Teluk Saleh di NTB kemungkinan besar menjadi habitat hiu paus melahirkan dan mengasuh bayi-bayinya

Komunitas ilmuwan Indonesia dan internasional secara resmi mengonfirmasi temuan yang sudah lama ditunggu oleh para peneliti biologi laut, yaitu temuan neonatal atau bayi hiu paus yang baru lahir di alam liar, di Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB). Tetapi temuan tersebut bukan hanya soal keberadaan seekor hiu paus muda di perairan NTB, tetapi menjadi petunjuk kuat bahwa Teluk Saleh kemungkinan menjadi habitat hiu paus melahirkan dan mengasuh bayi-bayinya.

Bayi hiu paus yang diperkirakan berukuran 135–145 sentimeter ini baru berusia sekitar empat bulan, berdasarkan kurva pertumbuhan standar. Ukuran ini didapat dari pengukuran visual berkat bantuan kotak styrofoam berisi air laut milik nelayan yang sempat menahan ikan itu sebentar setelah terjerat jaring bagan. Ini adalah teknik sederhana tapi sangat membantu para ilmuwan memperkirakan usia dan ukuran secara akurat.

“Secara ilmiah ini adalah sinyal yang sangat kuat dan mengindikasikan bahwa Teluk Saleh kemungkinan besar memiliki fungsi ekologis sebagai area melahirkan dan pengasuhan anakan hiu paus,” kata Mochamad Iqbal Herwata Putra, Senior Manager Konservasi Indonesia.

Observasi nelayan jadi konfirmasi ilmiah

Temuan ini memiliki cerita panjang, bermula dari laporan nelayan bagan lokal yang beraktivitas di Teluk Saleh pada Agustus hingga September 2024. Nelayan melaporkan setidaknya lima penampakan hiu paus kecil, masing-masing diperkirakan berukuran antara 1,2 hingga 1,5 meter, terlihat sekitar jaring mereka pada malam atau dini hari.

Temuan ini kemudian dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Diversity dalam studi berjudul First Evidence of Neonatal Whale Sharks (Rhincodon typus) in Saleh Bay, West Nusa Tenggara, Indonesia, sekaligus menjadikannya catatan pertama hiu paus neonatus yang terdokumentasi secara ilmiah di Indonesia dan termasuk salah satu individu paling kecil yang pernah terdokumentasi secara bebas di dunia.

Kelahiran hiu paus bagi sains

Selama lebih dari satu abad upaya yang dilakukan oleh para peneliti global terhadap hiu paus terkait lokasi kawin, masa kehamilan, hingga tempat melahirkan, tapi masih menjadi misteri besar. Sebelum penemuan ini, secara global hanya ada 33 catatan hiu paus berukuran di bawah 1,5 meter, namun tanpa dokumentasi lengkap mengenai habitat reproduksi.

Maka dari itu, jika Teluk Saleh benar-benar terbukti sebagai area pupping ground, tempat bayi hiu paus lahir, maka ini akan menjadi yang pertama kali teridentifikasi secara ilmiah di dunia.

Meski begitu, Iqbal menambahkan, walaupun temuan ini sangat penting, tetapi belum bisa langsung menjadikan Teluk Saleh sebagai “lokasi kelahiran yang pasti” tanpa bukti lebih lanjut. Para peneliti masih perlu mengumpulkan data tambahan seperti kehadiran bayi secara reguler dan keberadaan induk betina menjelang melahirkan.

“Harus ada bukti bahwa bayi benar-benar bertahan di dalam teluk, serta konfirmasi biologis bahwa bayi hiu paus tersebut benar-benar lahir di perairan Teluk Saleh, bukan bermigrasi dari laut dalam,” imbuh Iqbal.

Kondisi ekologis Teluk Saleh

Teluk Saleh sendiri merupakan perairan yang relatif tenang, terlindung dari gelombang laut lepas, serta kaya nutrien yang mendukung produktivitas plankton sebagai makanan utama hiu paus. Suplai nutrien itu berasal dari ekosistem mangrove, padang lamun, hingga terumbu karang di sekitarnya, sehingga menciptakan lingkungan yang mungkin mendukung fase awal kehidupan hiu paus yang sangat rentan. 

Tetapi penemuan bayi satwa laut ini bukan jaminan masa depan yang aman. Bayi-bayi ini menghadapi ancaman nyata seperti jerat jaring nelayan, penurunan kualitas air akibat aktivitas pesisir, dan lalu lintas kapal yang meningkat, yang semuanya dapat mengancam kelangsungan hidup mereka. 

Penemuan di Teluk Saleh menjadi titik terang dalam penelitian spesies yang penuh misteri ini. Ia menunjukkan bahwa alam masih menyimpan jawaban penting di tempat-tempat yang sehari-hari bersentuhan langsung dengan kehidupan manusia, dan bahwa kolaborasi antara ilmuwan dan masyarakat pesisir dapat membuka wawasan baru yang krusial bagi sains dan konservasi. 

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses