Untuk melindungi keutuhan gambut yang potensial sebagai penyimpan karbon, Indonesia menyiapkan peta gambut akurasi tinggi. Peta tersebut nantinya menjadi acuan utama, sehingga tidak ada tumpang tindih pengelolaan lahan dengan kawasan gambut.

Saat ini, menurut Koordinator Kluster Gambut dan Pemetaan Lahan Gambut dari Indonesia Climate Change Center (ICCC) Eli Nur Nirmala Sari, data luasan gambut yang dimiliki berbagai instansi masih bervariasi. Akibatnya, sulit mengambil kebijakan pengelolaan gambut yang benar.

“One map untuk gambut memang harus segera dibuat, sebab adanya peta akan mempermudah alokasikan lahan pemanfaatan dan pengelolaan di tahun-tahun mendatang,” kata Eli.

Lebih lanjut, Eli menjelaskan, saat ini akurasi dari peta gambut yang ada belum baik. Luasan, kedalaman, dan jenis gambut tidak terdata lengkap, padahal emisi karbon dan potensi penyimpanannya berbeda-beda tergantung pada karakteristik gambut.

Adanya riset serta pengambilan data ke lapangan dinilai sangat perlu untuk memverifikasi data penginderaan jarak jauh yang selama ini sering dipakai sebagai sumber pembuatan peta. “Itu sebabnya ICCC mendukung pembuatan peta gambut dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi dan disertai dengan metodologi pemetaan yang lebih baik.”

Dijelaskan Eli, saat ini sesungguhnya Indonesia sudah memulai pembuatan peta sejenis dengan melibatkan Badan Informasi Geospasial, Kementrian Pertanian, Kementrian Kehutanan, Wetlands International, dibantu sejumlah ahli dari universitas.

Sebagai proyek percobaan, sudah ada dua peta gambut lengkap untuk Kabupaten Pelalawan, Riau, dan Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Ke depan, rencananya percobaan akan diperluas ke 15 lokasi lain. Targetnya dalam 4-5 tahun, pembuatan peta skala nasional tersebut tuntas. “Sehingga semua sektor yang berkepentingan dengan lahan bisa menggunakannya. Tidak ada tumpang tindih dan kesalahan dalam pengelolaan gambut,” ujar Eli.

Sementara itu, Staf Khusus Presiden urusan Perubahan Iklim Agus Purnomo menyebutkan bahwa lahan gambut merupakan penyimpan karbon utama di Indonesia. Sebanyak 60 persen dari total karbon yang ada tersimpan di lahan tersebut, sementara 40 persen lainnya ada di hutan.

Adapun, luas kawasan gambut yang ada mencapai 15 juta hektare. “Namun, pengelolaan dan pemanfaatannya masih sangat lemah, bahkan terus mengalami degradasi dan kerusakan,” kata Agus yang akrab disapa Pungki. Januar Hakam.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.