Jakarta, Ekuatorial – Banjir Jakarta diprediksi akan terjadi pada Januari 2015 mendatang. Direktur Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan mengatakan ada 78 titik yang merupakan area rawan banjir di Jakarta dan sekitarnya untuk diwaspadai. Mayoritas titik lokasi rawan banjir berada di sekitar bantaran sungai.

“Berdasarkan prediksi iklim, pertengahan Desember hingga awal Februari akan terjadi hujan dengan intensitas cukup besar. Puncaknya ada di pertengahan Januari,” katanya di acara Diskusi Pengurangan Resiko Bencana Banjir DKI Jakarta dan sekitarnya, di Jakarta, Selasa (2/12).

Ia menjelaskan pada akhir Januari hingga awal Februari 2015, dikhawatirkan terjadi kejenuhan peresapan air. Akibatnya, tanah tidak lagi mampu menampung air hujan yang terus turun. “Hal ini kemudian akan menjadi air permukaan yang akan ikut masuk ke dalam sungai. Dengan begitu sangat mungkin terjadinya luapan air sungai,” jelasnya.

Lilik menerangkan, terjadinya banjir Jakarta yang saat ini selalu terjadi tiap tahun disebabkan oleh banyak penyebab. Dari faktor internal, ia menyebut pembangunan Jakarta yang mengalihfungsikan rawa-rawa, dan danau sebagai resapan air merupakan salah satu faktor utama. Ia mengatakan daerah resapan air di Jakarta tidak sampai 10 persen dari luas total Jakarta. “Daerah resapan terbanyak di Jakarta Selatan. Padahal idealnya daerah resapan satu kota minimal adalah 30 persen,” ungkapnya.

Selain itu, ia mengatakan adanya faktor alami yang menyebabkan bencana banjir terus terjadi. Ia menuturkan, terjadi kenaikan permukaan tanah akibat faktor geologis di bagian selatan Jawa. Sedangkan bagian utara Jawa mengalami penurunan. Hal itu mengakibatkan daerah Jakarta mengalami penurunan sehingga menjadi semakin rawan banjir.
Ia menambahkan fenomena pemanasan global yang menyebabkan naiknya muka air laut serta perubahan iklim, juga memicu terjadinya bencana banjir.

Banjir Rob
Rosyid dari Dinas Hidrologi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut menjelaskan, selain banjir akibat hujan, Jakarta juga harus waspadai banjir rob. Ia mengatakan, tren banjir rob di Jakarta terus meningkat karena daerah resapan yang semakin sedikit.

Berdasarkan prediksi lembaganya, pasang surut pantai utara teluk Jakarta akan mencapai ketinggian 1,1 meter pada Januari hingga Februari. Angka itu dihitung dari titik surut terendah, dan titik pasang tertinggi. Walaupun masih terbilang normal (pasang surut jakarta normal hingga 1,2 m – red), ia mengatakan pengaruh debit air dari sungai juga akan mendukung banjir pasang surut laut menjadi semakin parah.

“Yang kita lebih khawatirkan ketika dua hal itu bertemu, yaitu saat pasang tertinggi dan saat debit sungai juga melimpah,” ungkapnya.

Penanggulangan Banjir
Batari, Kepala bidang Pelaksanaan Balai Besar Sungai Ciliwung, Kementerian Pekerjaan Umum mengatakan untuk mengatasi banjir, lembaganya telah melakukan upaya normalisasi sungai-sungai di Jakarta. Sungai-sungai itu meliputi sungai Ciliwung, Pesanggerahan, Krukut, Cipinang, Depok, Angke, Sunter, dan Cisadane. “Selain normalisasi, pengerukan sungai juga dilakukan untuk menambah kapasitas air yang masuk ke dalam sungai,” ujarnya.

Ia mengatakan, normalisasi sungai Ciliwung dan Pesanggerahan misalnya telah meningkatkan kapasitas sungai menjadi 200 meter kubik (m3) per detik. “Selain itu, telah dilakukan juga penambahan satu pintu air tambahan di Manggarai, yang meningkatkan kapasitas air yang semula 330 meter kubik perdetik, menjadi 500 meter kubik perdetiknya,” jelasnya.

Namun, ia mengatakan masalah yang dihadapi oleh pemerintah yaitu pelepasan lahan di sekitar area sungai yang sulit dilakukan. ia mencontohkan daerah langganan banjir seperti di Cipulir, belum berhasil dilepaskan sehingga terus mengalami banjir.

Sementara itu Lilik mengatakan upaya menghindari banjir dinilai sulit untuk dilakukan, untuk itu tindakan pengurangan risiko bencana, yang visible untuk dilakukan. Diantaranya yaitu normalisasi sungai, inventarisasi alat-alat berat, perahu karet, pompa air, karung pasir dan kebutuhan lain dalam banjir.

Ia mengatakan tiap titik lokasi rawan banjir harus memiliki rencana kontigensi untuk kesiapsiagaan banjir. Rencana itu meliputi pembuatan skenario evakuasi korban banjir, inventarisasi kebutuhan banjir, dan sistem informasi peringatan dini.

Peningkatan daerah resapan air juga dikatakan olehnya sangat penting dilakukan. “Melalui tata ruang yang baik, juga pembuatan taman-taman, masyarakat juga harus membantu menahan air di tiap-tiap lingkungan rumahnya seperti biopori, maka kejadian banjir akan lebih bisa dikurangi dampaknya,” katanya.

Permasalahan sampah juga menjadi masalah serius banjir di Jakarta. Untuk itu ia mengatakan perlu mekanisme paksaan kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembuangan sampah ke sungai. “Dari bertahun-tahun lalu sudah banyak anjuran untuk tidak buang sampah ke sungai, pemerintah harus paksa masyarakat untuk menyadarkan,” tegasnya. Januar Hakam

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.