Transisi energi adalah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi dalam mewujudkan transisi energi di Indonesia. Hal ini ditegaskan oleh Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, dalam Mandiri Investment Forum 2025 di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Darmawan menekankan bahwa transisi energi bukan hanya sekadar tren, melainkan sebuah keharusan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menciptakan masa depan yang berkelanjutan. “Tantangannya adalah bagaimana kita bisa menyediakan energi yang terjangkau, aman, bersih, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki tantangan unik dalam mendistribusikan energi terbarukan yang sumbernya tersebar. Untuk itu, PLN telah merancang rencana ambisius: membangun jaringan transmisi sepanjang 63.000 kilometer pada tahun 2040. Jaringan ini akan menjadi kunci untuk menghubungkan sumber-sumber energi terbarukan dengan pusat-pusat kebutuhan energi.
“Tanpa transmisi, potensi energi terbarukan kita tidak akan termanfaatkan maksimal. Tidak ada transisi tanpa transmisi,” tegas Darmawan.
Untuk mewujudkan rencana besar ini, dibutuhkan investasi yang tidak sedikit. Diperkirakan, total investasi yang diperlukan mencapai USD 235 miliar atau sekitar Rp4.000 triliun hingga tahun 2040. Oleh karena itu, PLN mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif, di mana proyek-proyek energi bersih dianggap bankable, layak, dan memiliki risiko yang terkelola.
Kemandirian energi
PLN juga berupaya mengurangi ketergantungan pada energi impor dengan mengembangkan sumber energi domestik yang lebih andal dan berkelanjutan. “Ini bukan hanya soal memenuhi Perjanjian Paris, tapi tentang masa depan generasi penerus,” kata Darmawan.
Selain itu, PLN juga menjajaki pemanfaatan teknologi canggih seperti smart grid dan energi nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi bersih di masa depan.
Darmawan menegaskan bahwa keberhasilan transisi energi membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan internasional. “Perubahan iklim adalah masalah global, sehingga membutuhkan kebijakan, strategi, inovasi teknologi, dan investasi bersama,” jelasnya.
“Dengan kolaborasi, Indonesia bisa menjadi pemimpin dalam transisi energi global,” tambahnya optimis.
Kemudian Darmawan juga mengungkapkan bahwa PLN tidak hanya berbicara, tetapi juga bertindak nyata dalam transisi energi. Langkah pertama yang signifikan adalah pembatalan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 13,3 GW dari RUPTL 2019-2028, serta pembatalan 1,3 GW dari Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PPA) pembangkit listrik tenaga batu bara.
PLN juga menjadi pionir dengan melakukan uji coba perdagangan karbon pertama di Indonesia, yang melibatkan 26 pembangkit listrik miliknya. Untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara, PLN berencana mengganti 1,8 GW pembangkit batu bara dengan sumber energi terbarukan, dan 800 MW lainnya dengan gas alam.
“Tak hanya itu, PLN juga memanfaatkan biomassa sebagai sumber energi alternatif yang efisien dan bersih. Cofiring, yaitu penggunaan biomassa sebagai bahan bakar campuran di pembangkit listrik tenaga batu bara, direncanakan akan diterapkan di 52 pembangkit pada tahun 2025,” paparnya.
Lebih jauh lagi, PLN memiliki rencana ambisius untuk membangun 21 GW pembangkit energi terbarukan, yang tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Hijau 2021-2030. Untuk memastikan penyaluran energi hijau yang efisien dan andal, PLN juga mengembangkan smart grid sebagai sistem pendukung yang canggih.
Keseluruhan upaya ini diperkirakan akan memberikan dampak positif yang besar, dengan potensi pengurangan atau penghindaran emisi CO2 secara kumulatif mencapai sekitar 3,2 miliar ton.
Transisi energi adalah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak. PLN, sebagai garda terdepan berupaya menunjukkan keseriusannya dalam mewujudkan energi bersih untuk Indonesia. Dengan dukungan dari pemerintah, swasta, dan masyarakat, Indonesia bisa mencapai kemandirian energi dan berkontribusi pada upaya global mengatasi perubahan iklim.
- Sikap hemat energi berperan vital mengurangi emisiTransformasi menuju peralatan yang lebih hemat energi perlu dukungan semua pihak. Produsen mesti didorong membuat peralatan hemat energi.
- Masyarakat Daerah Penghasil Energi yang TerpinggirkanHanya berjarak delapan kilometer dari Mega Proyek Strategis Nasional yang berdiri megah di Gunung Salak, kehidupan warga dalam bayang-bayang kesulitan.
- Walhi luncurkan riset dampak PLTU pada lingkunganTiga wilayah menjadi lokasi riset dampak PLTU pada kerusakan lingkungan, yakni Paiton, Pacitan, dan Cilacap.
- PLN serukan kolaborasi untuk transisi energi di IndonesiaTransisi energi adalah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen dan kerja sama dari semua pihak
- Pemerintah perlu dongkrak investasi untuk mengatasi keterbatasan anggaran dalam transisi energiPemerintah perlu meningkatkan investasi dan reformasi kebijakan untuk mempercepat transisi energi, mengatasi dominasi batubara, dengan energi baru terbarukan
- Mengundang bencana ekologis melalui deforestasi 20 juta hektare hutan untuk pangan dan energiPemerintah didesak mengurungkan dan menghentikan proyek ambisius mempercepat laju deforestasi dengan dalih pangan dan energi.