Posted in

PERTUMBUHAN PENDUDUK PENGARUHI PERUBAHAN IKLIM

thumbnailJakarta – Sebuah studi yang baru-baru ini dipublikasikan, menyimpulkan bahwa bertambahnya jumlah penduduk akan ikut mempengaruhi terjadinya perubahan iklim. Bertambahnya jumlah penduduk diindikasikan dapat meningkatkan jumlah kebutuhan energi, yang selama ini lebih didominasi oleh sumber energi dari bahan bakar fosil. Penggunaan sumber energi kotor dari bahan bakar fosil akan memicu terjadinya emisi gas rumas kaca penyebab pemanasan global dan perubahan iklim.

Salah seorang ilmuwan yang terlibat dalam studi tersebut, Brian O’Neill, seperti dilansir Reuters, Senin (11/10/2010), berujar bahwa semakin banyak jumlah manusia di muka bumi maka akan menyebabkan semakin bertambahnya jumlah penggunaan sumber energi dari bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil dalam jumlah yang banyak itu akan menyebabkan besarnya jumlah emisi gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer.

Studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman, dan Austria, serta dilaporkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences ini mengungkapkan bahwa lambatnya pertumbuhan penduduk dapat mengurangi laju emisi gas rumah kaca hingga mencapai angka 16 – 29 persen dan dapat menjaga suhu global dari efek-efek serius tertentu. Meskipun begitu, rendahnya pertumbuhan penduduk juga tidak serta-merta dapat mencegah terjadinya perubahan iklim.

“Jika pertumbuhan populasi secara global melambat, maka hal itu tetap tidak akan memecahkan masalah iklim yang ada. Namun, hal itu tetap akan memberikan kontribusinya, terutama dalam jangka waktu yang panjang,” ujar O’Neill, yang dikenal juga sebagai ilmuwan di US National Center for Atmospheric Research (Ncar), seperti dimuat BBC News, Selasa (12/10/2010).

Diperkirakan bahwa jumlah penduduk di dunia pada tahun 2050 akan bertambah sebanyak 3 milyar dari jumlah yang sekarang. Hal itu berarti akan ada 9 milyar manusia pada tahun 2050 dan ini menjadi angka yang mengkhawatirkan. Namun, sebenarnya pertumbuhan penduduk ini masih dapat ditekan. Jika pertumbuhan itu dapat ditekan, misalnya menjadi 8 milyar saja, maka emisi gas rumah kaca pun dapat ditekan hingga angka 29 persen.

Selain itu, hasil studi juga mengungkapkan bahwa terjadinya urbanisasi dapat meningkatkan jumlah emisi hingga angka 25 persen di beberapa negara berkembang. Namun, di negara-negara industri maju jumlah emisi turun hingga angka 20 persen akibat populasi yang mulai menua. Hal ini terkait dengan bertambahnya dan berkurangnya jumlah angkatan kerja, di mana hal itu berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi serta penggunaan energi yang berpengaruh terhadap jumlah emisi yang dihasilkan.

Pada kesempatan yang berbeda, Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Arif Fiyanto, Senin (18/10/2010), juga menyetujui bahwa bertambahnya jumlah penduduk akan ikut berpengaruh terhadap terjadinya perubahan iklim. Namun, pertumbuhan penduduk ini sebenarnya bukan merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim.

“Pertumbuhan penduduk memiliki korelasi yang positif terhadap meningkatnya permintaan energi di sebuah negara. Masalahnya, pertumbuhan penduduk itu mengakibatkan meningkatnya pertumbuhan industri dan aktivitas manusia lainnya. Hal tersebut yang mengakibatkan peningkatan kebutuhan energi yang memicu terjadinya perubahan iklim,” lanjutnya.

Lebih jauh, menurutnya, di negara-negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, seperti Cina, Amerika Serikat, dan Indonesia, pertumbuhan penduduk ini akan berpengaruh terhadap terjadinya perubahan iklim. Namun, hal itu sebenarnya dapat diatasi dengan memanfaatkan penggunaan sumber energi terbarukan agar pertumbuhan penduduk ini tidak ikut mempengaruhi terjadinya perubahan iklim. (prihandoko)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.