Posted inWawancara / Laut dan maritim

Teria Salhuteru: Pendidikan lingkungan adalah investasi masa depan

Teria Salhuteru dkk. mendirikan Moluccas Coastal Care (MCC) untuk ikut mendidik warga, terutama pemuda, mengenai pentingnya menjaga lingkungan sebagai investasi masa depan.

Maluku adalah salah satu provinsi dengan keanekaragaman hayati nan kaya di wilayah timur Indonesia. Hutan tropis dan laut menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Maluku. Namun, krisis iklim dan eskploitasi mengancam keberlangsungan hidup berbagai jenis flora dan fauna di antaranya termasuk jenis endemik.

Moluccas Coastal Care (MCC), sebuah organisasi yang digerakkan oleh sekelompok anak muda, membangun asa penyelamatan lingkungan di Maluku. Selain melakukan berbagai upaya pelestarian alam, MCC juga aktif melakukan kampanye melalui media sosial Moluccas Coastal Care  untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya merawat Bumi yang menjadi rumah kita bersama.

Semangat para anggota MCC mencerminkan perjuangan anak muda Indonesia untuk Bumi yang lebih baik. The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) berkesempatan mewawancarai pendiri Moluccas Coastal Care (MCC), Teria Salhuteru, pada Kamis, 19 Mei 2022.

Bagaimana awal mula ketertarikan Anda dengan isu lingkungan?

Saat bergabung dengan komunitas Moluccas pada 2017 lalu, kami resah melihat sampah yang menumpuk di hutan mangrove area Teluk Ambon. Kami tergerak untuk membersihkan sampah yang terlilit di akar mangrove yang bahkan tidak terlepas saat datang ombak dan air pasang. Pengalaman itu menjadi awal mula ketertarikan saya pada isu-isu kelautan.

Maluku memiliki biodiversitas hutan dan laut yang beragam. Bagaimana Anda berkontribusi dalam upaya pelestarian biodiversitas?

Keberadaan karbon biru dan karbon hijau sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mengantisipasi dampak terburuk dari krisis iklim. Sebagai pendiri Moluccas Coastal Care (MCC), saya dan tim memfokuskan pelestarian tiga ekosistem laut yang penting untuk konservasi karbon biru, yaitu terumbu karang, lamun, dan mangrove. Upaya konservasi juga kami lakukan di hutan sebagai penyimpan karbon hijau dengan program penanaman pohon sejak 2017 sampai sekarang.

Bagaimana MCC mengelola biodiversitas yang memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat dan lingkungan?

Salah satu upaya yang kami lakukan dengan memberikan pendampingan dan edukasi kepada komunitas lokal tentang cara pembibitan dan pengeringan pala. Sebagai salah satu komoditas ekspor yang bernilai ekonomi tinggi dari Maluku, pala harus tetap terjaga kualitasnya.

Hasil panen petani yang dulunya dikeringkan dengan cara diasap membuat harga pala jatuh di pasaran, sehingga kami menyediakan rumah pengering bagi petani. Dengan membeli langsung pala yang dikeringkan di rumah pengering MCC dengan harga yang lebih tinggi, kami turut mendukung kesejahteraan petani lokal.

MCC juga memiliki program rumah belajar bagi anak-anak di Maluku. Apa tujuan yang ingin dicapai?

Kami menyadari pendidikan lingkungan adalah investasi masa depan. Karena orang tua biasanya sudah susah diajari, kami memfokuskan pendidikan lingkungan usia dini. Setidaknya kami sudah membekali satu generasi untuk ikut menjaga keanekaragaman hayati yang semakin hari semakin terancam karena krisis iklim dan eksploitasi. Kami datang dan menginap di kampung-kampung untuk mengajar anak-anak tentang lingkungan hidup.

Menurut kami, anak-anak harus dilibatkan sejak dini untuk ikut melestarikan alam sebagai warisan orang tua dari generasi ke generasi. Kami khawatir generasi mendatang justru tidak akan mengenal hewan dan tumbuhan endemik Maluku karena sudah punah.

Bagaimana peran anak muda dalam pelestarian lingkungan?

Anak muda harus mau peduli karena keterlibatan kita penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Saya berharap akan semakin banyak kolaborasi anak muda di desa, pulau, dan kota untuk mengatasi krisis iklim yang semakin mengancam kehidupan kita.

Apa saja tantangan dalam melestarikan keanekaragaman hayati di wilayah Maluku?

Selain jarak yang jauh dan keterbatasan transportasi, sampah masih menjadi masalah utama. Sampah-sampah yang berasal dari pasar berakhir di laut, sehingga menghambat pertumbuhan terumbu karang dan lamun yang sehat. Selain itu, pembangunan kafe dan perumahan penduduk atas nama ekonomi di kawasan mangrove juga berdampak buruk. Padahal terumbu karang, mangrove, dan lamun berperan penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Jika tidak dijaga, jumlah ikan semakin sedikit karena laut yang kotor dan warga pesisir menghadapi ancaman erosi dan abrasi karena rusaknya hutan mangrove.

Sampai kapan Anda akan berjuang demi pelestarian lingkungan?

Sampai akhir hidup. Ikut melestarikan alam bukan pekerjaan, tetapi tanggung jawab saya selama tinggal di Bumi. Bumi adalah rumah tua kita. Saat ini, rumah kita semakin rusak karena tidak dijaga. Kita hanya memanfaatkan tetapi tidak memelihara, hanya menebang tetapi tidak menanam.

About the writer

Abdus Somad

Abdus Somad, born in Karangasem, Bali, 27 years ago. He plunged into journalism by joining Axis Student Press at Ahmad Dahlan University, Yogyakarta. After graduating from college in 2018, he worked as...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.