Dalam beberapa dekade ke depan dunia akan mengalami krisis air bersih. Peningkatan pertumbuhan industri, deforestasi, dan pola hidup masyarakat yang mencemari air menjadi penyebab utama krisis ini.

Derk Chandra, Presiden Direktur Golden Water Indonesia mengatakan bahwa daur ulang air tercemar secara enzimatis dinilai paling efektif dibandingkan dengan metode pemurnian air lainnya. Hal tersebut disampaikan dalam Green Building Conference di Hotel Pullman Jakarta, Jum’at (9/5).

Chandra juga menambahkan bahwa saat ini masih sangat banyak perusahaan industri di Indonesia yang belum memiliki sistem pengelolaan limbah yang baik. Bahkan rumah sakit yang menghasilkan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) sekalipun juga tidak memiliki pengelolaan limbah.

Metode pemurnian air yang umum saat ini seperti metode penyaringan, penggunaan bateri, dan penggunaan senyawa kimia dinilai Chandra kurang efektif. “Pemurnian air dengan filtrasi tidak cukup karena air bisa tercemar oleh limbah padat, cair dan gas. Filtrasi hanya untuk limbah padat itupun tidak seratus persen bersih, limbah cair dan gas tidak bisa ditangani dengan filtrasi,” ujarnya.

“Kami tidak menggunakan bakteri dan senyawa kimia karena mereka aktivitasnya mudah terhambat oleh perubahan suhu, ph dan komposisi limbah,” tambahnya.

Ia melanjutkan kemampuan enzim untuk mendekomposisi berbagai jenis polutan dalam limbah di air tercemar sangat efektif. Dari hasil riset yang dilakukannya selama 15 tahun, air yang tercemar limbah sampah rumah tangga, limbah pabrik, hingga logam berat dapat ditangani dengan metode ini. Dia juga mengklaim metode yang dikembangkannya lebih sederhana , lebih ekonomis dan ramah lingkungan.

Dalam presentasinya, Chandra mengilustrasikan sistem kerja metode pemurnian air yang dikembangkannya. Dikatakan olehnya berbagai polutan dalam air tercemar bisa saling bereaksi dan membentuk senyawa kompleks. Enzim digunakan karena memiliki aktivitas mendegradasi senyawa kompleks tersebut menjadi senyawa sederhana.

“Tahapan selanjutnya yaitu reaksi ionisasi untuk menghilangkan senyawa-senyawa sederhana, dan terakhir proses sterilisasi untuk membebaskan air dari bakteri,” jelasnya.

Chandra menyebutkan bahwa metode ini sudah diuji coba pada sebuah sekolah di Surabaya yang sumber airnya tercemar berat. “Dari hasil pengujian di Surabaya, air yang diproduksi dengan teknink ini bisa langsung diminum karena sudah bebas polutan dan bakteri,” katanya.

Metode ini sudah teruji mampu mendegradasi hingga limbah berat sekalipun. Oleh karena itu, teknik ini merupakan pilihan yang tepat untuk diterapkan oleh perusahaan industri, rumah sakit, dan pemerintah untuk mendaur ulang air yang tercemar. Januar Hakam.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.