danti tidak memiliki menara BTS. Tidak memiliki transportasi umum. Tidak memiliki penginapan. Jarak dari pusat pemerintahan kabupaten yaitu Kota Bengkayang menuju Desa Danti berdasarkan google map sejauh 55 kilometer ditempuh selama 1,5 jam. Kondisinya pula benar-benar sulit.
Bantuan dan bencana banjir Bengkayang
Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis menyerahkan langsung bantuan untuk masyarakat yang terdampak banjir di 2 Kecamatan, yaitu Kecamatan Ledo dan Kecamatan Sanggau Ledo pada Senin (3/2/2025). Paket bantuan berupa beras, makanan siap saji, susu formula, susu kental manis, pampers anak, pembalut, air mineral, obat obatan, mi instan, minyak goreng, dan roti.
Sebanyak 650 paket untuk Kecamatan Ledo dan Kecamatan Sanggau Ledo sebanyak 305 paket. Sementara total warga terdampak banjir mencapai 12.023 jiwa. Untungnya warga Bengkayang punya inisiatif untuk mengumpulkan bantuan di beberapa titik banjir.
Berdasarkan informasi Diskominfo Bengkayang, khusus di Kecamatan Ledo terdapat bencana longsor di Desa Lamolda, jembatan rusak di Desa Rodaya, dan lokasi banjir di jalan raya Bengkayang – Jagoi Babang Dusun Tanjung, Desa Lesabela. Warga Desa Lesabela mengungsi ke Gedung SDN 01 Ledo.
Banjir di Kabupaten Bengkayang juga menghantam 533,90 hektare lahan padi, dan 191,15 hektare lahan jagung di 11 kecamatan. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang Dr Yulianus memperkirakan kerugian mencapai Rp17 milyar lebih. Pemerintah Kabupaten Bengkayang menetapkan status tanggap bencana mulai tanggal 22 Januari – 21 Februari 2025. Penanganan banjir di Bengkayang benar-benar sulit. Pemkab mengakui untuk menggunakan anggaran perlu proses yang panjang.
- Sikap hemat energi berperan vital mengurangi emisiTransformasi menuju peralatan yang lebih hemat energi perlu dukungan semua pihak. Produsen mesti didorong membuat peralatan hemat energi.
- Masyarakat Daerah Penghasil Energi yang TerpinggirkanHanya berjarak delapan kilometer dari Mega Proyek Strategis Nasional yang berdiri megah di Gunung Salak, kehidupan warga dalam bayang-bayang kesulitan.
- Walhi luncurkan riset dampak PLTU pada lingkunganTiga wilayah menjadi lokasi riset dampak PLTU pada kerusakan lingkungan, yakni Paiton, Pacitan, dan Cilacap.
- PLN serukan kolaborasi untuk transisi energi di IndonesiaTransisi energi adalah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak
- Pemerintah perlu dongkrak investasi untuk mengatasi keterbatasan anggaran dalam transisi energiPemerintah perlu meningkatkan investasi dan reformasi kebijakan untuk mempercepat transisi energi, mengatasi dominasi batubara, dengan energi baru terbarukan
- Mengundang bencana ekologis melalui deforestasi 20 juta hektare hutan untuk pangan dan energiPemerintah didesak mengurungkan dan menghentikan proyek ambisius mempercepat laju deforestasi dengan dalih pangan dan energi.