“Ancaman terbesar bagi primata endemik adalah perburuan liar,” ujar Arif Destriad. Perburuan liar juga mengancam eksistensi owa jawa.
Tim WALHI Jawa Barat mengunjungi SD 4 Cikondang, Kampung Bunisari, Kabupaten Garut, Senin (2/9/2024). Kegiatan ini memang bagian dari rutinitas yang dilakukan WALHI Jawa Barat dalam upaya pelestarian lingkungan. SD 4 Cikondang sendiri adalah satu dari rumah pendidikan lainnya yang berada di Desa Cisompet. Disampaikan juga pentingnya pelestarian owa jawa dari perburuan liar.
Desa Cisompet, Kabupaten Garut berada di kawasan pegunungan. Kawasan inilah yang menjadi rumah bagi sebagian hewan, diantaranya ada Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili Jawa (Presbytis comata), dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis).
Populasinya beragam, dalam kalkulasi yang kami dapatkan dari warga Bunisari perbandingan antara Surili dan Monyet berkisar 10:9. Sedangkan spesies Owa Jawa terdapat 8 ekor terbagi ke dalam 3 kelompok.
Potensi yang dimiliki Cisompet selain dari primata endemik yang hidup berdampingan dengan masyarakat, satu lainnya adalah konteks kelola kawasan oleh penduduk setempat. Kemajemukan tersebut memunculkan komunitas tapak bernama Jasa Muda.
“Kami sering kali menghadapi konflik dengan pemburu satwa dari luar daerah, termasuk Owa Jawa. Tindakan mereka mengancam keberlangsungan hidup satwa-satwa langka ini.” ujar Wildan salah satu pengurus Jasa Muda, dalam keterangan resmi.
Menerapkan pendidikan berbasis ekosistem lingkungan
Pendidikan adalah langkah awal menciptakan masyarakat berbudaya. Tapi seringkali pendidikan juga di politisasi sehingga substansi memerdekan individu dengan pengetahuannya tidaklah sampai. Serupa dengan penjelasan Ki Hajar Dewantara melalui sikap yang sama menyebutkan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia.
Berkaca dari sudut pandang lain, istilah Islam sendiri memompa tanggung jawab manusia sebagai khalifatul al-ard. Artinya tanggung jawab manusia tidak hanya sesama manusia, juga lingkungan sekitar.
Menjelajahi dunia anak-anak, kita sama-sama memiliki memory kesenangan saat bermain dan belajar ketika diluar. Sebagai seorang murid refleksi ruang terhadap arena bermain adalah mustahil untuk dilupakan. Penanaman konsep bermain sambil belajar bukanlah kesenangan semu. Sekitarnya baik flora dan fauna menarik emotional kita sebagai anak untuk beradaptasi dengan mereka. Serupa dengan posisi SD 4 Cikondang.
Adaptasi mereka dengan wilayah sekitarnya berdekatan dengan kawasan Owa Jawa. ”Setiap pagi sering denger suara Owa Jawa, uwok uwok uwok,” tutur Azrul salah satu murid SD 4 Cikondang sembari dirinya memeragakan bunyinya. Rumah Azrul tidaklah jauh dengan sekolah. Dengan jarak 20 langkah, rumah sederhana dengan warung kecil punya orang tuanya didampingi pohon-pohon rimbun, cukup nyaman jika digunakan saat istirahat sekolah.
Dalam ekosistem inilah Azrul tumbuh. Ia sangat ingat bagaimana sang ayah sering bercerita tentang primata yang ia temui. Baginya bertemu dengan primata-primata endemik di Cisompet adalah hal yang biasa, tetapi dirinya tak bisa menahan senang ketika WALHI Jawa Barat datang. Bagi Azrul pendidikan Owa Jawa yang diberikan Tim WALHI Jawa Barat sangat menarik, “jadi aku tau primata endemik tuh gimana, aku kira Owa ada di semua tempat,” ujarnya.
Upaya pelestarian owa jawa melalui wilayah kelola rakyat
”Setidaknya mereka tidak mencapai titik harus berburu primata endemik seperti Owa Jawa untuk kebutuhan perut. Capaian terbesarnya adalah mereka melarang perburuan liar yang masuk ke kawasan mereka,” harap Arif Destriad pada pendidikan yang mereka lakukan. Pendidikan Owa Jawa yang dibawakan oleh WALHI Jawa Barat melalui skema wilayah kelola rakyat.
Konsep ini bermuara kepada empat poin yaitu: tata produksi, tata konsumsi, tata kuasa, dan tata kelola. Dalam persoalan wilayah kelola rakyat pemetaan partisipasif perlu ditekankan. Pengelolaannya dimandatkan kepada masyarakat. Acap kali dalam sistem pengelolaan berbasis kawasan, negara tidak melibatkan masyaraka setempat sebagai pemegang wilayah dan lebih tau pemetaan akan wilayahnya.
Spesies Owa Jawa termasuk ke dalam satwa yang hampir punah menurut kategori International Union for Conversation of Nature (IUCN). Di Jawa Barat kawasan konservasi penangkaran dikelola oleh The Aspinall Foundation. Menurut data Mongabay kisaran primata endemik Owa Jawa berada dalam 4000 ekor. Owa Jawa sarat akan perburuan liar, padahal dalam fungsi ekosistem primata ini berpengaruh banyak bagi kawasan.
Menariknya Owa Jawa yang berada di kawasan Cisompet tidak masuk ke dalam kawasan konservasi, hutan lindung, atau sebagainya tetapi ini masuk kawasan hutan masyarakat. Secara sosial dan budaya ada hal-hal mistis yang dipercayai masyarakat, ini adalah salah satu bentuk komitmen mereka menjaga Owa Jawa. Serupa dengan primata endemik lainnya yang ikut dijaga masyarakat. Menurut Apip selaku anggota Jasa Muda kepercayaan ini diperoleh semenjak dirinya masa kecil, ada hal-hal yang mereka percayai.
”Misalkan nih dulu saya kalo makan buah itu gak boleh sambil jalan, harus berhenti dulu. Takutnya ada monyet atau primata yang liat jadi pengen. Seolah kalo kita punya barang baru tapi tetangga gak punya kan jadi ada bentuk iri. Nah, itu juga berlaku ke primata di Cisompet,” ujar Apip saat ditemui di saung dekat rumahnya. Bagi Apip ekosistem di Cisompet memang sudah dekat dengan masyarakat. Adanya ekosistem yang majemuk tersebut tidaklah mengganggu mereka, bahkan justru dihormati.
“Kayak dulu nih ada monyet yang sering ganggu lahan pertanian warga, nah secara niat aja kita udah gak boleh jahat, apalagi sampe keluar kata kasar. Satu kejadian di Cisompet monyet mengganggu lahan warga terus dia keluar kata-kata kasar, besoknya lahan dia malah lebih diserbu monyet ekor panjang,” pungkas Apip.
Ini membuktikan walaupun kawasan ini tidak dinaungi negara, tetapi budaya masyarakat yang lekat adalah bukti primata-primata endemik tersebut bertahan disana. Koloninya terbilang besar, dan ini terjadi bertahun-tahun. Maka konteks wilayah kelola rakyat didorong untuk mensejahterakan masyarakat. ”Ya kan enak kalo urusan perut tepenuhi, urusan primata juga dapat terjalankan,” tutup Arif.