Bioteknologi berperan penting dalam menghadapi perubahan iklim. Bagaimana industri bioteknologi dapat membantu pengembangan tanaman tahan iklim dan mendaur ulang limbah.
Program Studi Biologi Institut Teknologi Sumatera menyelenggarakan Studium Generale dengan judul “Penerapan Bioteknologi dalam Menghadapi Perubahan Iklim”. Acara ini diselenggarakan sebagai respons terhadap isu global perubahan iklim yang memiliki dampak signifikan pada berbagai sektor, termasuk pertanian, peternakan, dan perikanan.
Industri bioteknologi diyakini memainkan peran penting dalam mengembangkan tanaman yang dapat beradaptasi dengan kondisi ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Teknologi biotransformasi dapat mempercepat proses pemuliaan tanaman, yang dapat menghasilkan spesies tahan iklim lebih cepat.
Selain itu, bioteknologi juga dapat membantu mengembangkan mikroorganisme yang dapat mendaur ulang limbah organik dan non-organik, sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca.
Namun, penggunaan bioteknologi pada tanaman memerlukan perhatian terhadap masalah keamanan pangan, lingkungan, dan sosial. Oleh karena itu, regulasi dan pengendalian penggunaan bioteknologi diperlukan untuk menghadapi masalah ini.
“Melalui Studium Generale ini, peserta memahami konsep bioteknologi dan bagaimana dapat diterapkan dalam mengembangkan tanaman dan hewan ternak yang tahan iklim. Kedua narasumber juga membahas masalah yang terkait dengan penggunaan bioteknologi pada tanaman serta upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengawasan, regulasi, dan pengendalian penggunaan bioteknologi,” demikian dikutip dari laman Itera, diakses Selasa, 26 Maret 2024.
Acara ini menampilkan dua pembicara, Budi Setiadi Daryono dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, dan Winda Nawfetrias dari Balai Penelitian Tanaman Hortikultura dan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Budi Setiadi Daryono membawakan kajian bertema “The Dynamics and Evolution of Melon-Infecting Virus in Indonesia influenced by Climate Change”.
Budi menyampaikan kajian keanekaragaman genetik cucurbit di indonesia dan bagaimana tantangan perubahan iklim di indonesia. Budi juga menjelaskan studi tentang virus penulang cucurbit di indonesia dan hasil identifikasi virus resistant gen dan produksi melonya di Indonesia
Winda Nawfetrias menyampaikan kajian tentang “Aplikasi Bioteknologi Untuk Adaptasi Perubahan Iklim Pada Tanaman Budidaya di Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan.”
Winda menyempaikan beberapa studi penting diantaranya urgensi Bioprospeksi Sumber daya Genetik (SDG) untuk menghasilkan inovasi bibit unggul dengan pendekatan precission & smart farming yang berkelanjutan secara eco friendly pada skala nasional dan spesifik lokasi.
Menurut Winda, sivitas akademika perlu memanfaatkan potensi keanekaragaman SDG HB dan potensi dukungan teknologi untuk mendukungnya. Karena potensi ini relevan untuk mengatasi berbagai isu nasional dan global, tidak hanya pengentasan pengendalian perubahan iklim, namun juga pengentasan kemiskinan, serta pembangunan pertanian berkelanjutan.
- Melihat pengalaman Australia di fase transisi energi
- Trend Asia: politik kebijakan cenderung koruptif jadi penyebab melambat transisi energi di Indonesia
- Pemberitaan transisi energi masih didominasi elite
- Greenpeace beberkan pengalaman buruk perdagangan karbon di Indonesia
- Air mata bahagia Awane Theovilla, ingin mengabdikan ilmunya di Papua
- Kolaborasi ilmuwan dan media untuk meningkatkan pemberitaan krisis iklim di Indonesia