Pemerintah akan memperluas pertanian sorgum untuk keberagaman pangan. Fokus pada Pajalegong (Padi-Jagung-Kedelai-Sorgum-dan-Singkong).
Pemerintah tertarik memperluas pertanian sorgum yang diklaim akan meningkatkan keberagaman pangan tanah air. Jadi, pengembangan tanaman pangan tidak hanya Pajale melainkan Pajalegong, kependekan dari Padi-Jagung-Kedelai-Sorgum, dan Singkong.
Sorgum dipercaya sebagai bahan subtitusi gandum yang pengadaannya selama ini masih menggantungkan pada impor.
Kementan melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah memprogramkan pengembangan budidaya sorgum seluas 15 ribu hektare pada tahun 2022, 115 ribu hektare dan 150 ribu hektare berturut-turut pada tahun 2023 dan 2024. Dengan adanya peningkatan target luas tanam, maka kebutuhan benih juga semakin banyak, sehingga harus disiapkan sebelum jadwal tanam tiba.
Guna mendukung program pengembangan Sorgum ini, pada 2022 lalu dilaksanakan Bimbingan Teknis Produksi dan Sertifikasi Benih Sorgum di Maros, Sulawesi Selatan, yang dihadiri oleh perwakilan Balai Benih dan Pengawas Benih Tanaman dari 7 provinsi sasaran tanam sorgum.
Catur Setiawan, Koordinator Kelompok Sustansi Pengawasan Mutu Benih, Direktorat Perbenihan Tamaman Pangan, menyampaikan Bimtek ini diselenggarakan dalam rangka pelaksaanaan kerjasama produksi benih sumber sorgum antara Direktorat Perbenihan dengan Dinas Pertanian provinsi dalam menyiapkan benih untuk budidaya tahun 2023 dan 2024.
“Produksi dan sertifikasi diangkat menjadi topik bimtek karena Kami melihat tanpa teknik produksi yang baik dan benar, sehebat apapun pengawasan mutu benih, maka tidak akan dihasilkan benih bermutu dalam jumlah yang cukup,” ujar Catur, dikutip dari laman Kementan.
Ramlah Arief, peneliti Balitser Maros menjelaskan tentang tata cara produksi benih sorgum meliputi pilihan varietas sesuai dengan sifat-sifat, syarat lahan, teknik roguing, penentuan waktu panen, cara pengeringan dan sortasi benih serta pengemasan benih.
”Untuk mengelabui burung adalah dengan membungkus malai, menggunakan lokasi lahan yang berbeda untuk setiap tanam sehingga tidak dikenali oleh burung dan tanam bersamaan dengan jadwal tanam padi untuk memecah minat burung,” jelas Ramlah.
“Untuk menghasilkan benih dengan vigor tinggi, disarankan panen dilakukan sekitar 3 hari setelah masak fisiologis, pengeringan dilakukan dua kali untuk menurunkan kadar air secara perlahan menggunakan blower dan panas dengan suhu tidak lebih dari 40oC, Penurunan kadar air yang terlalu cepat dapat mengakibatkan kerusakan pada embrio benih. Pengeringan dengan sinar matahari dilakukan selama 3 hari dengan membolak-balik benih”tambahnya
Produsen benih dan Pengawas Benih Tanaman harus sama-sama memahami teknis produksi dan regulasi perbenihan. Sinergi antara produksi yang baik dan benar dan adanya pengawasan mutu akan memberikan jaminan benih bersertifikat yang dihasilkan memuaskan konsumen benih.
Pertanian sorgum sebagai pangan alternatif
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi mengatakan tanaman sorgum tidak hanya sebagai pangan alternatif pengganti beras tapi juga sebagai bahan pakan dan bahkan dapat menghasilkan bio ethanol.
Ia juga menerangkan bahwa sorgum merupakan tanaman sehat, mudah dibudidayakan, rendah biaya produksi dan sangat bermanfaat untuk kesehatan. Sorgum juga memiliki manfaat yang tidak kalah saing dengan padi, jagung dan kedelai.
“Sorgum dibudidayakan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Hampir seluruh bagian tanaman sorgum, seperti biji, tangkai biji, daun, batang dan akar, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Mulai menjadi makanan seperti sirup, gula, kerajinan tangan, pati, biomas, bioetanol dan tepung pengganti terigu dan lainnya,” kata Suwandi.