Menjadi kabupaten konservasi ternyata dianggap tak menguntungkan. Masyarakat merasa tinggal jauh di pedalaman dan tak dihiraukan pemerintah.

Desa Nanga Bungan, salah satu desa yang merupakan patokan untuk mencapai hulu Kapuas. Belakangan, masyarakat berkomitmen menjadikan Kabupaten Kapuas Hulu sebagai Kabupaten Konservasi. Di satu sisi, upaya konservasi alam merupakan sebuah hal yang membanggakan. Bahkan, penduduk sekitar mengagung-agungkan upaya tersebut sebagai warisan budaya yang harus terus dijaga. Daerah mereka dianggap sebagai paru-paru dunia. Namun, di sisi lain, penduduk Nanga Bungan juga merasa ditinggalkan. Mereka tinggal di pelosok, dekat perbatasan dan minim perhatian. Kualitas pendidikan, kesehatan, dan pendapatan per kapita di sana tidak meningkat.

[Tulisan oleh anggota SIEJ Sulung Prasetyo. Baca selengkapnya di Sinar Harapan]

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.