Jakarta, Ekuatorial – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi bahwa tahun 2015 bencana di Indonesia masih didominasi oleh bencana hidrometeorologi. Menurut data BNPB, 99 persen bencana yang terjadi selama tahun 2014 merupakan bencana hidrometerologi yang meliputi banjir, longsor, kekeringan, kebakaran lahan hutan dan puting beliung.
Dodi Ruswandi, Sekertaris BNPB mengatakan bencana banjir, longsor dan puting beliung berpotensi terjadi hingga April 2015. Sementara puncak banjir dan longsor akan terjadi pada Januari hingga Februari 2015. Ia mengatakan sejak tahun 2005 hingga 2014, tren bencana hidrometerologi terus mengalami peningkatan, begitu pula pada tahun 2015 nanti.
“Untuk rencana pencegahan dan penanggulangan bencana, kita akan lebih fokuskan pada bencana longsor karena paling banyak memakan korban jiwa mencapai 61 persen,” ujarnya di Kantor BNPB Jakarta, Selasa (30/12).
BNPB mencatat, sepanjang tahun 2014 terjadi 1.475 kejadian bencana di Indonesia dengan total korban jiwa 561 orang. Bencana longsor terjadi sebanyak 413 kali dan mengakibatkan 343 jiwa meninggal.
Berdasarkan data BNPB terdapat 315 kabupaten/kota yang berada di daerah rawan banjir dengan intensitas sedang hingga tinggi, dengan jumlah penduduk terpapar sejumlah 63,7 Juta jiwa. Sementara untuk bencana longsor, BNPB mencatat terdapat 274 kabupaten/kota yang berada di daerah rawan longsor sedang hingga tinggi dengan jumlah penduduk terpapar 40,9 Juta jiwa.
Selain korban jiwa, bencana juga telah menyebabkan 2,65 juta masyarakat menderita dan mengungsi, 50.883 unit rumah rusak, 430 ribu rumah terendam banjir, dan ratusan fasilitas umum rusak dengan nilai kerugian ditaksir mencapai puluhan triliun rupiah.
Selain bencana banjir dan longsor, BNPB juga memprediksi bencana kebakaran lahan dan hutan akan terjadi selama musim kemarau tahun 2015, atau sekitar bulan April sampai September. Bencana kebakaran lahan dan hutan berpotensi terjadi di delapan provinsi yang merupakan daerah langganan kebakaran hutan seperti Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
“Untuk bencana kekeringan berpotensi terjadi pada bulan Agustus hingga Oktober di daerah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan daerah-daerah lain yang defisit air,” tambahnya.
Bambang Sulistianto, Deputi Logistik dan Peralatan BNPB menjelaskan untuk mencegah dan mengurangi dampak bencana, BNPB terus melakukan pendampingan teknis, dan personil ke seluruh Indonesia untuk menyusun rencana kontigensi bencana bersama dengan pemda setempat. Rencana ini sangat diperlukan untuk menyusun rencana dan skenario apabila bencana terjadi.
“Pejabat eselon I BNPB telah melakukan koordinasi dengan BPBD provinsi seluruh Indonesia untuk menyusun rencana kontinjensi ditingkat daerah. Untuk logistik seperti makanan siap saji dan peralatan kebutuhan lain kita sudah susun daftar kebutuhan tiap daerah dan sebagian sudah kita serahkan ke BPBD,” katanya.
Lebih lanjut Dodi mengatakan hal yang tidak kalah penting penanggulangan bencana yaitu persoalan pendanaan. Untuk awal tahun 2015, BNPB telah menyiapkan total 370 miliar rupiah. “Untuk pendanaan kita akan prioritaskan daerah-daerah yang rawan bencana,” imbuhnya.
Lima provinsi terbanyak kejadian bencana pada tahun 2014 yaitu Jawa Barat (290 kejadian), Jawa Tengah (272 kejadian), Jawa Timur (213 kejadian), Aceh (51 kejadian) dan Sumatera Selatan (48 kejadian).
Selain pendampingan, Dodi juga mengatakan lembaganya juga telah menyusun rencana aksi nasional terpadu untuk menghadapi bahaya banjir dan longsor 2015 di berbagai daerah.
“Yang terpenting dalam pencegahan dan pengurangan dampak bencana yaitu membuat sistem peringatan dini, dan sosialisasi serta meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Selain itu penggunaan teknologi tepat guna juga diperlukan. Kita terus upayakan itu,” tutupnya. Januar Hakam