Air menjadi bagian dari hak asasi manusia dan hak hidup. Seluruh masyarakat, tidak hanya di kota tetapi juga di desa, berhak atas air bersih.
Air bersih adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Kekurangan air bersih dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti meningkatnya kasus stunting dan indeks penyakit. Menurut riset Kementerian Kesehatan (Kemkes), stunting yang disebabkan oleh tidak tersedianya air bersih dan di Indonesia mencapai 60 persen. Data World Health Organization (WHO) pada 2020 juga menyebutkan air bersih dan sanitasi yang baik dapat mengurangi indeks penyakit sampai 0,39 persen.
Pentingnya penyediaan air bersih masuk dalam Rencana Pembangunan Jarak Menengah Nasional (RPJMN) Pemerintah tahun 2020-2024, yang berfokus pada peningkatan target akses sanitasi dan air bersih yang berkelanjutan. RPJMN ini memiliki target 100 persen akses air minum layak dan menyediakan akses air minum perpipaan dengan membangun 10 juta pipa sambungan rumah tangga.
Di sisi lain, membangun kesadaran tentang pentingnya menjaga sumber air juga dilakukan oleh berbagai kalangan, termasuk generasi muda. The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) mewawancarai anak muda pendiri Watery Nation, Arfiana Maulina Fatimah. Melalui media sosial, Arfiana bergerak untuk kelestarian dan pemenuhan hak-hak masyarakat atas air bersih. Bermula dari hanya ratusan pengikut, organisasi Watery Nation kini telah diikuti lebih dari 10 ribu orang.
Bagaimana isu air menarik perhatian Anda?
Saat banjir 2017 lalu, saya terpaksa harus mengungsi. Kejadian itu mendorong saya untuk melakukan riset tentang sejarah banjir di Jakarta saat SMA, mulai dari membedah buku ekosistem di Jakarta, infrastruktur, tata kota, blue print sampai menganalisa faktor-faktor penyebab banjir di Jakarta.
Berawal dari ketertarikan tentang permasalahan lingkungan hidup yang perlu diperhatikan itu, saya mencoba untuk menginisiasi gerakan lingkungan yang berfokus pada isu air. Selain memang belum banyak yang bergerak dalam isu ini, keterlibatan anak muda juga masih terbatas. Saya tidak menyangka antusiasme yang sangat tinggi karena ternyata banyak relawan yang mendaftar. Apalagi gerakan yang saya inisiasi memang spontan tanpa riset atau persiapan apa pun.
Anda menjadi pendiri organisasi Watery Nation. Apa tujuan organisasi itu dibentuk?
Tujuan awalnya untuk membangun kesadaran anak muda tentang air melalui kampanye. Namun, saat ini kami berharap dapat mengembangkan program upaya konservasi air yang menjangkau seluruh Indonesia, khususnya wilayah- wilayah yang kesulitan mengakses air bersih.
Watery Nation berdiri pada pertengahan 2020. Saat terbatasnya mobilitas karena pandemi, kami terus mencoba untuk menjalankan kegiatan melalui webinar. Bahkan dengan pengalaman yang masih sangat terbatas dalam berorganisasi, saya memberanikan diri untuk menjalankan beberapa program pada periode 2021 – 2022.
Pertama, melalui program edukasi. Konsep belajar bersama dengan menghubungkan dosen, mahasiswa, dan aktivis untuk berbagi bersama masyarakat terkait isu-isu lingkungan. Kedua, melalui program kampanye. Kami mensosialisasikan konsep back to buah lerak. Idenya untuk mendorong masyarakat menggunakan buah lerak yang biasanya dipakai untuk mencuci batik sebagai pengganti deterjen. Buah lerak menjadi alternatif sabun cuci yang lebih ramah lingkungan karena tidak mencemari air. Selanjutnya, kami mencoba peluang-peluang kolaborasi dan pemanfaatan teknologi untuk menawarkan solusi atas permasalahan air di Indonesia.
Organisasi Watery Nation sendiri berbasis relawan yang memiliki kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda. Kami masih membutuhkan dukungan mengembangkan kapasitas untuk mencapai visi dan misi organisasi ini. Selain itu, dukungan finansial juga diperlukan untuk menjalankan program-program yang kami inisiasi.
Bagaimana mengatasi berbagai masalah air di Indonesia?
Setiap daerah di Indonesia menghadapi tantangan yang beragam. Sebagai contoh, rendahnya kualitas air di wilayah Cijeruk yang tercemar karena banyaknya sampah di daerah hulu sungai. Padahal wilayah ini seharusnya berpotensi menjadi daerah sumber air bersih karena letaknya yang dekat dengan gunung Salak.
Selain itu masalah demografis dan minimnya fasilitas untuk mengakses air bersih. Seperti warga di daerah Muara Angke, Jakarta Utara, yang terpaksa harus membeli air karena tidak tersedianya air bersih yang mencukupi di lingkungan tempat tinggal mereka yang dekat dengan laut.
Tentunya dukungan berbagai pihak diperlukan untuk menawarkan solusi atas permasalahan terkait air bersih. Salah satunya melalui gerakan -gerakan kampanye untuk membangun kesadaran pentingnya menjaga sumber air bersih, seperti apa yang sudah dilakukan Watery Nation.
Mengapa Anda memilih Tik-Tok dan Instagram sebagai media kampanye?
Audiens kami kebanyakan anak muda. Media sosial bisa menjelaskan tentang permasalahan air sesuai dengan perspektif anak muda. TikTok dan Instagram memiliki kelebihan sebagai media tanpa kendala jarak dan efektif menjangkau banyak penonton untuk menyampaikan pesan-pesan lingkungan. Konten yang kami sajikan juga disesuaikan dengan topik yang sedang tren, sehingga sesuai dengan kebutuhan mereka.
Apa harapan Anda terkait permasalahan air di Indonesia?
Kami di Watery Nation berharap dapat turut berkontribusi untuk membangun sumber daya air yang inklusif di Indonesia. Air menjadi bagian dari hak asasi manusia dan hak hidup. Seluruh masyarakat, tidak hanya di kota tetapi juga di desa, berhak atas air bersih.
Dimulai dari membangun kesadaran atas pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan, kami berharap gerakan yang dilakukan dapat membentuk kebiasaan baik untuk menjaga sumber air dan fasilitas yang dibangun untuk penyediaan air bersih.
BAGUS SEKALI TIDAK HANYA MENYAJIKAN ISU2 SAJA TETAPI TERDAPAT SOLUSI APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN