Palangka Raya, Ekuatorial – Kasus penembakan terhadap Orangutan di Kecamatan Parenggean, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) merupakan salah satu bentuk konflik manusia dan orangutan yang terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).

Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, Nandang selama rentang 2014 ini, setidaknya ada sembilan kasus konflik antara manusia dan orangutan yang berhasil didata oleh BKSDA Kalteng.

“Konflik antara orangutan dan masyarakat atau perusahaan memang harus dicegah. Saat ada laporan warga, tim rescue yang dilapangan langsung mengevakuasi Orangutan,” tambahnya kepada Ekuatorial, Sabtu (6/12).

Sementara itu, Komandan Brigade SPORC Kalteng, Irwansyah menyebutkan pihaknya memang diminta pihak BKSDA untuk membantu proses penyelidikan dan penyidikan, terkait penembakan terhadap orangutan di daerah perkebunan di Kecamatan Parenggean Kotim, beberapa waktu lalu.

Pihaknya, ujar dia, akan menurunkan tim Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kehutanan SPORC. Menurut dia, langkah-langkah kedepan akan diambil salah satunya untuk terjun ke Tempat Kejadian Perkara (TKP), dan melihat secara detil penyebabnya melalui hasil autopsi dari tim medis Yayasan BOS Nyaru Menteng.

CEO Yayasan BOS, Jamartin Sihite mengatakan saat ini Yayasan BOS memiliki daftar panjang yang berkaitan dengan orangutan. Jumlah total orangutan yang berasal dari area perkebunan Makin Group adalah 166 ekor.

Sebanyak 100 ekor sudah ditranslokasikan ke hutan sekitar yang masih aman. Sedangkan, 19 mati, serta 47 dalam perawatan. “Sebanyak 47 orangutan yang masih ada, 44 di antaranya bisa dilepasliarkan kembali dan sedang menunggu giliran untuk kembali ke habitat aslinya,”ujar Sihite.

Orangutan adalah satwa yang dilindungi oleh Undang-undang No. 5/1990. Upaya pelestariannya pun tersusun rapi dalam Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017 yang diluncurkan langsung oleh Presiden Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, pada Konferensi Perubahan Iklim di Bali Desember 2007.

Lebih lanjut Sihite menyampaikan, kejadian penembakan orangutan di Parenggean hanya sebagian kecil yang tampak dan diketahui oleh pihak-pihak yang peduli satwa, khususnya orangutan. “Bukan tidak mungkin, masih banyak orangutan yang mati atau tersingkirkan akibat meluasnya area perkebunan sawit di Kalteng,”ujarnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, pihaknya meminta dukungan masyarakat untuk konservasi orangutan. Namun, dukungan pemerintah dan sektor swasta untuk saling menjaga satwa asli Kalimantan ini juga penting.

“Kalau ada mengetahui ada orangutan yang memasuki area permukiman atau perusahaan. Harap melaporkan, agar nanti bisa dievakuasi ke tempat yang lebih aman,” tutupnya. Maturidi

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.