Kabupaten Pulau Morotai di Maluku Utara, dengan jumlah penduduk lebih dari 95,000 orang, tidak terkecuali dari dampak perubahan iklim, peningkatan polusi plastik dan penangkapan ikan berlebihan. Sebuah organisasi nirlaba, Coast 2 Coast, bersama beberapa NGO lainnya, membantu penduduk lokal agar dapat memberdayakan sumber daya alam dan potensi parisiwisata mereka demi perlindungan dan pelestarian laut.
Oleh Nicolas Landa Tami
Budaya berselancar sudah mengakar di Indonesia, baik sebagai daya tarik bagi wisatawan dan, di beberapa pulau, sebagai hobi lokal yang mapan. Tetapi apakah olahraga ekstrim ini dapat dimanfaatkan untuk konservasi?
Itulah pemikiran di balik upaya yang saat ini dilakukan di Morotai, sebuah pulau terpencil di Maluku Utara, Indonesia, untuk membangun cadangan selancar pertama di Indonesia. Inisiatif ini menggunakan selancar untuk menarik kesadaran akan perlunya konservasi dan pengelolaan laut. Dan ini dilihat sebagai cara inovatif untuk mengatasi perubahan iklim, polusi plastik yang meningkat, dan penangkapan ikan berlebihan serta dampak nya terhadap kekayaan laut Indonesia – yang sama-sama menjadi tempat bergantung penduduk pulau.
https://www.youtube.com/watch?v=tajmgMilyng
Nicholas Landa Tami bekerja dengan organisasi nirlaba Beyond the Surface International yang berpartisipasi dalam program audiovisual, Coast 2 Coast. Dia adalah bagian dari tim yang menghabiskan enam bulan di Morotai mengajar siswa lokal dalam kemitraan dengan A Liquid Future untuk bercerita tentang komunitas mereka melalui karya seni dan foto.
Penulisan untuk kisah ini didukung oleh Story Grants Asia-Pasifik 2018 dari Earth Journalism Network.