Pelajari tentang hutan Papua dan ancaman yang dihadapinya, termasuk deforestasi dan perusakan habitat yang semakin meningkat.

Hutan Papua memiliki peran yang sangat penting, tidak hanya bagi kelestarian ekosistem dunia, tetapi juga untuk kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sebagai paru-paru dunia, hutan Papua menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa, menjadi habitat bagi banyak spesies endemik, dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan iklim global. Lebih dari itu, hutan tersebut juga memberikan manfaat langsung bagi masyarakat adat setempat yang mengandalkan hutan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari pangan, obat-obatan, hingga bahan bangunan.
Namun, ancaman terhadap hutan Papua semakin nyata, mulai dari deforestasi, perusakan habitat, hingga kegiatan ilegal. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kelestarian hutan, agar manfaatnya bisa dinikmati tidak hanya oleh masyarakat adat saat ini, tetapi juga oleh generasi mendatang. Untuk mendukung upaya pelestarian hutan tersebut, EcoNusa menyelenggarakan pelatihan SMART Patrol bagi masyarakat adat di Papua Barat. Pelatihan ini berlangsung selama lima hari pada 20-24 Januari 2025 dan diikuti oleh berbagai perwakilan masyarakat adat, lembaga pemerintah, dan organisasi lingkungan di wilayah Papua Barat.
“Tujuan dari pelatihan SMART Patrol ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat adat agar mereka dapat berperan aktif dalam pengawasan dan perlindungan hutan adat mereka, sekaligus mengenalkan teknologi yang dapat mendukung kelestariannya,” ujar Charles Sroyer, panitia kegiatan SMART Patrol, dikutip dari EcoNusa.
SMART Patrol adalah aplikasi inovatif yang dirancang untuk mempermudah pengumpulan data terkait pengelolaan dan perlindungan hutan. Aplikasi ini dapat digunakan oleh masyarakat adat untuk mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data yang terhubung langsung dengan kegiatan di lapangan. Sistem ini terhubung dengan smartphone, sehingga memungkinkan pengelolaan data yang lebih efisien dan efektif.
Edison Syufi, peserta dari Suku Ireres di Tambrauw, mengatakan bahwa aplikasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat adat dalam mendokumentasikan kekayaan alam mereka. Data ini dapat digunakan oleh pemerintah atau pihak lain untuk tujuan pembangunan masyarakat adat. Selain itu, aplikasi SMART patrol sangat membantu tugas-tugas masyarakat adat karena mempermudah mereka dalam hal waktu, tenaga, dan pembiayaan.
“Setelah pulang dari sini, kami akan gunakan aplikasi untuk mencatat semua keanekaragaman hayati dan apa pun yang ada di wilayah adat kami. Setelah itu, kami bawa ke pemerintah kabupaten untuk mendapatkan rekomendasi mengurus pengakuan hak wilayah adat ke negara,” katanya.
SMART Patrol punya beragam manfaat dalam menjaga hutan Papua, di antaranya:
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat. Memberikan kesempatan bagi masyarakat adat untuk berperan aktif dalam pemantauan dan perlindungan hutan mereka. Dengan aplikasi ini, mereka dapat secara langsung terlibat dalam kegiatan pengumpulan data dan pengawasan kawasan hutan adat mereka.
Pengumpulan Data yang Terukur dan Tersusun. Aplikasi ini memungkinkan data yang terkumpul lebih terstruktur dan terintegrasi dengan sistem manajemen, memudahkan pengelolaan informasi untuk merencanakan dan mengevaluasi pengelolaan hutan yang lebih baik.
Efisiensi Pengelolaan Data. Dengan menggunakan SMART Patrol yang terhubung dengan smartphone, data yang dikumpulkan dapat dikelola secara langsung dan efisien, mengurangi kesalahan manual serta mempercepat proses pengambilan keputusan berbasis data.
Pengambilan Keputusan yang Lebih Tepat. Data yang terkumpul dengan menggunakan SMART Patrol dapat menjadi dasar yang kuat untuk merencanakan kebijakan pengelolaan hutan yang lebih tepat, berbasis fakta dan informasi yang terkini.
Pelatihan ini diikuti oleh 27 peserta dari berbagai suku adat, di antaranya masyarakat suku Irires dari Kabupaten Tambrauw, suku Sough Bohon dari Kabupaten Manokwari Selatan, dan suku Kuri dari Bintuni. Selain masyarakat adat, kegiatan ini juga melibatkan perwakilan dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bintuni dan Manokwari Selatan, Universitas Papua, serta lembaga Ekozona.
Pelatihan dilaksanakan di Hotel Mansinam Beach, Manokwari, dan peserta juga diberikan kesempatan untuk langsung mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dalam praktik lapangan, di Gunung Meja. Di sana, mereka belajar cara menggunakan SMART Patrol untuk mengumpulkan data terkait hutan adat mereka.
“Harapannya, setelah pelatihan ini, masyarakat adat tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan individu, tetapi juga dapat mendokumentasikan data tentang hutan adat mereka dengan baik. Dengan cara ini, data yang terkumpul bisa digunakan untuk merencanakan pengelolaan yang lebih efektif di masa depan,” kata Laurio Leonald, pemateri SMART Patrol.
Nelce M. Budhi, peserta dari KPH Bintuni, mengucapkan terima kasih kepada EcoNusa atas ilmu yang telah dibagikan. Ia menyampaikan bahwa materi yang diberikan akan menjadi bekal bagi tim KPH dan masyarakat Kampung Kuri untuk melakukan patroli hutan sebagai upaya pengamanan hutan. Nelce berharap pendampingan dari EcoNusa dapat ditingkatkan agar masyarakat dapat lebih aktif berpartisipasi.
Pelatihan SMART Patrol ini adalah langkah penting dalam mendukung pengelolaan hutan yang berkelanjutan di Papua Barat. Dengan melibatkan masyarakat adat dalam pengumpulan data dan pengambilan keputusan, diharapkan hutan-hutan di Papua Barat dapat terus terjaga dan terlindungi. Langkah ini juga diharapkan dapat memberi dampak positif tidak hanya untuk kelestarian alam, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat adat yang bergantung pada hutan sebagai sumber kehidupan mereka.
- Laut, Identitas yang Terancam Tambang Emas di SangiheAktivitas tambang emas yang mulai beroperasi di pulau kecil Sangihe mengubah kehidupan masyarakat. Pola hidup warga terganggu.
- Menanti keberhasilan rehabilitasi macan tutulPredator terbesar di Pulau Jawa, macan tutul jawa (Panthera pardus melas) masih dalam status ‘terancam punah’
- Menguatkan pemenuhan hak atas tanah warga Sulawesi Tenggara melalui pendidikanKPA dan ForSDa Gelar Pendidikan Kader di Kolaka, Sulawesi Tenggara di tengah ketimpangan kepemilikan tanah.
- Persidangan gugatan warga terhadap perusahaan pemicu kabut asap terus bergulirHakim persidangan didesak tidak hanya menghukum para tergugat, tetapi memerintahkan pemulihan lahan gambut yang rusak karena terbakar.
- Menangkarkan kodok darah: upaya menambah indikator kesehatan lingkunganTaman Safari Indonesia menangkarkan kodok darah. Amfibi ini masuk dalam kategori kritis atau critically endangered menurut lembaga konservasi alam internasional, IUCN.
- Pergerakan magma dan kaitannya dengan bencana vulkanikDiperlukan metode analisis kimia beresolusi tinggi untuk memahami pergerakan magma dari dalam bumi hingga menimbulkan bencana vulkanik.