Toko organis lahir dari keprihatinan terhadap jumlah sampah di Kota Bandung dan Indonesia yang tak kunjung menurun.

Di tengah hiruk pikuk kecanggihan zaman, kesadaran akan lingkungan bersih hijau seolah menjadi keniscayaan. Berbagai pegiat lingkungan bermunculan dalam beberapa tahun ke belakang untuk menerapkan gaya hidup bersih dan zero waste (nol sampah).

Dari sekian banyak pegiat, salah satu yang bisa dijumpai di Kota Bandung adalah Toko Organis. Program nonprofit yang merupakan bagian dari sistem pendukung kampanye gaya hidup organis YPBB yang dikemas dalam bentuk toko ini sudah mulai berdiri sejak 2014.

Toko tersebut beralamat di komplek Delima Nomor 85B Cikutra, Kota Bandung.

Koordinator Toko Organis, Tiwi Arsianti menyebut, lahirnya toko organis berawal dari keprihatinan terhadap jumlah sampah yang tak kunjung menurun.

Berangkat dari sana, Ia menggagas Toko Organis sebagai sistem pendukung kampanye. Pengunjung toko ini bisa mendapatkan langsung berbagai jenis alat (teknologi tepat guna) yang dapat mempermudah penerapan pola hidup organis sehari-hari dan berbagai produk kebutuhan hidup yang dipilih dan disediakan dengan jejak ekologis serendah mungkin.

Tidak hanya itu, toko ini juga berperan sebagai sarana edukasi dalam mengembangkan pola hidup minim hingga nol sampah.

Di sana pengunjung akan mendapatkan berbagai informasi terkait dengan sarana dan prasarana penunjang gaya hidup zero waste serta belajar memperoleh berbagai kebutuhan hidup dengan cara nol sampah.

Toko Organis mempunyai beberapa kategori produk. Mulai dari toiletries yang kami jual mulai dari sabun mandi, shampoo, deterjen bubuk, cair, handsoap, hand sanitizer, pembersih lantai, kaca. 

Lalu ada penunjang gaya hidup mulai dari sendok, tumblr, tas, menstrual pads, sikat gigi. Selain itu, ada juga bahan makanan seperti kecap, saos, sambal, gula, garam, kopi dan teh, madu.

Selain itu, masih ada juga teknologi organis seperti Takakura dan bor biopori.

“Sejak berdiri sampai saat ini banyak produk baru yang tersedia seperti yang sudah dijelaskan di atas. Utamanya sebelum melakukan penambahan produk baru, kami melakukan riset untuk menentukan kira-kira jenis produk apa yang paling tinggi timbulan sampahnya dan apakah bisa toko organis mengakomodir produk tersebut secara bulk,” terang Tiwi.

“Kalau untuk pengurangan produk, ada beberapa produk yang dulunya tersedia namun akhirnya kami tiadakan dengan alasan produk tersebut dikemas satuan dengan plastik sekali pakai, contohnya kamper kayu. Produk ini lumayan banyak dicari oleh konsumen kami dan sangat ramah lingkungan karena kamper tersebut terbuat dari kayu dan bisa langsung dikompos, namun dengan alasan tadi maka kami meniadakan produk ini,” bebernya melanjutkan.

Selanjutnya, ia menjelaskan produk yang paling cepat laku itu adalah aneka toiletries terutama sabun pencuci piring dan sabun cuci tangan.

Lebih lanjut, Tiwi menyebut Toko Organis menjalankan konsep keberlanjutan (sustainable living). Seluruh produk diproduksi dan dijual dengan menekan potensi sampah. Baik dari unsur produksi, hingga penjualan.

Toko Organis pun menyediakan kantong untuk dipinjamkan kepada pembeli, andai pembeli ini lupa membawa kantong belanja.

Menariknya, ketersediaan kantong belanja ini berawal dari kepedulian sesama pembeli.

“Jadi pengunjung toko di sini jatuhnya kayak saling gitu. Ah, takut pengunjung lain lupa bawa kantong. Makanya mereka donasi kantong belanja untuk dipinjamkan,” ujar Tiwi.

Toko Organis di Komplek Delima Nomor 85B Cikutra, Kota Bandung. (Humas Bandung) 

Beri contoh gaya hidup nol sampah

Sembilan tahun bukan waktu yang singkat untuk perjalanan Toko Organis. Tercatat sebanyak empat kali mereka berpindah lokasi. Sebelum menempati lokasi saat ini di Komplek Delima, Cikutra, terakhir, Toko Organis dikenal berlokasi di Jalan Batik Uwit.

Meski begitu, konsistensi dan semangat Tiwi beserta tim di Toko Organis tak perlu diragukan lagi. Walau banyak konsumen datang dan pergi, namun pada akhirnya mereka yang benar-benar peduli akan lingkungannya akan terseleksi.

Tiwi juga menyebut, pada dasarnya bukan hal sulit menerapkan gaya hidup minim sampah. Hanya saja, karena pola pikir dan cara manusia memandang sampah sudah berlangsung cukup lama, menggeser kebiasaan menjadi gaya hidup lebih minim sampah akhirnya menjadi tantangan tersendiri.

Ia juga menjelaskan, gaya hidup minim sampah punya berbagai kelebihan. Dan ia merasakan manfaatnya ketika Kota Bandung mengalami masa darurat sampah akibat terbakarnya TPA Sarimukti.

“Sampah di depan rumah ini (sembari menunjuk tempat sampah berukuran sedang), kira-kira baru kita angkat setelah tiga, atau bahkan enam bulan. Dan enggak bau juga. Karena kita lakukan pemilahan,” ujar Tiwi.

Ia juga mengajak seluruh masyarakat, khususnya di Kota Bandung untuk mulai memilah dan memisahkan sampah sesuai jenisnya. Serta mengolah sampah tersebut secara mandiri.

Kembangkan teknologi dan berjejaring

Menuju satu dekade beroperasi, Toko Organis kini fokus mengembangkan berbagai produk dan juga pemasaran. Tren jual-beli secara daring diakui Tiwi sebagai salah satu kendala.

Meski begitu, ia tetap optimis tokonya bakal terus eksis. Apalagi, ia dikelilingi rekan-rekan usia muda yang menjadi bagian dari toko.

Tiwi juga membuka kemungkinan bagi masyarakat Kota Bandung untuk menjadi mitra bagi Toko Organis dalam mengampanyekan gaya hidup minim sampah. Anda bisa menghubungi toko ini melalui pesan via Instagram @tokoorganisypbb.

Sedangkan bagi anda yang hendak berbelanja berbagai kebutuhan yang tersedia di toko ini, atau hendak memulai gaya hidup minim sampah dari aspek kebiasaan berbelanja, anda bisa mencoba berbelanja langsung ke toko mereka di Komplek Delima Nomor 85B, Cikutra.

Yuk, mulai gaya hidup lebih hijau dengan menekan produksi sampah dari mulai diri sendiri!

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.