thumbnailJepang kukuh tak ikut komitmen kedua Protokol Kyoto, 2013-2015 dan memilih tindakan sukarela. Mendesak Amerika dan Cina untuk terlibat aktif.

SIEJ, Doha.  Menteri Urusan lingkungan Hidup Global Jepang Masahiro Horie mengatakan kepada jurnalis, bahwa penolakan negaranya untuk sebuah perjanjian perubahan iklim yang mengikat, adalah bagian dari taktik untuk menekan Cina dan Amerika ikut serta dalam perjanjian iklim. “Kami ingin mengajak Amerika dan Cina untuk terlibat di dalam perjanjian perubahan iklim,”katanya kepada para jurnalis di Doha, Minggu (2/12).

Sampai minggu kedua diselenggarakannya COP18 di Doha, posisi Jepang tetap menolak terlibat dalam komitmen kedua Protokol Kyoto 2013-2015. Sikap Jepang ini tak urung mengecewakan banyak pihak, karena Jepang adalah tuan rumah COP3 ketika Protokol Kyoto ditandatangani tahun 1997. Menjelang berakhirnya pemberlakuan protocol pada tahun 2012, hingga saat ini belum ada kepastian apakah komitmen kedua Protokol Kyoto akan berhasil didicapai dalam COP18 ini. BIla tidak, dunia akan menghadapi kemunduran dalam perundingan pengurangan emisi global dan upaya mengatasi dampak perubahan iklim.

Satu kubu dengan Jepang yang sama-sama menolak komitmen kedua Protokol Kyoto adalah Canada dan Selandia Baru. Sedangkan Amerika Serikat bukan merupakan bagian dari Negara penandatangan protokol itu atau disebut juga non-parties yang tidak terikat kewajiban apapun dari COP. Cina dan India adalah parties tetapi masih mengklaim dirinya negara berkembang sehingga memiliki tingkat pengurangan emisi yang berbeda dengan negara-negara maju. Kondisi inilah yang dinilai Jepang kurang adil, karena kewajiban pengurangan emisi dapat memperlambat ekonomi mereka, sementara negara tetangga tak terikat kewajiban apapun dan mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi dengan cara mencemari atmosfer bumi.

“Kami tidak ikut dalam komitmen kedua, tetapi kami berkomitmen untuk melakukannya secara sukarela,”kata Masahiro. Artinya, Jepang tidak akan terikat oleh kewajiban pengurangan emisi pada tingkat tertentu yang diatur oleh protokol tahap kedua, tetapi memilki program pengurangan emisi nasional dan target-targetnya.

Jepang adalah salah satu negara industriyang berhasil mencapai target pengurangan emisinya. Menurut Masahiro, pada bulan Maret 2013, negaranya akan berhasil mengurangi emisi hingga delapan persen dalam tahun fiskal 2008-2012 dibandingkan tingkat emisi tahun 1990. Bila target itu benar tercapai, Jepang berhasil melampaui kewajiban pengurangan emisi sebesar enam persen sesuai Protokol Kyoto.

Tahun 2008 persentase emisi Jepang secara global adalah 4,04 persen dan menduduki peringkat keenam emiter tertinggi gas rumah kaca dunia, di bawah Cina, Amerika Serikat, Uni Eropa, India, dan Rusia. Jepang menargetkan pengurangan emisi 20-27 persen pada tahun 2030, tergantung pembangkit nuklir yang mereka operasikan. IGG Maha Adi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.