Pameran instalasi seni: menyoroti kesejahteraan manusia, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan dalam paradigma pembangunan.

Pameran instalasi seni yang digelar Greenpeace Indonesia. (Greenpeace Indonesia)
Pameran instalasi seni yang digelar Greenpeace Indonesia. (Greenpeace Indonesia)

Pameran instalasi seni menyoroti pentingnya kesejahteraan manusia, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan yang sering terabaikan dalam paradigma pembangunan.

Greenpeace Indonesia melalui pameran instalasi seni mengajak masyarakat menemukan makna kesejahteraan yang tidak hanya bergantung pada numerasi pertumbuhan ekonomi semata. Gembar-gembor pertumbuhan ekonomi selalu digaungkan pemerintah di angka 5%, nyatanya tidak membawa kesejahteraan yang menyeluruh di Indonesia.

Diakses dari laman Greenpeace Indonesia, Rabu, 25 September 2024, disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi selama ini hanya mementingkan aktivitas ekonomi material. Faktanya, Produk Domestik Bruto (PDB) adalah “mitos” kesejahteraan yang selama ini langgeng dilembagakan. PDB tidak memperhitungkan distribusi pendapatan, kualitas hidup, kebahagiaan, dan faktor-faktor sosial lainnya yang penting untuk kesejahteraan manusia.

Data Bank Dunia menunjukkan 10% orang terkaya di Indonesia menguasai 77% kekayaan nasional. Sementara, pertumbuhan ekonomi di angka 5% yang selama ini digaungkan pemerintahan Joko Widodo juga tidak mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Terbukti dari menurunnya proporsi kelas menengah, maraknya PHK, serta mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan.

“Pembangunan ekonomi yang hanya mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi akan membawa kita kepada kerusakan ekologis permanen, yang pada akhirnya justru tidak akan mensejahterakan masyarakat. Sudah saatnya PDB tidak lagi menjadi indikator utama kesejahteraan, tetapi pendekatan pembangunan yang lebih holistik, inklusif, adil dan berkelanjutan yang perlu menjadi panduan ke depan”, ujar Leonard Simanjuntak, Kepala Greenpeace Indonesia.

Greenpeace mengkritik praktik eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, demi mengejar pertumbuhan ekonomi. Pendekatan yang mengutamakan PDB sebagai indikator kesuksesan ekonomi terbukti tidak cukup untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial dan lingkungan.

Maka melalui pameran instalasi seni bertajuk “We Are the Hidden Gem Generation, Hidden by GDP“, Greenpeace bekerjasama dengan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) berupaya untuk membuka kesadaran publik mengenai keterbatasan PDB sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan ekonomi.

Instalasi seni sebagai pesan global untuk paradigma baru

Pameran ini merupakan bagian dari agenda Climate Week dan UN Summit of the Future yang berlangsung pada 20-22 September 2024 di Pos Bloc, Jakarta. Karya dalam pameran ini menyoroti pentingnya kesejahteraan manusia, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan yang sering terabaikan dalam paradigma pembangunan yang berfokus pada Produk Domestik Bruto.

Dalam kolaborasi dengan seniman-seniman muda dari Institut Kesenian Jakarta, Greenpeace menampilkan delapan karya seni yang mewakili delapan indikator kesejahteraan yang perlu diperhatikan oleh setiap negara untuk mewujudkan kemajuan yang lebih berimbang dan inklusif.

Sekretaris Program Studi Seni Murni, Institut Kesenian Jakarta, Walid Syarthowi Basmalah menyampaikan bahwa kolaborasi ini menjadi ajang untuk menggabungkan antara seni dan aktivisme dalam menyampaikan pesan-pesan penting mengenai pembangunan berkelanjutan.

“Karya seni ini bukan hanya menampilkan visual semata, tetapi bagaimana gagasan-gagasan yang muncul atas isu sosial menjadi representasi dari tiap karya yang ada, serta bagaimana kita memandang pesan-pesan tersebut secara menyeluruh. Pameran ini juga merupakan bentuk dukungan nyata dan pengaplikasian dari mata kuliah Aktivisme Seni,” ujar Walid.

Melalui metafora “permata tersembunyi,” instalasi menggambarkan potensi manusia yang sering tidak diakui dalam pengukuran konvensional ekonomi berbasis PDB. Aspek-aspek kesejahteraan non-material seperti kesehatan mental, hubungan sosial, dan kelestarian lingkungan diangkat menjadi tema-tema utama yang selama ini terpinggirkan oleh fokus pembangunan yang hanya mengejar angka-angka ekonomi.

Mendorong pembangunan berkelanjutan dan inklusif

Instalasi ini menunjukkan komitmen Greenpeace terhadap keberlanjutan melalui penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan dalam setiap karyanya. Pendekatan ini mencerminkan pesan yang lebih besar: bahwa keberlanjutan tidak hanya tentang seruan teoretis, tetapi juga tindakan nyata dalam mengurangi jejak lingkungan. Pameran ini mengajak publik untuk lebih bertanggung jawab dalam gaya hidup sehari-hari dan mempertimbangkan dampaknya terhadap bumi.

“Kami berharap karya-karya ini mampu menginspirasi perubahan nyata dalam cara kita memandang pembangunan,” ujar Leonard. Dengan menempatkan kesejahteraan manusia dan kelestarian lingkungan sebagai prioritas utama, Greenpeace menantang masyarakat dan pemerintah untuk berani keluar dari ketergantungan pada angka-angka ekonomi semata, serta mempertimbangkan pendekatan yang lebih holistik dan berkelanjutan.

Instalasi-instalasi ini menjadi pengingat bahwa pembangunan sejati harus melampaui PDB dan mengintegrasikan aspek-aspek yang lebih manusiawi. Pembangunan berkelanjutan dan inklusif adalah satu-satunya jalan menuju kesejahteraan yang sesungguhnya.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.