Solo, Ekuatorial – Kondisi kali Jenes yang memisahkan dua daerah yaitu Solo dan Sukoharjo sudah dalam kondisi tercemar limbah cukup parah. Bahkan di kali Jenes tak ada satupun ikan yang mampu bertahan hidup.

Direktur Eksekutif Lembaga Masyarakat Indonesia Hijau, Agus Dodi Sugiarto yang melakukan penelitian di sepanjang aliran sungai Jenes mengakui jika tingkat pencemaran sungai tersebut sudah jauh dari ambang batas. Penyebabnya dikarenakan banyak industri baik berskala besar maupun kecil yang membuang limbahnya ke kali Jenes.

Akibat limbah kimia ditandai dengan perubahan warna air sungai yang berubah warna menjadi warna hitam, dan kadang juga berwarna merah.

“Terus terang, saya melakukan penelitian terakhir itu hanya di tahun 2004. Kenapa saya hentikan, karena kali Jenes ini tak bisa lagi diselamatkan. Kedua daerah yang dipisahkan oleh kali Jenes, Solo dan Sukoharjo bukannya mencari solusi untuk mengatasi pencemaran kali Jenes, justru kedua pemimpin, baik Solo dan Sukoharjo saling tuding-menuding siapa yang paling bertanggungjawab,” papar Dody kepada Ekuatorial, Senin (29/6).

Menurut Dody, saling tudingnya kedua pemimpin di dua daerah yang dipisahkan oleh kali Jenes ini, kebanyakan menyangkut siapa yang paling banyak membuang limbahnya ke kali Jenes.

Solo menuding, Kabupaten Sukoharjo yang paling banyak melakukan pencemaran. Pasalnya, di Sukoharjo, banyak perusahaan besar berskala internasional seperti PT Sritex, PT Tyfountek yang membuang limbahnya ke kali Jenes.

Begitu pula dari Kabupaten Sukoharjo sendiripun menuding kota Solo yang lebih condong punya andil besar pencemaran di kali Jenes. Sebab, meski Solo tak memiliki perusahaan tekstil berskala besar, namun industri rumahan seperti pembuatan batik seperti di kampung Laweyan, Pasar Kliwon, Pasar Gede, Pasar Kliwon membuang limbahnya ke kali Jenes.

Kondisi itu diperparah dengan adanya Perda di Kota Solo. Dimana dalam Perda tersebut, memasukan kali Jenes dalam golongan C. Sehingga membuat kali Jenes dijadikan tempat pembuangan limbah.

Dampaknya tentu saja ada bagi warga sekitar kali Jenes. Selain air di kali Jenes tidak bisa dikonsumsi, banyak warga yang tinggal di sepanjang kali menderita penyakit kulit.

Sebenarnya pencemaran kali Jenes ini sudah sampai ke Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo. Rudy bahkan pernah menangkap basah adanya aktifitas pembuangan limbah kali Jenes didepan matanya, saat ia menggelar inspeksi mendadak (sidak).

Saat Rudy tiba dipinggir kali Jenes di Sangkrah, Pasar Kliwon, kondisi air masih dalam keadaan normal dan tidak berwarna. Namun belum juga Rudy beranjak dari lokasi tersebut, tiba-tiba saja air berubah warna menjadi merah kecoklatan akibat limbah bahan kimia.

Spontan Rudy sangat kecewa karena banyak pelaku indutri yang langsung membuang limbahnya ke sungai tanpa melalui proses yang benar.

Padahal, meski dalam Perda memperbolehkan limbah dibuang ke kali Jenes, namun limbah yang dibuang sudah melalui proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terlebih dahulu.

“Saya lihat sendiri Kali Jenes tiba-tiba berubah warna menjadi merah kehitaman. Padahal sebelumnya warna airnya normal seperti biasa,” jelas Rudy.

Selanjutnya Rudy meminta kepada Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Surakarta segera melakukan pengecekan terhadap kondisi air tanah yang berada di sekitar Kali Jenes.

Selain itu Rudy juga akan memanggil pemilik indutri batik untuk diberikan pemahaman terkait pengolahan limbah kimia yang baik dan benar. Di mana sebelum membuang limbahnya harus melalui proses dan prosedur yang sudah ditetapkan.

Dari data yang dimiliki Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Solo hasil survey mencatat setidaknya ada tujuh sungai di kota Solo yang masuk dalam kategori mengkhawatirkan akibat adanya pencemaran limbah industri.

Ketujuh anak sungai Bengawan Solo yang masuk dalam kategori tercemar limbah dalam kondisi berat ini diantaranya sungai Gajah Putih, Kali Anyar, sungai Pepe, sungai Brojo, sungai Jenes, dan sungai Bhayangkara. Bramantyo

Artikel Terkait :
Bengawan Solo Tercemar Limbah Merkuri
Sungai Dengkleng Kritis

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.