Solo, Ekuatorial – Sejumlah petani di sebagian wilayah eks Karesidenan Surakarta seperti Boyolali, Klaten, dan juga Karanganyar, merasa resah akibat adanya perubahan iklim yang cukup ekstrim. Dampaknya kini petani dibuat resah oleh serangan hama, yang diperkirakan terjadi karena perubahan iklim tersebut.

Dari penelusuran Ekuatorial di lapangan, para petani direpotkan dengan hama wereng yang merusak tanaman padi siap tanam milik petani. Selain hama wereng, tikus dan juga keong juga mulai menyerang.

Hama keong mas yang nama latin Pomacea canaliculata lamarck ini menyerang bagian batang padi yang masih muda sehingga padi rusak dan mati. Salah satu faktor penyebab meluasnya hama keong mas karena sistem pengairan sawah yang kurang bagus.

Keong mas menyerang tanaman padi yang masih berumur 15-20 hari. Pertumbuhan hama keong mas sangat berbahaya karena perkembangannya sangat cepat. Satu ekor keong bisa berkembang jadi ratusan dalam seminggu.

Petani dalam membasmi hama yang menyerang tanaman padinya biasanya dengan menggunakan pestisida secara berlebihan. Padahal penggunaan pestisida yang mengandung bahan kimia bila berlebihan bisa merusak ekosistem persawahan. Sebab juga akan mematikan serangga yang tidak masuk kategori hama yang harus di basmi.

Seperti yang terjadi di wilayah Klaten, Gantiwarno. Sejumlah lahan pertanian tanaman padi yang baru berumur sekitar satu bulan mulai rusak akibat diserang hama penggerek batang. Akibatnya tanaman padi menjadi menguning dan menghambat pertumbuhan padi miliknya.

Joko, salah satu petani Gantiwarno, Klaten mengaku selama ini dirinya memberantas hama penggerek batang dengan menyemprot tanaman padi dengan insektisida secara rutin. Jika tidak tanaman padi yang menguning lama kelamaan semakin layu dan mati jika tidak diobati.

“Kita hanya bisa menyemprot saja, agar tanaman padi kembali hijau,” ungkap Joko, Sabtu (7/2)

Selain itu wabah keong juga sempat menyerang beberapa lahan persawahan milik petani namun karena pertumbuhan keong sangat cepat jadi menyabar ke lokasi lainnya.

“Ada sekitar 8 hektar sawah di sini yang terserang keong mas,dan sekitar 4 hektare sawah yang harus ditanam ulang karena habis diserang keong mas,” jelas Joko.

Bahkan jika kondisi sawah berair pertumbuhan keong akan semakin cepat. Menempel pada batang padi yang kemudian akan membusuk dan akhirnya mati.

“Kalau dibasmi pakai insektisida mental (tidak mati). Caranya diambilin satu-satu keong yang menempel pada batang padi, dikumpulin terus dibakar, capai juga,” keluh Joko.

Sementara itu ditempat berbeda, Kepala Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Karanganyar, Jawa Tengah, Supramnaryo mengatakan pihaknya belum mendapatkan laporan dari Petugas Pemantau Lapangan (PPL) yang diterjunkan tentang adanya areal persawahaan yang terkena serangan hama.

“Sampai saat ini kami dari Dinas Pertanian belum mendapatkan laporan adannya serangan hama di areal persawahaan. Memang, biasannya curah hujan tinggi, banyak sekali hama yang menyerang tanaman padi. Tapi sampai saat ini belum ada. Kami pastikan belum ada, karena kami telah menyebarkan petugas PPL untuk memantau,” papar Supramnaryo.

Menurut Supramnaryo, berdasarkan serangan hama sebelumnya, dalam curah hujan tinggi biasannya hama yang berkembang adalah wereng, tikus dan keong. Tetapi anehnya, awal tahun ini belum ada satupun hama yang dikabarkan cepat berkembang.

Untuk mengantisipasi bila hama tersebut menyerang areal persawahaan, pihaknya telah menyiapkan obat pembasmi hama. Obat ini memang telah dipersiapkan jauh hari bila hama menyerang areal persawahaan.

Hal senada juga diutarakan Kepala Dinas Pertanian Klaten Wahyu Prasetyo. Menurut Wahyu, untuk daerah Klaten, juga belum ada laporan serangan hama di areal persawahaan di wilayahnya. Ini bisa dipastikan, karena petugas PPL yang diterjunkan dalam bekerja tidak seorang diri. Babinsa pun ikut mengawal para petugas PPL tersebut.

“Dari Babinsa juga ikut diterjunkan untuk mendampingi para petugas PPL. Selain mendampingi, para PPL dan Babinsa ini, juga membantu para petani,”ujar Wahyu saat dikonfirmasi Ekuatorial melalui sambungan telepon belum lama ini.

sebaliknya, tak hanya melakukan pemantauan serangan hama serta mengambil tindakan tegas bila muncul serangan hama. Pihaknya pun memperbaiki saluran irigrasi di setiap Kecamatan di Klaten, Jawa Tengah. Tak hanya memperbaiki, Dinas Pertanian pun juga membangun areal persawahaan yang belum ada saluran irigasinya.

“Soalnya, dari laporan, banyak saluran irigrasi yang rusak, dangkal. Jelas ini bisa mengakibatkan gagal panen kalau tidak segera diperbaiki. Ya, tentu saja, gimana mau panen raya, kalau areal sawahnya terendam air gara-gara saluran irigasinya tidak bisa berfungsi dengan baik,” ungkapnya. Bramantyo

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.