Universitas Lambung Mangkurat berperan aktif dalam ketahanan pangan dengan kebun edukasi 10 hektare di Kalimantan Selatan.

Universitas Lambung Mangkurat (ULM) menunjukkan peran aktifnya dalam penguatan ketahanan pangan melalui aksi nyata di lapangan. Salah satunya dilakukan oleh Rektor ULM Ahmad Alim Bachri, yang mengelola kebun edukasi seluas 10 hektare di Desa Sambangan, Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan.
Kebun tersebut menjadi lokasi panen jagung dan kopi robusta yang dilaksanakan bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kalimantan Selatan. Acara panen turut dihadiri oleh Gubernur Kalimantan Selatan Muhidin.
Sekitar 9.000 pohon kopi dan tanaman jagung yang ditanam dengan sistem pertanian ramah lingkungan menjadi hasil panen hari itu, 2 Juli 2025. . Gubernur Muhidin menyampaikan bahwa kebun ini dapat menjadi model pertanian yang layak ditiru oleh masyarakat.
“Jagungnya manis, dan bahkan bubur jagung buatan ibunda Pak Rektor luar biasa. Ini contoh konkret ketahanan pangan berbasis masyarakat,” ujarnya, diakses dari keterangan resmi, Kamis (7/8/2025).
Ia juga mengajak masyarakat Kalimantan Selatan untuk mengoptimalkan lahan tidur dan belajar dari kebun edukasi yang dikelola oleh Rektor ULM. “Silakan hubungi Pak Rektor kalau ingin belajar berkebun jagung dan kopi. Ini harus jadi gerakan bersama,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ahmad Alim Bachri menjelaskan bahwa pengelolaan kebun ini merupakan bagian dari visi ULM untuk mendorong kedaulatan pangan dan memberi manfaat sosial.
“Kami juga menjalin sinergi dengan Polda Kalsel, salah satunya dalam pengembangan peternakan sapi. Sebanyak 50 ekor telah dipasarkan menjelang Iduladha,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa hasil dari usaha peternakan turut digunakan untuk membantu mahasiswa kurang mampu melalui subsidi Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Tantangan pertanian di Kalimantan
Di tengah berbagai upaya untuk mendorong kemandirian pangan, sektor pertanian di Kalimantan masih menghadapi berbagai tantangan struktural dan kelembagaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Maryam dari Program Studi Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, disebutkan bahwa pembangunan pertanian di Kalimantan Timur hingga kini belum sepenuhnya berbasis pada potensi sumber daya lokal.
Kondisi ini membuat proses pembangunan pertanian di wilayah tersebut menghadapi kendala baik secara teknis maupun sosio-kultural (Puslitbangwil Unmul, 2000).
Lebih lanjut, Maryam mengutip pendapat Suprapto (1999) yang menyatakan bahwa pengembangan kebijakan pertanian yang ideal memerlukan dukungan lima faktor utama: kebijakan makro yang konsisten, penguasaan teknologi, sarana dan prasarana yang memadai, sumber daya manusia yang kompeten, serta kelembagaan yang mendukung.
Analisis kelembagaan sendiri diperlukan untuk menggambarkan penilaian kebutuhan (need assessment), permasalahan, dan potensi dalam menanggulangi kendala pembangunan wilayah pertanian.
- Kampus di Kalimantan bertani jagung dan kopi, dorong ketahanan pangan berbasis masyarakat
- Penelitian: bagaimana aktivitas magnet bumi mempengaruhi perubahan iklim
- Memilah sampah jadi uang ala mahasiswa Tekom University
- Warga tolak klaim sosialisasi PLTP Cipanas oleh Balai Besar TNGGP
- Reforma agraria bisa terwujud: Belajar dari Gunung Anten, Langensari, dan Kasepuhan Jamrut
- 7 wilayah di Papua desak pengesahan RUU Masyarakat Adat