WALHI mendesak pemerintah Indonesia lebih ambisius dalam mengurangi dampak krisis iklim, alih-alih mengutamakan kepentingan korporat.

WALHI mendesak pemerintah Indonesia lebih ambisius dalam mengurangi dampak krisis iklim, alih-alih mengutamakan kepentingan korporat.
WALHI mendesak pemerintah Indonesia lebih ambisius dalam mengurangi dampak krisis iklim. (WALHI)

Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) memandang pemerintah Indonesia telah gagal memastikan keselamatan rakyat dan lingkungan hidup di Indonesia di tengah situasi krisis iklim.

Pernyataan WALHI ini merupakan tanggapan atas pidato Hashim Djojohadikusumo, Utusan khusus Presiden untuk Iklim dan Energi sekaligus Kepala Delegasi Republik Indonesia (Delri) pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Conference of Parties (COP) ke-29 World Leaders Climate Action Summit.

Pidato Hashim Djojohadikusumo di forum tingkat tinggi tersebut mewakili Presiden Indonesia, Prabowo Subianto. Pidato ini dinilai kurang menyampaikan situasi krisis iklim di Indonesia.

WALHI memandang Pidato Hashim Djojohadikusumo justru terlihat seperti pedagang yang lebih banyak bicara soal bagaimana krisis iklim diatasi dengan skema dagang seperti potensi kredit karbon, teknologi penangkapan karbon (CCS/CCUS), dan urgensi pendanaan untuk proyek reforestasi.

Dalam pidato di hadapan pemimpin dunia tersebut, WALHI menyatakan hampir tak ada pernyataan terkait upaya serius-ambisius pemerintah dalam penurunan emisi dan perlindungan rakyat dari dampak krisis iklim.

Menurut WALHI, pidato Hashim Djojohadikusumo memperlihatkan secara gamblang bahwa kepentingan bisnis korporasi lebih diutamakan dibanding kepentingan lingkungan dan keselamatan rakyat dari dampak krisis iklim.

“Alih-alih mendorong pengurangan emisi dari sektor ekstraktif seperti perkebunan, kehutanan dan pertambangan, pemerintah justru berfokus pada usaha bisnis karbon,” demikian pernyataan WALHI, diakses Minggu, 17 November 2024.

Untuk itu, WALHI mendesak yang harus dilakukan pemerintah adalah:

Pertama, Menurunkan emisi karbon secara signifikan dari sektor industri ekstraktif dengan cara menghentikan penerbitan izin baru; Mengevaluasi dan mencabut izin perusahaan yang bermasalah dan berada di wilayah ekosistem esensial seperti hutan, gambut, pesisir, pulau kecil, karst, dan lainnya; Mempercepat penghentian operasi PLTU batubara dan menghentikan proyek solusi palsu di sektor energi seperti biomassa; menghentikan proyek food estate yang merusak ekosistem esensial seperti gambut.

Kedua, mempercepat dan memperluas pengakuan serta perlindungan hak rakyat atas wilayah kelola dan ruang hidupnya.

Ketiga, melakukan pemulihan atas fungsi ekologis yang rusak dan meletakkan tanggung jawab tersebut pada pengurus negara dan korporasi yang selama ini merusak lingkungan.

Keempat, meningkatkan kemampuan adaptif rakyat dengan cara melindungi wilayah penting yang menjadi penyanggah kehidupan, dan rekognisi pengetahuan serta cara tradisional rakyat dalam aksi-aksi konservasi, adaptasi dan mitigasi iklim.

There are no comments yet. Leave a comment!

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.