Jakarta, Ekuatorial – Pemerintah cq Kementerian Pertanian dinilai tidak serius dalam mengembangkan pertanian metode SRI – Sistem of Rice Intensification. Padahal, pertanian dengan metode SRI mampu menghasilkan produktivitas padi yang tinggi di atas rata-rata nasional. Selain itu, juga dapat menghemat penggunaan air sampai dengan sebesar 40%. Penggunaan bibit padi juga dapat dihemat sampai dengan 80%, sehingga pengeluaran usaha pertanian dapat semurah-murahnya. Metode SRI, juga mampu memulihkan kesuburan tanah serta memelihara keberlanjutan produktivitas lahan. Lebih jauh, metode pertanian SRI juga ramah lingkungan karena, daur ulang limbah menjadi prinsip SRI selain itu juga memitigasi terjadinya polusi asap akibat berkurangnya pembakaran jerami sehingga mampu menekan emisi gas CO2.

”Rata-rata hasil pola SRI di Indonesia mencapai 7,4 ton GKG – gabah kering giling. Bahkan di Kecamatan Lakbok, Kabupaten, Ciamis, Jawa Barat bisa mencapai 10 – 12 ton GKG. Ini bukan teori tapi hasil lapangan yang kami peroleh selama ini,” kata Ketua Umum Dewan Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda – DPKLTS Mubiar Purwasasmita, seperti dilansir harian Kompas.

Namun, hingga kini program budi daya padi SRI belum dijalankan secara masif, baik di areal sawah nasional  dan daerah. Padahal, bisa meningkatkan kapasitas produksi padi. Oleh karena itu dibutuhkan peran lebih dari pemerintah untuk mengembangkan program budi daya padi menggunakan metode SRI ini, karena memang menguntungkan. (Wishnu)

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.