Berkumpul, bergerak, dan bersuara. Begitulah semangat para K-poppers, penggemar musik Korean pop (K-pop), yang menyoroti kehadiran industri fesyen dalam perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP 28 di Dubai pada 30 November-12 Desember 2023.

Dalam pekan pertama perhelatan COP 28, K-poppers menyerukan agar pemimpin dunia dan perwakilan industri fesyen berhenti menggunakan bahan bakar fosil dan meningkatkan penggunakan energi terbarukan dalam rantai pasok mereka.

Penggemar K-pop global melakukan aksi daring di Instagram, Twitter, dan TikTok dengan menandai (tag/mention) perwakilan industri fesyen dan pemimpin dunia yang disatukan oleh Piagam Industri Fesyen PBB untuk Aksi Iklim, guna mendengarkan suara generasi masa depan. 

Akun Twitter @kpop4planet yang memiliki sedikitnya 10 ribu pengikut jadi bandul utama untuk menyebarkan pesan tersebut. Kpop4Planet adalah organisasi iklim untuk dan dari penggemar K-pop yang dibentuk pada 2021 lalu.

Dalam kicauannya di X, akun ini menyerukan kepada jenama fesyen mewah ternama dunia, seperti ChanelCelineDiorLVMHysl, hingga Kering Group, untuk menghentikan greenwashing dan beralih pada industri fesyen yang lebih berkelanjutan.

Greenwashing, menurut Investopedia, adalah proses penyampaian kesan palsu atau informasi menyesatkan tentang bagaimana produk suatu perusahaan itu ramah lingkungan.

Industri fesyen nol emisi

Aksi global secara daring ini mereka gelar beberapa hari sebelum pertemuan pembahasan Piagam Industri Fesyen PBB atau UN Fashion Industry Charter for Climate Change di COP 28. Acara tersebut bakal dihadiri perwakilan jenama fesyen utama, termasuk grup industri mewah Prancis.

Juru Kampanye Kpop4Planet, Indonesia, Nurul Sarifah mengungkapkan, piagam tersebut dirancang agar industri fesyen bersatu dan menciptakan rencana yang jelas untuk mencapai emisi nol bersih (net-zero emission) pada tahun 2050.

Dalam siaran persnya, Nurul mengungkapkan, rumah fesyen mewah seperti Chanel dan Dior menggaet bintang K-pop guna menjangkau pasar anak muda, khususnya di Asia.

Para penggemar K-pop berharap industri fesyen berhenti menyembunyikan komitmen mereka yang lemah terhadap iklim di balik kehadiran para bintang K-pop.

“Sebagai penggemar yang berbasis di UEA – di mana COP28 berlangsung – kami berharap dengan menyebarkan kesadaran tentang aksi iklim, kami dapat berkontribusi secara positif dan menginspirasi Carat (sebutan untuk fans Seventeen) lainnya dan penggemar K-pop untuk membicarakan isu iklim,” ujar Shia, pengurus fansbase Seventeen UEA, yang turut berpartisipasi dalam aksi global tersebut.

Apalagi para ilmuwan menyoroti saat ini ancaman Bumi akan mencapai titik didih globalnya lebih cepat. Hal ini berkaca dari tak kunjung terpenuhinya kesepakatan negara-negara di dunia untuk membatasi kenaikan suhu global menjadi 1,5 derajat celcius sesuai Kesepakatan Paris 2015.

K-poppers mengatakan bahwa mereka terinspirasi dari inisiatif idola mereka, seperti pidato Seventeen di Unesco Youth Forum dan terpilihnya Blackpink sebagai duta Cop26 pada tahun 2021. Grup K-pop yang digawangi empat perempuan ini juga menerima penghargaan Anggota Orde Kerajaan Inggris atau Member of the Order of the British Empire (MBE) dari Raja Charles III, karena telah menyebarkan pesan lingkungan kepada audiens secara global.

Unboxed: High Fashion, High Carbon 

Kpop4Planet mengorganisir aksi daring ini sebagai bagian dari kampanye ‘Unboxed: High Fashion, High Carbon’. Kampanye ini meminta rumah fesyen mewah menetapkan target ambisius dan mengambil aksi nyata dengan memanfaatkan energi terbarukan sepenuhnya dalam rantai pasok mereka pada 2030, alih-alih terus memakai energi fosil.

Organisasi ini juga melansir rumah fesyen Chanel, Celine, Dior, dan Saint Laurent gagal memenuhi komitmen iklim dan investasi pada energi terbarukan untuk rantai pasok mereka. Mereka sudah mengumumkan pemeringkatan jenama dalam target iklim dan emisi dalam laporan bertajuk Luxury’s Dirty Little Secret yang ditulis bersama Action Speak Louder.

“Penggemar K-pop tidak hanya peduli dengan aktivitas idola mereka sebagai duta merek mewah, tetapi juga dengan masa depan Bumi yang akan mereka wariskan. Ini saatnya bagi rumah fesyen mewah untuk berhenti melakukan greenwashing,” kata Lee Dayeon, juru kampanye Kpop4Planet di Korea Selatan.

Kami tidak akan berhenti sampai kami mendengar target pengurangan emisi absolut dari merek tersebut serta rencana untuk beralih ke energi terbarukan

Lee Dayeon, Juru Bicara KPop4Planet

Sejak kampanye diluncurkan pada bulan Agustus, petisi Kpop4Planet telah mengumpulkan tanda tangan lebih dari 11,700 K-poppers dari 69 negara, termasuk Perancis, Amerika Serikat, Inggris, Korea Selatan, dan Indonesia. Petisi tersebut dikirimkan sebagai bagian dari aksi protes truk internasional yang berlangsung selama Paris Fashion Week pada bulan September. Hingga saat ini, belum ada tanggapan dari merek tersebut, kecuali Saint Laurent. 

Komitmen iklim ambisius

COP28 akan menandai lima tahun sejak merek dan produsen bergabung dengan Piagam Industri Fesyen PBB untuk Aksi Iklim. Meskipun terdapat peningkatan 16% dalam pelaporan dampak bisnis mereka terhadap perubahan iklim sejak tahun 2020, hanya 45% penanda tangan yang telah menetapkan target iklim publik yang diperlukan untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5°C.

Selain itu, hanya 42% penanda tangan yang telah menetapkan target 100% energi terbarukan dalam operasi bisnis mereka pada tahun 2030.

Inilah sebabnya, pada COP28, para penandatangan harus menunjukkan komitmen iklim yang lebih ambisius dan kolaboratif untuk mencapai target piagam tersebut.

“COP28 adalah tempat yang tepat untuk mereka menunjukkan posisinya sebagai pemimpin industri fesyen dengan mengambil aksi untuk lingkungan. Kami tidak akan berhenti sampai kami mendengar target pengurangan emisi absolut dari merek tersebut serta rencana untuk beralih ke energi terbarukan,” lanjut Lee.


Baca juga:

About the writer

Adi Marsiela

Adi has been working as a journalist since 2003. He started at Suara Pembaruan daily until it closed in 2021. He's been writing and taking photos for The Jakarta Post and several other news agencies. Currently...

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.