Suara gemuruh yang sangat keras menyertai erupsi Gunung Raung, Selasa, 21 Juli 2015. Erupsi yang juga disertai lontaran abu yang berwarna hitam pekat itu menyelimuti puncak gunung yang wilayahnya mencakup tiga kabupaten yakni Jember, Bondowoso, dan Banyuwangi.
Sri, warga Desa Sumberwringin, Kecamatan Sumberwringan, mengatakan suara gemuruh sangat keras terjadi berulang-ulang sejak Selasa dinihari, 21 Juli 2015. “Cahaya api terpancar ke atas kawah Raung. Terlihat dari Sumberwringin,” kata petani kopi di Kecamatan Sumberwringin ini kepada Tempo, Selasa siang.
Sri menggambarkan erupsi itu seperti bara arang yang terlempar ke udara. Belum lagi abu warna hitam pekat yang terlontar ke udara. “Hujan abu sangat terasa di Sumberwringin,” ujar Sri.
Dia mengatakan erupsi kali ini paling kuat dibandingkan erupsi-erupsi yang pernah terjadi. “Gemuruh serta getarannya terasa hingga di Sumberwringin,” kata Sri.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bondowoso Moch Cholili membenarkan ihwal erupsi Gunung Raung. “Memang ada peningkatan tremor dari sebelumnya 25 milimeter, saat ini kembali ke angka 28 milimeter,” kata Cholili melalui sambungan telepon. Dia juga mengatakan abu yang terlontar ke udara juga berwarna hitam pekat. Tak heran jika terjadi hujan abu lebat dirasakan warga Sumberwringin.
Cholili mengatakan, hujan abu hanya tipis terasa jatuhnya di Kota Bondowoso. “Kalau sebelumnya cukup deras juga mengguyur Kota Bondowoso, namun kali tipis saja,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan informasi BPBD Bondowoso, terjadi peningkatan tremor dibandingkan dengan sebelumnya. Data pengamatan kegempaan menunjukkan tremor menerus dengan amplitudo 4-32 milimeter dan dominan di angka 26 milimeter. Sedangkan secara visual, cuaca di sekitar Raung terang dan angin tenang dengan suhu udara 27 derajat Celsius. Gunung Raung terlihat jelas dengan asap kelabu-kehitaman tebal bertekanan lemah dengan ketinggian lebih-kurang 800 meter di atas bibir kawah ke arah utara-timur laut. Status aktivitas Raung hingga saat ini masih tetap di level siaga. TEMPO/DAVID PRIYASIDHARTA