Orang Indonesia secara tidak langsung telah rutin mengkonsumsi mikroplastik melalui makanan kemasan, dan kantong teh celup.

Masyarakat Indonesia diperkirakan mengonsumsi mikroplastik sebanyak 15 gram/kapita/bulan atau setara 3 kartu ATM, demikian temuan penelitian dalam jurnal “Environmental Science & Technology” (2024).
Selain dari kebiasaan masyarakat yang menggunakan plastik sekali pakai untuk membungkus makanan dan minuman, sumber lainnya juga berasal dari “kantong teh celup“.
Sejumlah peneliti ECOTON telah melakukan penelitian mikroplastik dalam air teh celup. Teh celup yang diteliti ada 5 merek yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia.
Setiap merek dan perlakuan digunakan air sebanyak 200 ml. Penelitian ini dilakukan dengan dua perlakuan, sesuai kebiasaan masyarakat ketika menyeduh teh celup. Perlakuan pertama, teh celup diletakkan pada air selama proses pemanasan hingga suhu 95 derajat Celcius, sedangkan perlakuan kedua, teh celup dimasukkan setelah pemanasan air hingga suhu 95 derajat Celcius dan diaduk selama 5 menit.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
Kantong teh celup dapat melepaskan mikroplastik ke dalam teh karena ada proses pemanasan. komposisi jenis plastik memengaruhi ketahanan plastik terhadap faktor-faktor eksternal seperti panas, cahaya UV, dan gesekan, yang pada akhirnya mempengaruhi seberapa mudah plastik tersebut berubah menjadi mikroplastik.
“Mikroplastik merupakan partikel asing bagi tubuh, ketika masuk ke dalam tubuh maka akan berdampak buruk bagi kesehatan, menyebabkan inflamasi, gangguan hormon bahkan kanker,” ujar Rafika Aprilianti, peneliti mikroplastik ECOTON, diakses dari laman AZWI, Senin, 10 Februari 2025.
Ketika mikroplastik masuk ke dalam tubuh, partikel-partikel kecil ini dapat terserap di saluran pencernaan dan masuk ke dalam darah. Dari sana, mikroplastik dapat menyebar ke berbagai organ seperti otot, hati, ginjal, jantung, dan bahkan otak. Karena sifatnya yang sulit terurai, mikroplastik cenderung bertahan dalam tubuh dan menumpuk seiring waktu (bioakumulatif).
Keberadaan mikroplastik dalam tubuh dapat memicu berbagai dampak negatif, seperti peradangan, stres oksidatif, dan kerusakan sel. Dalam jangka panjang, kondisi ini berisiko menyebabkan peradangan kronis yang dapat berujung pada kematian sel (apoptosis), serta meningkatkan risiko gangguan kesehatan yang lebih serius
Solusi yang dapat diterapkan untuk terhindar dari mikroplastik adalah memilih teh daun asli tanpa kantong teh dan menggunakan saringan stainless steel, teko, atau french press untuk menyeduh teh. Di masa lalu, penyeduhan teh lebih sederhana, alami, dan bebas dari kontaminasi plastik. Teh diseduh langsung dengan daun teh dalam teko atau cangkir, tanpa menggunakan kantong teh berbahan plastik. Selain lebih alami, cara ini juga lebih ramah lingkungan.
- Mikroplastik mengintai otak kita, selain merusak lingkunganKonsumsi mikroplastik memiliki risiko penurunan fungsi kognitif hingga 36 kali lipat. Gangguan ini mencakup kemampuan berpikir, mengingat, dan mengambil keputusan.
- Masyarakat adat konsolidasikan kekuatan di tengah ancaman pembangunanRakernas AMAN VIII di Desa Kedang Ipil, Kaltim, fokus pada penguatan resiliensi Masyarakat Adat di tengah ancaman pembangunan seperti IKN dan ekspansi sawit.
- Kilau kendaraan listrik, derita di tanah nikelKisah dari Sulawesi dan Maluku Utara ini menyingkap kontradiksi fundamental narasi global transisi energi lewat kendaraan listrik
- Siap-siap bawa tumbler! Bali stop produksi air minum kemasan plastik kecilUntuk mengurangi sampah plastik secara drastis dari sumbernya, Bali kini melarang produksi air minum kemasan plastik di bawah 1 liter
- Benarkah mobil listrik lebih ramah lingkungan?Perjalanan menuju mobil listrik yang benar-benar berkelanjutan masih panjang, menuntut perbaikan di setiap tahap siklus hidupnya.
- Masyarakat Okaba kembangkan briket kelapa dan ayam petelurPengembangan briket kelapa merupakan kolaborasi antara YDML, Badan Pengembangan Ekonomi Gereja Protestan di Indonesia, dan Yayasan EcoNusa.