Ilmu biomedik menawarkan prospek cerah bagi mahasiswa yang tertarik dengan teknologi kesehatan dan inovasi medis.

Dalam menghadapi perkembangan teknologi dan dinamika dunia kerja yang terus berubah, calon mahasiswa sering dihadapkan pada kebingungan memilih jurusan yang relevan di masa depan. Di tengah tantangan tersebut, jurusan teknik biomedis muncul sebagai salah satu pilihan yang menawarkan prospek cerah.
Didirikan sejak 2007 di Telkom University, jurusan ini menggabungkan ilmu teknik dan kedokteran untuk menghasilkan inovasi di bidang kesehatan.
Teknik biomedis atau biomedical engineering adalah disiplin ilmu yang memadukan pemahaman medis dengan pendekatan teknik untuk merancang dan mengembangkan alat-alat teknologi medis. Jurusan ini cocok bagi mereka yang memiliki minat pada dunia kesehatan dan inovasi teknologi.
“Dalam praktiknya, lulusan teknik biomedis akan terlibat dalam berbagai kegiatan, mulai dari pengembangan perangkat medis hingga penelitian ilmiah,” demikian keterangan resmi Telkom University, Bandung, diakses Sabtu (7/5/2025).
Salah satu inovasi dari Telkom University adalah e-Growth Chart Monitoring System (EGCMS), hasil Program Matching Fund (MF) pada Juli 2022. Sistem ini dikembangkan untuk memantau pertumbuhan bayi dan balita, menunjukkan potensi konkret dari penerapan ilmu teknik biomedis.
Di Telkom University, mahasiswa teknik biomedis dibekali dengan kurikulum yang mencakup berbagai bidang, antara lain:
Pengetahuan umum: pendidikan agama, Pancasila, kewarganegaraan, olahraga, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Teknik dasar: kalkulus, fisika, kimia, jaringan dan multimedia, serta pemrograman.
Biomedis dasar: biologi medis, anatomi, fisiologi.
Teknik biomedis lanjutan: fisika medis, biomekanika, sensor biomedis, pengolahan sinyal.
Pengembangan profesional: instrumentasi biomedis dan aplikasi ICT di layanan kesehatan.
Ilmu penunjang: wirausaha, keselamatan kerja, lingkungan (K3LL), dan ekonomi teknik.
Keterampilan penting yang perlu dimiliki mahasiswa mencakup kemampuan komunikasi efektif, pemecahan masalah, penguasaan sains dan matematika, kerja sama tim, serta manajemen waktu.
Peluang Karier Lulusan Biomedik
Lulusan teknik biomedis memiliki peluang luas di berbagai sektor, dengan tingkat risiko rendah terhadap otomatisasi oleh AI. Menurut situs replacedbyrobot.info (data Oxford Martin School), hanya kurang dari 5% pekerjaan di bidang ini yang berpotensi digantikan oleh kecerdasan buatan. Career Planner juga memproyeksikan pertumbuhan lapangan kerja di sektor biomedis sebesar 7% pada periode 2016–2026.
Berikut adalah beberapa pilihan karier bagi lulusan teknik biomedis:
Industri: bekerja di perusahaan farmasi, terlibat dalam pemeliharaan alat produksi obat, kontrol kualitas, dan supervisi laboratorium.
Lembaga pendidikan: menjadi dosen dan peneliti akademik di bidang teknik biomedis, dengan peluang terbuka lebar karena masih terbatasnya program studi ini di Indonesia.
Rumah sakit: menjadi konsultan dan teknisi alat medis, bertanggung jawab atas pemilihan, pengujian, serta perawatan peralatan kesehatan.
Lembaga riset: melakukan penelitian tentang alat kesehatan, baik di dalam maupun luar negeri.
Instansi pemerintah: bekerja di kementerian atau dinas kesehatan serta lembaga lain yang berkaitan, dengan tugas seperti pengujian dan penetapan standar alat medis.
Riset dan Tantangan Bidang Biomedik
Dalam wawancara bersama podcast U Talks Universitas Lampung (Unila), Sutyarso — guru besar biomedik yang aktif dalam riset kesehatan reproduksi — menjelaskan bahwa ilmu biomedik tidak hanya terbatas pada studi penyakit atau pengembangan terapi. Bidang ini juga mencakup penerapan teknologi dalam peningkatan kualitas kesehatan reproduksi.
Contoh riset yang dikembangkan Sutyarso mencakup studi tentang penuaan dan reproduksi seksual, serta eksplorasi metode genetik yang memungkinkan perencanaan kehamilan secara ilmiah. Ia menekankan bahwa pendekatan ini harus selalu mempertimbangkan etika medis dan dilakukan melalui konsultasi profesional.
Menurut Sutyarso, riset biomedik mencakup aspek yang luas, mulai dari pemahaman fungsi seksual, edukasi reproduksi di sekolah dan perguruan tinggi, hingga upaya pencegahan infertilitas. Namun, ia juga menyoroti tantangan besar di bidang ini, seperti tingginya biaya alat, keterbatasan fasilitas, serta kebutuhan akan kolaborasi lintas disiplin. Ia menegaskan bahwa kemajuan biomedik di masa depan memerlukan dukungan dari teknologi seperti bioteknologi dan terapi gen.
Menutup perbincangan, Sutyarso mendorong generasi muda untuk mulai mengeksplorasi bidang ini. Ia menyampaikan bahwa meskipun program studi S-1 Biomedik belum tersedia secara luas, peluang riset dan kontribusi di bidang ini sangat terbuka.
“Saya sangat mendorong generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk mulai menaruh minat pada bidang biomedik. Meskipun program studi S-1 Biomedik saat ini belum tersedia secara luas, jangan ragu untuk mantap memilih jalur ini. Biomedik punya peran besar dalam masa depan kesehatan dan teknologi, dan butuh kontribusi dari generasi muda yang punya semangat riset dan inovasi,” ujar Sutyarso, diakses dari laman resmi Unila.