Palangka Raya, Ekuatorial – Kawasan Taman Nasional Sebangau (TNS) yang menjadi andalan provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam upaya mengurangi karbon, terancam kembali terbakar. Lokasi kebakaran teridentifikasi berada dekat sungai Sebangau, yang banyak terdapat rumput dan semak belukar kering.

Sudi (63), seorang warga setempat mengatakan areal yang terbakar itu cukup dekat dengan permukiman warga. Kebakaran terjadi pada Rabu (3/9), sekitar pukul 13:30 WITA.

“Entah mengapa, api mulai lagi membakar lahan. Itupun, saya tahu saat ditelepon tetangga, karena saya masih berada di rumah saudara,” ungkap Sudi.

Ditambahkan dia, beberapa minggu lalu sebelumnya, kebakaran juga terjadi dilokasi yang sama. Api bahkan sempat hampir membakar beberapa rumah yang ada di radius 200 meter dari Sungai Sebangau.

“Ada tiga rumah di sini, dan rumah saya hampir terbakar. Untungnya, saya dibantu oleh beberapa tetangga menyiram areal rumah karena lebih kurang 20 meter lagi api menjalar ke bangunan rumah saya,” kata Sudi.
Berdasarkan keterangan beberapa warga sekitar, api diduga berasal dari aktivitas para pemancing yang sengaja membakar areal tersebut sebagai jalan untuk menuju area memancing. Selain itu juga, diduga kebakaran itu oleh puntung rokok yang dibuang sembarangan.

Padahal beberapa kali hal itu sudah diingatkan, agar tidak membuang bekas puntung rokok yang masih menyala. Namun, sangat disayangkan, ulah orang yang tidak bertanggung jawab itu. Apalagi daerah tersebut adalah kawasan Taman Nasional yang memang dilindungi. Ulah oknum tidak bertanggung jawab tersebut berpotensi merusak kawasan Taman Nasional.

Selama ini, wilayah TNS merupakan salah satu proyek andalan pemerintah daerah Kalteng dalam mengurangi emisi karbon. Sudah banyak pencinta lingkungan dari negara-negara maju yang menaruh harapan terhadap kawasan lahan gambut ini.
Tapi dengan terbakarnya kawasan TNS, harapan besar dunia internasional dikhawatirkan menjadi pupus. Lebih-lebih sudah jutaan dolar digolontorkan untuk menjaga kawasan ini.

Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kalteng, Sipet Hermanto menerangkan problem utama yang terjadi, berkaitan dengan jumlah penjaga di TNS tersebut. Menurut dia, taman nasional sebagai tempat yang dilindungi, keberadaan penjaga dianggapnya sangat penting. Sayangnya jumlah yang ada menjadi masalah ketika ada kejadian kebakaran lahan.
“Problemnya itu bahwa luas wilayah TNS itu mencapai 500ribu hektare lebih, dibanding dengan personel yang tidak seimbang,” ungkapnya di Aula Eka Hapakat, pada kesempatan berbeda.

Saat disinggung mengenai sanksi akibat kelalaian penjagaan, Sipet menilai tidak adil jika penjaga di TNS mendapatkan sanksi. Karena, melihat luasan wilayah TNS yang terbakar tidak mungkin akan terjangkau dengan jumlah personel yang ada.
Walaupun demikian, dia mengimbau kepada masyarakat untuk bersama-sama membantu memadamkan. Bahkan, untuk warga yang memancing di DAS Sebangau untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan. Serta, tidak membakar areal dengan alasan membuka jalan untuk menuju area pemancingan.

Sementara itu, berdasarkan data dari WWF Kalteng, kebakaran yang terjadi tersebut terdeteksi sebanyak 47 titik. Maturidi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.