Sorong, Ekuatorial – Berdasarkan data hasil pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di bulan September 2014, telah terjadi kenaikan suhu udara yang cukup tinggi di Sorong. Kenaikkan suhu udara ini tercatat lebih tinggi di banding bulan yang sama, selama 10 tahun terakhir. Kenaikan suhu kemudian menyebabkan wilayah Sorong Papua Barat mengalami cuaca panas terik, udara kering dan tidak hujan.

“Berdasarkan data memang di bulan September Oktober ini telah terjadi peningkatan suhu di atas rata-rata yaitu 0,5 hingga 1,0 persen baik suhu udara rata-rata maupun suhu udara maksimum,” ungkap Frans Rahawarin Kepala BMKG Stasiun Sorong, Jumat (10/10).

Padahal selama ini suhu rata-rata normal berkisar 26 – 27 derajat Celcius, dengan suhu maksimal 31 hingga 32 derajat Celcius. Tapi dengan kenaikkan suhu udara ini, maka suhu maksimal di siang hari bisa mencapai 34 derajat Celsius hingga lebih terasa kering dan panas, kata Frans.

Situasi panas terik yang terjadi di Sorong banyak di keluhkan warga karena berimbas pada susah mendapatkan air bersih. Seperti yang di alami Rahayu (70) seorang pensiunan guru yang terpaksa harus menggali sumur bor baru akibat sumur bor lama miliknya sudah susah mengeluarkan air lagi. Sedangkan Fatma (33) harus merogoh kantong lebih dalam akibat harus membayar Rp 300.000 untuk memperoleh air bersih sebanyak 5000 liter, untuk keperluan usahanya.

Cuaca ekstrim ini tentu jauh berbeda dengan keadaan sebelumnya, dimana Sorong selama ini dikenal sebagai daerah yang selalu di guyur hujan mulai Januari hingga Desember. Sorong tercatat memiliki curah hujan setinggi 50 milimeter (mm) tiap bulannya, sehingga Sorong menjadi salah satu tempat yang tidak mengenal musim kemarau. Niken Proboretno

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.