Greenpeace Indonesia coba menjangkau penikmat musik generasi Milenial dan Z untuk menjalani gaya hidup ramah lingkungan. Hal itu dilakukan dengan melibatkan diri pada salah satu festival musik terbesar di Indonesia, Pestapora, 22-24 September 2023, di Gambir Expo, Kemayoran, Jakarta.
Pada pagelaran tersebut, mereka mengusung pesan “Change Before Your Life Changes!”, mengingat saat ini manusia sedang bekejaran dengan waktu untuk menjaga suhu bumi, agar tidak naik lebih dari 1,5 derajat Celsius dalam beberapa tahun ke depan.
Leonard Simanjuntak, Coutry Director Greenpeace Indonesia mengatakan, peningkatan suhu Bumi akibat krisis iklim akan memperparah kerusakan lingkungan dan mengancam keberlangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya.
Karenanya, sebagai organisasi kampanye di bidang lingkungan, mereka hadir di Pestapora untuk mengajak anak-anak muda untuk lebih peka terhadap situasi Bumi saat ini. Dia percaya, jika diarahkan untuk menjaga lingkungan dan iklim, energi dan semangat anak muda akan memberi dampak signifikan.
“Kita tidak akan bisa menikmati musik apabila Bumi tidak lagi punya masa depan,” ujar Leonard. “Perlu komitmen yang ambisius dari semua orang agar laju kerusakan lingkungan bisa ditahan, salah satunya dengan mengubah gaya hidup anak muda sebagai agen perubahan.”
Di lokasi itu, Greenpeace Indonesia menghadirkan sejumlah instalasi. Misalnya, ‘ruang bernapas’ di mana pengunjung dapat beristirahat sambil berkenalan dengan Greenpeace menggunakan pancaindra. Area ini juga menjadi sarana bagi pengunjung untuk merasakan hidup di tengah kualitas udara yang baik dan segar, di saat kondisi Bumi menghadapi pendidihan global dan polusi.
Instalasi lainnya adalah dinding yang diisi informasi penting seputar krisis iklim dan gerakan lingkungan, konser tanaman, parfum polusi, hingga kuis true or false. Selain itu, ada pula tangki air minum (infused water) untuk mengurangi ketergantungan pada air minum kemasan. Serta, charging station yang energinya berasal dari panel surya.
Leonard menjelaskan, semua instalasi dan kegiatan itu dikemas dengan konsep menyenangkan. Sebab, aktivisme atau gerakan lingkungan tak melulu harus serius. “Yang terpenting, para pengunjung menjadi sadar akan situasi Bumi, berinteraksi dengan kami, lalu tergerak untuk menciptakan perubahan,” imbuhnya.
Greenpeace memang punya persinggungan sejarah dengan pagelaran musik. Pada 1970, organisasi ini lahir lewat konser musik yang berkolaborasi dengan musisi folk, Joni Mitchell. Kala itu, Greenpeace melakukan ekspedisi ke Alaska untuk menghentikan percobaan bom nuklir di Pulau Amchitka oleh Amerika Serikat.
Sejak saat itu, mereka selalu berusaha menggalang kekuatan dan dukungan publik melalui aktivisme dan kampanye kreatif, salah satunya dengan musik.