Penyebab diare adalah infeksi bakteri, virus, hingga parasit. Parasit penyebab diare, Blastocystis hominis, ditemukan oleh tim mahasiswa Undiksha Bali.

Diare menjadi salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada anak balita. Diare ini dikenal sebagai penyakit terbanyak kedua penyebab kematian setelah pneumonia. Tim mahasiswa dari Undiksha Bali menemukan parasite penyebab diare.

Diare adalah kondisi yang dapat menyebabkan penderita mengalami peningkatan aktivitas buang air besar setidaknya tiga kali dalam sehari dengan tekstur feses yang lembek.

Penyebab diare adalah infeksi bakteri, virus, hingga parasit yang mengganggu sistem pencernaan. Salah satu parasit penyebab diare dengan kejadian terbanyak disebabkan oleh blastocystis hominis.

Diagnosis infeksi Blastocystis hominis dapat ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskopis.

Pemeriksaan mikroskopis dengan metode kultur sampai saat ini telah dilakukan dengan memodifikasi larutan stok menggunakan berbagai serum, salah satunya yaitu menggunakan serum kuda (horse serum).

Namun, metode deteksi penyebab diare ini dirasa masih kurang efektif dikarenakan masih terdapat beberapa kelemahan, diantaranya harga yang cukup tinggi, sulit didapatkan, dan dapat merusak sel sehingga tidak baik digunakan dalam menumbuhkan sel.

Dengan adanya permasalahan tersebut, tim PKM-RE Undiksha membuat inovasi berjudul “Potensi Fetal Bovine Serum dalam Modifikasi Medium Kultur Jones Sebagai Modalitas Uji Diagnosis Blastocystis hominis”.

Tim terdiri atas Kadek Edy Sukarma (Kedokteran), Putu Sathiya Adi Janendra (Kedokteran), Kadek Intan Arta Sarita (Kedokteran), Kadek Indira Maheswari (Kedokteran), dan Sang Nyoman Putra Darma (Pendidikan Biologi) di bawah bimbingan dr. Made Bayu Permasutha, M.Biomed.

“Inovasi ini bertujuan untuk menentukan metode terbaik dalam mendeteksi Blastocystis hominis (penyebab dare),” demikian dikutip dari keterangan resmi Undiksa, Bali, diakses, Selasa, 26 Desember 2023.

Deteksi ini menggunakan fetal bovine serum dalam modifikasi medium kultur Jones. Metode dijalankan saat pemeriksaan mikroskopis pada feses pasien yang menderita diare. Dengan demikian dapat diketahui penyebab dan penatalaksanaan yang tepat pada kasus diare.

Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan dari Juli sampai Oktober 2023 yang dimulai dari perancangan dan pelaksanaan penelitian hingga proses kultur serta pemeriksaan mikroskopis pada feses pasien yang mengalami diare.

Secara klinis berdasarkan hasil uji deteksi, uji morfologi, dan uji diagnosis, pemanfaatan fetal bovine serum dalam modifikasi medium kultur Jones sudah efektif dilakukan karena dapat memperlihatkan pertumbuhan Blastocystis hominis yang optimal pada beberapa konsentrasi perlakuan serta memiliki nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi yang sangat baik.

“Dengan adanya inovasi ini diharapkan dapat memberikan dampak dan sumbangsih yang positif pada keberlangsungan riset ke depan khususnya pada metode diagnosis suatu penyakit sehingga diperoleh hasil yang akurat dan penatalaksanaan yang tepat pada pasien,” lanjut keterangan resmi Undiksa.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.