Posted in

PERGESERAN MUSIM BAHAYAKAN SEKTOR PERTANIAN

thumbnailJakarta – Pergeseran musim akibat perubahan iklim menjadi bahaya utama yang akan mengancam sektor pertanian.Sebab semakin singkat atau semakin panjangnya sebuah musim pasti diikuti pula oleh pergeseran pola tanam. Namun dampak tersebut, dibantah telah terjadi akhir-akhir ini.

 

Manager Kebijakan Advokasi dan Kampanye dari Oxfam International, Roysepta Abimanyu, Senin (5/7), menjelaskan bahwa potensi hujan yang lebih lama akibat pergeseran musim kemarau tersebut akan sangat berdampak terhadap para petani, terutama masalah ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pergeseran musim itu.

“Sebagai contoh adalah petani padi. Jika pergeseran musim ini terjadi ketika pertanian masuk pada masa tanam, dampaknya mungkin tidak akan terlalu besar karena ketersediaan air justru akan mendukung proses bertani selama masa tanam tersebut. Namun jika pergeseran musim ini terjadi ketika masa panen datang, maka dampak terburuknya akan berupa terjadinya gagal panen karena padi akan cepat membusuk akibat kebanyakan air,” lanjut Roysepta.

Meski dikatakan akan berdampak besar terhadap sektor pertanian, namun sampai saat ini belum ada laporan resmi mengenai imbas pergeseran musim terhadap bidang agrikultur tersebut. Pernyataan ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Litbang Klimatologi dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dodo Gunawan, pada kesempatan berbeda.

Hal ini bukan berarti pergeseran musim kali ini sama sekali tidak memiliki dampak apa pun. Peluang terhadap terus terjadinya proses pergeseran musim, seperti semakin lamanya musim penghujan dan semakin mundurnya musim kemarau di wilayah Indonesia, menjadi hal yang patut diwaspadai.

“Suhu permukaan laut di wilayah Indonesia merupakan parameter terhadap analisa datangnya musim. Oleh karena suhu permukaan laut di sebagian besar wilayah Indonesia masih hangat, maka potensi terjadinya hujan masih ada, bahkan hingga bulan Juli berakhir,“ sambung Dodo Gunawan.

Laporan terakhir prediksi pergeseran musim yang dirilis oleh BMKG pada 18 Juni lalu ,menyatakan bahwa musim kemarau tahun ini akan berjalan lebih singkat dibandingkan biasanya. Sektor pertanian pun diprediksi akan terkena dampak langsung dari pergeseran atau mundurnya musim kemarau tahun ini.

 

Lebih lanjut, prediksi BMKG menyimpulkan sebagian besar wilayah Indonesia masih berpotensi hujan dengan intensitas sedang sampai lebat, hingga pertengahan bulan Juli. Di samping itu, musim kemarau tahun ini diperkirakan lebih basah dibandingkan normalnya. Potensi hujan yang lebih lama ini diperkirakan akan berpengaruh terhadap mata pencaharian para petani. (prihandoko)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.