Klaten, Ekuatorial – Sebagai wilayah rawan bencana, Gunung Merapi dikabarkan akan memiliki empat Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) berstandar internasional. Dalam peresmian yang dilakukan Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Nugroho, Kamis (26/2) disebutkan empat Pusdalops tersebut akan berada di Klaten dan Jawa Tengah.

Menurut Sutopo, Pusdalops ini akan memiliki peralatan canggih yang siap memantau selama 24 jam penuh. Pemantauan didapatkan dari kamera yang di pasang di kawasan gunung Merapi. Dengan pemasangan kamera tersebut semua aktivitas di puncak Merapi, baik itu aliran lahar hingga kondisi jalur evakuasi bisa terpantau langsung.

Selain itu Pusdalops punya sistem komunikasi dan informasi yang langsung terhubung dengan pusat kendali operasi di BNPB Pusat, Jakarta. Kelebihan lainnya Pusdalops juga bisa mengakses data-data dari badan lain seperti badan metereologi dan badan yang berkaitan dengan sistem mitigasi bencana.

Sutopo menjelaskan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang berstandar kelas A atau setara standar internasional baru ada empat di Indonesia. Semuanya berada di kawasan Gunung Merapi, yaitu BPBD Klaten, BPBD Boyolali, BPBD Magelang, Dan BPBD Sleman,Yogyakarta.

Dari total jumalah 431 BPBD yang ada di Indonesia, baru ada 88 BPBD yang memiliki Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops), namun standarnya masih di bawah dan peralatannya juga belum begitu lengkap.

“Di wilayah Indonesia, BPBD yang memiliki Pusdalops berstandar internasional baru ada empat. Salah satunya berada di BPBD Klaten,” jelas Sutopo di Klaten Jawa Tengah, Kamis (26/2).

Kepala BPBD Klaten Sri Winoto, mengatakan sangat antusias dengan perhatian dari BNPB dan pemerintah pusat serta pihak DPR-RI yang telah banyak membantu kabupaten Klaten.

Menurut Sri sebelum didirikan Pusdalops berstandart A di Klaten, BPBD Klaten sendiri secara intensif sudah melakukan berbagai kegiatan untuk latihan kebencanaan sebagai bentuk antisipasi bila terjadi bencana.

Diantaranya dengan mendirikan BPBD Klaten juga mendirikan sekolah Siaga Bencana (SSB) mulai dari tingkat PAUD sampai Sekolah Menengah Atas. SSB sendiri bertujuan agar bisa meningkatkan pengetahuan tentang antisipasi dan pengurangan resiko bencana alam, serta meningkatkan kewaspadaan para siswa. Karena sebagian dari kondisi geografis sekolah yang berada pada lereng Gunung Merapi.

“Untuk mengedukasi masyarakan BPBD Klaten telah mencanangkan 40 Sekolah Siaga Bencana pada awal tahun 2015. Dengan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Klaten,” jelasnya di Klaten belum lama ini.

“Kita tetap mendorong partisipasi masyarakat dalam setiap penanganan bencana. Seperti pelatihan yang dilakukan untuk para relawan. Sehingga arti relawan semakin luas, tidak hanya melakukan kegiatan evakuasi namun juga dalam kegiatan sosial lain seperti trauma healing dan psikososial,” terangnya.

Selain memberikan pelatihan pada pelajar dan relawan pihak BPBD Klaten juga memberikan pelatihan kebencanaan kepada Rumah Sakit. Salah satunya adalah RSI Manisrenggo. Sebab rumah sakit merupakan suatu hal yang vital dan menjadi rujukan pertama saat terjadi bencana alam.

“Peran sangat vital ketika terjadi bencana. Sehingga perlu meningkatkan kemampuan rumah sakit untuk sigap dalam menanggulangi beberapa bencana yang sewaktu-waktu terjadi,” pungkasnya. Bramantyo

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.