Orang-orang muda Indonesia menyoroti krisis iklim. Sampai saat ini transisi energi di Indonesia belum ambisius dan terhambat kepentingan.
Puluhan orang muda berkumpul dan mendeklarasikan hasil dari National Student Conference, yang berlangsung pada tanggal 5-6 Agustus 2024. Mereka menyerukan percepatan transisi energi ke sumber-sumber ramah lingkungan.
Deklarasi ini dilakukan di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jawa Barat, oleh 40 mahasiswa/i berusia 20-28 tahun dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Mereka menyampaikan aspirasi dan komitmen sebagai respons terhadap krisis iklim yang semakin parah, sekaligus tuntutan atas kebijakan pemerintah yang kurang serius. Transisi energi di Indonesia dinilai terhambat banyak kepentingan.
“Empat puluh anak muda dari Sumatera sampai Papua hari ini berkumpul di depan Gedung Merdeka, dengan mengharapkan bentuk kemerdekaan energi yang bersih dan berkeadilan untuk masyarakat,” kata Reka Maharwati, Koordinator ENTER Nusantara, dalam keterangan resmi diakses Selasa, 13 Agustus 2024.
“Kami menaruh perhatian yang besar pada masalah lingkungan di sekitar kami, khususnya terhadap krisis iklim. Apalagi, sampai saat ini transisi energi Indonesia masih belum ambisius dan terhambat kepentingan.”
Hasil pantauan Badan Meteorologi Dunia (WMO) menunjukkan bahwa tahun 2023 jadi tahun terpanas sejak masa pra-industrialisasi, artinya pemanasan global dan perubahan iklim semakin mengkhawatirkan.
Para peneliti pun menegaskan pentingnya mengurangi emisi, khususnya dari sektor energi, untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5°C.
Peserta konferensi menilai kebijakan serta solusi yang dihadirkan pemerintah semakin jauh dari komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris. Hal ini tercermin dari tindakan pemerintah Indonesia yang justru menurunkan target bauran energi terbarukan dari 23% di tahun 2025, menjadi 17% di tahun 2025. Sementara, anak muda di Indonesia termasuk salah satu kelompok yang paling rentan akan dampak perubahan iklim, seperti yang diperingatkan UNICEF.
Oleh karena itu, mengatasi krisis iklim tidak hanya merupakan keharusan demi lingkungan tetapi juga kewajiban moral untuk melindungi hak-hak dan masa depan anak muda. Untuk mengatasi krisis iklim dan bertransisi energi secara berkeadilan, sangat penting untuk melibatkan suara anak muda Indonesia dan memberdayakan mereka agar berpartisipasi aktif dalam mendorong kebijakan dan inisiatif.
Melalui National Student Conference, anak muda menagih pemerintah Indonesia untuk:
Menciptakan ruang dialog yang transparan dan berkelanjutan di semua tingkatan antara pemuda dengan pengambil kebijakan untuk memastikan bahwa masukan yang kami berikan didengar dan diimplementasikan dalam pembuatan kebijakan.
Memastikan masyarakat dengan semua tingkat pendidikan dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait perubahan iklim dengan meningkatkan akses publik terhadap informasi-informasi penting, terutama bagi komunitas yang secara historis ditindas, rentan, dan masyarakat adat.
Serius menargetkan transisi energi dan nol emisi dengan:
Meningkatkan penggunaan energi bersih yang terbarukan dengan melibatkan partisipasi bermakna secara inklusif terutama dari masyarakat yang terdampak langsung dalam pengambilan keputusannya.
Menghentikan ketergantungan terhadap energi kotor dan ekstraktif yang menjadi sebab kehancuran ekologi.
Mendorong energi terbarukan di tingkat komunitas dengan memanfaatkan sumber energi yang ada sehingga desentralisasi energi dapat diwujudkan.
National Student Conference
National Student Conference (NSC) adalah sebuah inisiatif dari ENTER Nusantara, yang dirancang untuk menjadi wadah bagi anak muda Indonesia untuk berdiskusi tentang isu-isu yang menjadi perhatian dan tantangan yang ada dalam transisi energi.
National Student Conference juga berfungsi sebagai forum untuk merancang strategi nyata yang bertujuan untuk mempromosikan adopsi praktik energi bersih di Indonesia.
Tujuan dari konferensi ini adalah untuk menunjukkan kepada pemerintah dan negara bahwa anak muda saat ini memiliki kepedulian dan keinginan untuk berkontribusi dalam transisi energi di Indonesia.
Adapun poin-poin mengenai isi deklarasi yang disampaikan peserta antara lain:
Siap menjadi penggerak untuk mendorong dan mengawal upaya-upaya transisi energi bersih yang berkeadilan.
Siap berkolaborasi aktif dan inklusif dalam mengimplementasikan strategi nyata dalam melawan krisis iklim serta mendorong transisi energi bersih yang berkeadilan.
Siap meningkatkan kesadaran dan edukasi di masyarakat tentang krisis iklim dan juga transisi energi bersih yang berkeadilan.
Siap mengimplementasikan gaya hidup yang berkelanjutan dan pro-lingkungan sebagai bentuk aksi nyata melawan krisis iklim dan mendorong transisi energi bersih.
Siap membersamai warga terdampak dan berada di barisan terdepan membela masyarakat terdampak.