PT PLN (Persero) berkolaborasi dengan Uni Eropa, KfW Development Bank, dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) membangunan infrastruktur listrik hijau.
Langkah Indonesia menuju transisi energi bersih kembali mendapatkan momentum signifikan. PT PLN (Persero) memperkuat kolaborasi strategis internasionalnya dengan Uni Eropa, KfW Development Bank, dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI untuk mempercepat pembangunan infrastruktur listrik hijau.
Fokus utama kerja sama ini adalah pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pumped Storage berskala besar—teknologi yang sering disebut sebagai “baterai air” raksasa—di dua lokasi strategis, yakni Sumatera Utara dan Jawa Timur. Langkah ini ditegaskan sebagai upaya konkret mendukung pencapaian Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.
Kerja sama ini merupakan kelanjutan dari komitmen global yang sebelumnya telah dibangun, termasuk kesepakatan yang ditandatangani pada COP28 di Dubai tahun 2023 lalu.
Investasi hijau dan inovasi pendanaan
Direktur Keuangan PLN, Sinthya Roesly, menjelaskan bahwa pengembangan energi baru terbarukan (EBT) seperti PLTA Pumped Storage membutuhkan pendekatan yang tidak biasa, terutama dalam aspek pendanaan. Proyek ini dinilai krusial untuk menjamin stabilitas pasokan energi bersih di masa depan.
“Proyek energi terbarukan sangat penting untuk mempercepat transisi energi dan membutuhkan skema pembiayaan yang inovatif serta kolaborasi yang luas,” ujar Sinthya Roesly.
Untuk mendukung tahap awal proyek ini, Uni Eropa bersama KfW telah mengucurkan bantuan teknis (technical assistance) senilai EUR 6 juta. Dana ini dialokasikan khusus untuk penyusunan studi kelayakan (feasibility study) di dua lokasi proyek. Di Sumatra Pumped Storage di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, dan Grindulu Pumped Storage di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Proyek di Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri karena akan memanfaatkan Danau Toba sebagai kolam penampung bawah (lower reservoir), sementara kolam atas (upper reservoir) akan dibangun menggunakan sistem ring dam. Proyek ini diperkirakan menelan investasi sekitar USD 582 juta.
Sementara itu, proyek Grindulu di Pacitan direncanakan memiliki kapasitas total 1.000 Megawatt (MW) dengan estimasi kebutuhan investasi mencapai USD 1,08 hingga 1,3 miliar.
Dukungan global gateway Uni Eropa
Perwakilan Uni Eropa, Jerome Pons, menyoroti bahwa keterlibatan Eropa dalam proyek ini berada di bawah payung inisiatif Global Gateway. Ia menekankan pentingnya membangun sistem kelistrikan yang tidak hanya rendah emisi, tetapi juga tangguh.
“Inisiatif Global Gateway berperan dalam membangun sistem tenaga listrik yang tangguh dan rendah emisi,” kata Jerome Pons.
Senada dengan hal tersebut, Direktur PT SMI, Faris Pranawa, menegaskan bahwa sinergi antara lembaga domestik dan mitra internasional adalah kunci untuk memobilisasi pembiayaan hijau di Indonesia.
“Sinergi antara mitra domestik dan internasional merupakan katalisator bagi pembiayaan hijau,” ungkap Faris.
Tonggak penting menuju 2060
Executive Vice President Keuangan Korporat PLN, Maya Rani Puspita, menambahkan bahwa realisasi kerja sama ini bukan sekadar proyek infrastruktur, melainkan sebuah pembuktian komitmen terhadap mitigasi perubahan iklim.
“Kerja sama ini menjadi tonggak penting untuk mencapai target Net Zero Emissions tahun 2060,” tegas Maya Rani Puspita.
Kolaborasi ini diharapkan menjadi model bagi proyek-proyek transisi energi lainnya di Indonesia, membuktikan bahwa pergeseran dari energi fosil menuju energi bersih dapat dilakukan melalui kemitraan global yang solid dan pendanaan yang berkelanjutan.
- Photovoice merekam krisis ekologis Pontianak lewat lensa warga
- PLN dan Uni Eropa pacu pembangunan “Baterai Air” raksasa target NZE 2060
- Indonesia di panggung COP30: aktif kritik teks, pasif aksi iklim
- Antara “Supermarket” karbon dan jerat utang iklim
- Tata kelola geothermal Indonesia, pusat merencanakan daerah menderita
- Ambisi SNDC Indonesia terjebak ekspansi ekstraktif, mengancam gambut dan laut
