Sonic/Panic Volume 3 menghadirkan 15 lagu dari 15 musisi lintas genre. Album ini berisi peringatan untuk menghadapi krisis iklim
Alarm Records meluncurkan album kompilasi sonic/panic Vol. 3, yang menghadirkan 15 lagu dari 15 musisi lintas genre di Indonesia. Album ini berisi peringatan untuk menghadapi krisis iklim yang semakin nyata. Juga, seruan untuk bikin kebijakan yang lebih berpihak pada kondisi bumi.
Musisi yang ikut berpartisipasi di antaranya Ave the Artist, Bunyi Waktu Luang, Chicco Jerikho, Egi Virgiawan, Kunto Aji, Majelis Lidah Berduri, Manja, Peach, Reality Club, Scaller, Sukatani, Teddy Adhitya, The Brandals, The Melting Minds, dan Usman and The Blackstones.
Sebagai bagian dari rangkaian peluncuran, pada 2 Oktober 2025 di Georgetown SFS Asia Pacific, Jakarta, Alarm Records menggelar konferensi pers dan showcase eksklusif pra-rilis. Acara ini juga hadirkan penampilan spesial dari Reality Club dan Usman and The Blackstones, yang membawakan lagu terbaru mereka.
Selain itu, ada pula pemutaran dua single pertama, yang masing-masing diciptakan musisi pop-folk, Kunto Aji berjudul ‘Manusia Terakhir di Bumi’, dan lagu karya Sukatani yang bertajuk ‘Kebangkitan’.
Fathia Izzati, vokalis Reality Club menceritakan, Sonic/panic Vol.3 lahir dari rangkaian lokakarya IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab) yang digelar di Ubud, Bali, Juni lalu.
Lokakarya ini memberinya wawasan komprehensif tentang ancaman yang dihadapi bumi. Situasi itu kemudian memberinya pengalaman baru untuk menulis lagu dengan tema lingkungan hidup.
“Saat menulis lagu tentang iklim, energinya juga berbeda, lebih emosional dan penuh amarah dibanding lagu cinta biasanya. Aku juga nggak sabar, kalau boleh bawain lagu ini bukan hanya di IKLIM Fest, tapi juga di panggung-panggung Reality Club lainnya.”
Kunto Aji, solois yang juga terlibat bilang ada rasa sedih sekaligus optimisme yang dia dapat dari lokakarya IKLIM. Meski tahu krisis iklim bikin bumi makin rentan, ia ingin berkontribusi dengan caranya, untuk keselamatan generasi mendatang.
“Ada rasa sedih melihat kerusakan yang sudah terjadi, tapi juga ada harapan ketika membayangkan optimisme mereka. Momentum ini mendorong saya untuk menulis sesuatu yang lebih serius.”
Semangat serupa disampaikan Usman Hamid, aktivis sekaligus vokalis Usman and The Blackstones. Dia percaya, pesan-pesan persuasif dan emosional yang terkandung dalam musik bisa jadi solusi alternatif untuk perkuat advokasi lingkungan, demokrasi dan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
“Kata-kata dan data tidak selalu mampu menggugah mereka yang memegang kekuasaan. Musik bisa jadi jalan baru, karena ia tidak hanya bicara soal estetika, tapi juga membawa emotional persuasion yang kuat.”
Festival musik berkelanjutan
Tahun ini, sonic/panic Vol. 3 hadir dengan semangat yang semakin meluas. Setelah tahun-tahun sebelumnya dirayakan di Bali, peluncuran album kompilasi ini akan dihelat bersamaan dengan festival musik Rock In Celebes, 1–2 November 2025 di Makassar.
Rock In Celebes berkolaborasi dengan IKLIM Fest untuk menghadirkan festival musik yang lebih berkelanjutan, ramah lingkungan, dan sadar iklim.
Ardy Siji, founder sekaligus promotor Rock In Celebes mengatakan, setelah 16 tahun pagelaran, festival musik tahunan terbesar di Indonesia timur itu ingin berkontribusi lebih. Soalnya, dia menilai, festival musik merupakan ruang yang punya pengaruh besar, bukan hanya untuk pertunjukkan karya, tetapi juga menyuarakan perubahan.
“Karena itu, berkolaborasi dengan IKLIM tahun ini terasa sangat tepat, kami ingin menjadikan Rock In Celebes sebagai festival yang lebih berkelanjutan dan mengajak audiens untuk ikut peduli pada masa depan bersama.”
Sonic/panic Vol. 3 adalah bagian dari gerakan Music Declare Emergency (MDE) Indonesia, yang diluncurkan pada 22 April 2023. Dengan kampanye No Music on a Dead Planet, mereka ingin ajak masyarakat untuk peduli dan mengarusutamakan isu krisis iklim, lewat seni dan musik.
- Sonic/Panic Volume 3, keberlanjutan kolaborasi musisi untuk selamatkan bumi
- Macan tutul tersesat ke hotel di Bandung, populasi di alam kian menyusut
- Dukungan internasional mengalir kepada tergugat perkara bahaya asbes
- Deklarasi Sumba untuk keadilan ekologis: seruan dari Timur untuk membalik arah pembangunan
- Warga di Kepulauan Riau terancam relokasi karena proyek ‘berkelanjutan’
- Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup di Sumba, 20 September ditetapkasn sebagai Hari Keadilan Ekologis